Ketika Amerika Serikat Jatuh Ke Dalam 4 Perangkap yang Diatur oleh Komunis Tiongkok

oleh Wang He

Anchorage, kota terbesar di Alaska, mencatat sebuah suhu serendah nol derajat Fahrenheit di pagi hari tanggal 20 Maret 2021. Sebuah pembicaraan tingkat-tinggi selama dua hari antara Amerika Serikat dengan Tiongkok, baru saja berakhir di tempat yang dingin ini. Nada tinggi lolongan “prajurit serigala”  Komunis Tiongkok dan sebaliknya, tanggapan Amerika Serikat yang lemah, sebenarnya adalah mengkhawatirkan.

Singkatnya, pihak Amerika Serikat jatuh ke dalam empat perangkap yang dibuat dengan cerdik oleh Komunis Tiongkok selama pembicaraan.

Pertama, penyelenggaraan pembicaraan-pembicaraan tingkat-tinggi antara Amerika Serikat dengan Tiongkok adalah sebuah jebakan Partai Komunis Tiongkok itu sendiri .

Setelah pelantikan Presiden Joe Biden pada tanggal 20 Januari, Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Anthony Blinken berbicara dengan Yang Jiechi, seorang anggota  Politbiro Partai Komunis Tiongkok, dan Joe Biden berbicara dengan pemimpin Partai Komunis Tiongkok Xi Jinping. Menilai dari pernyataan-pernyataan publik mereka, masing-masing pihak mengambil nada yang berbeda. 

Faktanya, sejauh ini keadaan hubungan Amerika Serikat-Tiongkok saat ini adalah memprihatinkan, Komunis Tiongkok lah yang memohon kepada Amerika Serikat untuk menghentikan pemisahan dan sanksi. Tanpa proposal-proposal yang penting (atau konsesi) dari  rezim komunis Tiongkok, tidak perlu bagi Amerika Serikat untuk mengadakan pertemuan. 

Sebelumnya, pemerintah Amerika Serikat memiliki kebijakan yang jelas terhadap Partai Komunis Tiongkok, sebenarnya pemerintah Amerika Serikat “mengundang” Komunis Tiongkok untuk datang ke pembicaraan-pembicaraan, yang menyebabkan Amerika Serikat masuk ke dalam “jebakan dialog” yang dibuat oleh  Komunis Tiongkok.

Dalam sebuah konferensi pers setelahnya, Yang Jiechi mengatakan pembicaraan-pembicaraan Amerika Serikat-Tiongkok sudah jujur, konstruktif, dan bermanfaat. “Tetapi, tentu masih ada perbedaan-perbedaan antara kedua pihak.”

“Kami datang ke pertemuan tersebut dengan harapan kedua belah pihak dapat saling meningkatkan komunikasi dan dialog di berbagai bidang. Kedua pihak harus mengikuti kebijakan ‘tidak ada konflik’ untuk memandu jalan kami menuju sebuah lintasan yang sehat dan stabil ke depan,” kata Yang Jiechi. Kedua, Yang Jiechi melanggar protokol diplomatik dengan berbicara selama 16 menit, di mana delapan kali lebih lama dari biasanya, dan pidato Yang Jiechi jelas-jelas ditulis. 

Secara khusus, Yang Jiechi berkata dalam pidatonya, “Saya tidak berpikir mayoritas negara-negara di dunia akan mengenali nilai-nilai universal yang dianjurkan oleh Amerika Serikat atau sudut pandang Amerika Serikat dapat mewakili opini publik internasional.” Ini adalah sebuah indikasi yang jelas bahwa di masa depan Komunis Tiongkok, tidak akan lagi mematuhi aturan yang ditetapkan oleh Amerika Serikat.

Ini adalah sebuah provokasi yang sangat serius. Senator Amerika Serikat Marsha Blackburn (R-Tenn.) mengatakan kepada The Epoch Times melalui email, “Sama seperti yang ditolak oleh delegasi Tiongkok untuk mematuhi aturan pertemuan yang disepakati, Beijing menolak mematuhi tatanan internasional berbasis aturan.”

Namun, pihak Amerika Serikat, duduk di sana dengan patuh dan mendengarkan sampai akhir. Komentator konservatif Amerika Serikat Jack Posobiec menulis di Twitter: “Langkah yang jelas bagi Anthony Blinken dan Sullivan untuk membela Amerika Serikat dan mengusir delegasi Partai Komunis Tiongkok setelah tidak dihormati. Tetapi, pihak Amerika Serikat  tidak demikian. Pihak Amerika Serikat akan kembali hari berikutnya untuk kehilangan lebih banyak muka. Sulit untuk dikatakan bagaimana pihak Amerika Serikat dapat menjadi lebih buruk dalam hal ini.”

Ketiga, Yang Jiechi menarik sebuah “garis merah” untuk pihak Amerika Serikat, bukan untuk sebaliknya.

Menurut sebuah laporan dari Nikkei Asia, Yang Jiechi mengatakan, pertama-tama, bahwa “Amerika Serikat tidak memiliki kualifikasi untuk mengatakan bahwa Amerika Serikat ingin berbicara dengan Tiongkok dari sebuah posisi yang kuat.”

Yang Jiechi menambahkan bahwa “kepemimpinan Komunis Tiongkok dan sistem politik Tiongkok adalah didukung sepenuh hati oleh orang-orang Tiongkok, dan segala upaya untuk mengubah sistem sosial Tiongkok akan sia-sia,” menurut sebuah siaran pers pada 19 Maret di situs web Kedutaan Besar Tiongkok di Amerika Serikat Serikat.

Poin lain yang dibuat Yang Jiechi dalam pidatonya yang panjang, adalah serangkaian masalah keamanan dan masalah hak asasi manusia yang  dipermasalahkan oleh Amerika Serikat dengan pihak Tiongkok, yang mencakup penganiayaan Komunis Tiongkok terhadap warga Uighur, penindasan di Hong Kong, pemaksaan ekonomi para sekutunya, serangan-serangan dunia maya oleh Partai Komunis Tiongkok di Amerika Serikat, dan tindakan-tindakan agresi Partai Komunis Tiongkok terhadap Taiwan. 

Yang Jiechi menyatakan, ini  semua adalah urusan dalam negeri Tiongkok dan bahwa rezim komunis “secara tegas menentang campur tangan Amerika Serikat.”

Menurut Yang Jiechi, “Apa yang harus dilakukan Amerika Serikat adalah… memperhatikan bisnisnya sendiri … daripada membuat komentar-komentar yang tidak bertanggung jawab mengenai hak asasi manusia dan demokrasi di Tiongkok.”

Untuk meringkas arti Yang Jiechi dalam sebuah kalimat, itulah apa yang ia katakan di kata-kata sambutannya bahwa “tidak ada cara untuk mencekik Tiongkok.”

Hal ini menyiratkan bahwa Amerika Serikat tidak takut untuk menghadapi Amerika Serikat. Selain itu, menggunakan konfrontasi sebagai cara untuk mencegah pihak Amerika Serikat mundur tanpa sebuah perlawanan.

Perangkap keempat terletak pada niat pihak Amerika Serikat  untuk mencari kerja sama dengan Amerika Serikat, bahkan ketika menghadapi konfrontasi yang begitu sengit. Setelah pembicaraan-pembicaraan, Anthony Blinken berbicara pada sebuah konferensi pers mengenai area-area yang sangat spesifik di mana Amerika Serikat dan Tiongkok dapat bekerja sama.

“Kami juga dapat melakukan sebuah percakapan yang sangat terbuka selama beberapa jam dalam sebuah agenda yang luas. Di Iran, di Korea Utara, di Afghanistan, mengenai iklim, kepentingan kami berpotongan,” kata Anthony Blinken.

Selain itu, para pejabat pemerintahan Joe Biden mengatakan, mereka terbuka untuk pelonggaran beberapa pembatasan-pembatasan visa yang diberlakukan pada warganegara Tiongkok di bawah pemerintahan Donald Trump. Dengan melakukan itu, pihak Amerika Serikat menukar posisi penyerangannya dengan Komunis Tiongkok dan rela menyerahkan keuntungan Amerika Serikat.

Singkatnya, Komunis Tiongkok lebih licik dan jahat daripada kebanyakan orang bayangkan. Putaran pembicaraan-pembicaraan ini adalah cara Komunis Tiongkok menguji reaksi, dan kini Komunis Tiongkok memiliki gambaran yang jelas mengenai niat Amerika Serikat. 

Komunis Tiongkok diharapkan untuk mengeksekusi siasat-siasat yang lebih keras dan lebih kuat, selangkah demi selangkah, menargetkan Taiwan setelah Komunis Tiongkok menyelesaikan masalah Hong Kong. Tentu saja, ada juga orang-orang cerdas di Amerika Serikat, seperti mantan Menteri Luar Negeri Mike Pompeo.  

Mike Pompeo tampaknya adalah yang pertama meninjau pertemuan antara Amerika Serikat dengan Tiongkok di Alaska, menulis di Twitter, “Kekuatan menghalangi orang jahat, kelemahan hanya mengundang perang.”

Sisi Amerika Serikat memiliki keunggulan, tetapi tidak dapat memainkannya secara efektif. 

Apakah  masalahnya? para pembuat kebijakan Amerika Serikat harus terlebih dahulu mengenali sifat rezim komunis Tiongkok yang jahat dan mengenal dirinya  sendiri dan mengenal  lawan-lawannya untuk menang.

Penulis dan ahli Tiongkok Gordon Chang menulis di Twitter: “Yang Jiechi, dalam kata sambutannya di Alaska, mengatakan, ‘tidak ada cara untuk mencekik Tiongkok. ‘Ya, sebenarnya ada, dan Beijing, di mana perilaku Beijing semakin  berbahaya, tidak akan membuat dunia memiliki pilihan selain melakukannya.”

Mudah-mudahan, suara Gordon Chang akan didengar di tingkat pembuat kebijakan Amerika Serikat. (Vv)

Wang He memiliki gelar master dalam hukum dan sejarah dan telah mempelajari gerakan komunis internasional. Dia adalah seorang dosen universitas dan seorang eksekutif dari sebuah perusahaan swasta besar di Tiongkok. Wang sekarang tinggal di Amerika Utara dan telah menerbitkan komentar tentang urusan dan politik Tiongkok saat ini sejak 2017

Video Rekomendasi :