Utusan Khusus PBB: Pembantaian Mungkin Terus Terjadi Lagi di Myanmar

Luo Tingting – NTDTV.com

Dewan Keamanan PBB mengadakan pertemuan tertutup tentang situasi di Myanmar pada (31/3/2021). 

Menurut laporan Reuters, “Utusan Khusus Urusan Myanmar” Christine Schraner Burgener memperingatkan pada pertemuan itu bahwa militer Myanmar meningkatkan tekanannya terhadap pengunjuk rasa dan bahwa “pembunuhan massal” mungkin akan terjadi.

Burgener mengatakan bahwa militer Myanmar tidak mampu mengatur negara dan situasi di lapangan hanya akan memburuk dari hari ke hari. 

Burgener menyarankan agar Dewan Keamanan PBB harus mempertimbangkan semua metode yang tersedia dan mengambil tindakan besar untuk membantu rakyat Myanmar dan mencegah bencana di wilayah tengah Asia.

Barbara Woodward, duta besar Inggris untuk PBB, mengatakan pada konferensi pers setelah pertemuan bahwa kekerasan militer Myanmar sama sekali tidak dapat diterima. Komunitas internasional perlu mengirimkan pesan yang kuat untuk ini, dan Dewan Keamanan harus memainkan peran pada tingkat “tanggapan internasional”.

Pada 28 Maret, seorang pria terluka di Yangon duduk di atas tandu. (Stringer / Getty Images)

Pada 28 Maret, seorang pria di Yangon ditembak dan terluka. (Stringer / Getty Images)

Pada 29 Maret, seorang pria terluka di Yangon dibawa pergi oleh rekan-rekannya. (STR / AFP melalui Getty Images)

Pada 30 Maret, orang-orang Myanmar yang terluka melarikan diri ke Thailand dan dirawat oleh dokter Thailand. (LILLIAN SUWANRUMPHA / AFP melalui Getty Images)

Pada 30 Maret, orang-orang Myanmar yang terluka melarikan diri ke Thailand dan dirawat oleh dokter Thailand. (LILLIAN SUWANRUMPHA / AFP melalui Getty Images)

Menurut catatan “Myanmar Aid to Political Prisoners Association” (AAPP), per 30 Maret, 521 orang telah dibunuh oleh militer dalam protes terhadap kudeta militer.

Selain itu, penindasan berdarah oleh militer juga menimbulkan perlawanan kelompok sipil bersenjata Myanmar. Pada 27 Maret, militer Myamnar menyerang desa-desa di Negara Bagian Karen. Rumah-rumah berubah menjadi abu. Ribuan orang melarikan diri ke hutan atau mencoba masuk ke Thailand.

Liga Nasional Karen mengumumkan pada tanggal 30 Maret bahwa ribuan pasukan Myanmar sedang bergerak maju, dan koalisi akan mempertahankan tanahnya.

Pada hari yang sama, tiga kelompok etnis bersenjata di Myanmar yakni: Myanmar Nationalities Democratic Alliance Army, Arakan Army dan Ta』ang National Liberation Armymengeluarkan pernyataan bersama bahwa jika militer tidak berhenti membunuh orang, mereka akan melawan.

Pernyataan tersebut menyatakan bahwa mereka “membela diri, akan bekerja sama dengan semua warga yang telah bergabung dengan Revolusi Musim Semi Myamar.”

Liga Internasional untuk Hak Asasi Manusia (FIDH) prihatin jika kelompok etnis minoritas bersenjata ini memutuskan untuk melawan secara paksa, perang saudara dapat meletus di Myanmar. (hui)

Pada 28 Maret, di Yangon, para pengunjuk rasa menghadapi militer. (Stringer / Getty Images)

Pada 28 Maret, di Yangon, para pengunjuk rasa menghadapi militer. (Stringer / Getty Images)

Pada 28 Maret, di Yangon, para pengunjuk rasa menghadapi militer. (Stringer / Getty Images)

Pada 31 Maret, orang-orang di Yangon mengadakan pawai protes. (STR / AFP melalui Getty Images)

Pada 31 Maret, orang-orang di Yangon mengadakan pawai protes. (STR / AFP melalui Getty Images)