AS – Komunis Tiongkok Bekerjasama untuk Mengatasi Perubahan Iklim, Kerry Mempertanyakan Keseriusan Beijing

oleh Nicole Hao, Chen Ting

Berdasarkan pernyataan bersama yang dikeluarkan pada 17 April, Amerika Serikat dan komunis Tiongkok, dua negara penghasil karbon terbesar di dunia sepakat untuk bekerja sama dalam mengatasi masalah perubahan iklim.

Kesepatan ini meliputi memperkuat tindakan masing-masing, juga mencakup kerjasama dalam proses multilateral, termasuk “Konvensi Kerangka Kerja Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang Perubahan Iklim” dan “Perjanjian Paris”. 

Kementerian Luar Negeri AS dalam sebuah pernyataannya menyebutkan bahwa, kedua negara sepakat melanjutkan pembahas “tindakan spesifik tentang pengurangan emisi untuk tahun 2020-an”.

Perubahan iklim adalah prioritas utama Presiden Biden . Setelah dia menjabat, dia mengumumkan dalam beberapa jam, bahwa dia akan mengizinkan Amerika Serikat untuk bergabung kembali dengan ” Perjanjian Iklim Paris “. Biden juga mencabut keputusan Presiden AS Trump untuk memberikan perjanjian itu kepada Amerika Serikat.

Pada 22 dan 23 April, Biden akan menjadi tuan rumah KTT virtual untuk membahas masalah iklim, dan akan mengundang sekitar 40 orang pemimpin dunia, termasuk Xi Jinping.

Demi persiapan KTT tersebut, Biden mengirim utusan iklim AS John Kerry ke Asia, Kerry telah menemui utusan komunis Tiongkok untuk perubahan iklim Xie Zhenhua di Shanghai pada 15 dan 16 April. Dan mengeluarkan pernyataan bersama.

Namun, tidak jelas tindakan apa yang akan diambil oleh komunis Tiongkok.

Komunis Tiongkok mungkin akan terus meningkatkan emisi dalam 9 tahun ke depan

Sebagai negara penghasil emisi karbon terbesar di dunia, komunis Tiongkok pada bulan September 2020 mengumumkan rencananya untuk mencapai netralitas karbon pada tahun 2060. Tujuannya adalah mencapai puncak emisi pada tahun 2030. Ini berarti, bahwa komunis Tiongkok masih memiliki kesempatan untuk terus meningkatkan emisi dalam 9 tahun ke depan.

Pada 16 April, Xi Jinping menegaskan kembali tujuan ini pada pertemuan puncak virtual dengan Presiden Prancis Emmanuel Macron dan Kanselir Jerman Angela Merkel. Ini berarti bahwa komunis Tiongkok kemungkinan besar tidak akan mengikuti instruksi para pencinta lingkungan, permintaan untuk mempercepat rencana pengurangan emisi.

Wakil Menteri Luar Negeri Tiongkok Le Yucheng mengatakan kepada Associated Press, bahwa percepatan target pengurangan karbon di daratan Tiongkok rasanya tidak realistis.

Le Yucheng mengatakan Dalam hal perubahan iklim, Tiongkok masih siswa sekolah dasar, sedangkan Amerika Serikat serta negara-negara maju sudah merupakan siswa sekolah menengah. Jadi, minta siswa sekolah dasar untuk lulus pada saat yang sama dengan siswa sekolah menengah, bagaikan menghendaki pencapaian cepat malahan menjadi bumerang”.

Dalam wawancaranya, Le Yucheng tidak menyebut bahwa Tiongkok adalah negara dengan ekonomi terbesar kedua di dunia. Akant tetapi, rezim komunis Tiongkok terus menekankan bahwa ekonominya tumbuh cepat, termasuk pada saat pandemi COVID-19 merajalela, angka pertumbuhan ekonomi tahun 2020 bisa mencapai 2,3 %. Pada saat yang sama, sebagian besar negara lain menghadapi resesi.

Pernyataan Bersama AS – Tiongkok

Faktanya, AS cukup sadar bahwa pemerintah komunis Tiongkok, tidak bersedia mengurangi emisi karbon.

 Kerry dalam konferensi pers di Seoul, Korea Selatan, pada 18 April menuturkan, kuncinya bukan pada selembar kertas, kuncinya adalah tindakan yang akan diambil orang dalam beberapa bulan mendatang.

Menurut Kerry bahwa pernyataan bersama itu bernada keras, tetapi “Apa yang ia pelajari di bidang diplomatik adalah bahwa jangan Anda bertaruh pada kata-kata, tetapi Anda harus bertaruh pada tindakan, kita semua perlu melihat apa yang terjadi.”

Pada 18 April, Su Wei, anggota tim negosiasi Tiongkok dan wakil sekretaris jenderal Komisi Pembangunan dan Reformasi Nasional Tiongkok mengatakan, dalam sebuah wawancara dengan media partai bahwa pernyataan bersama itu menjadi tanda dimulainya lagi dialog antara Tiongkok dengan AS. Tak lain, untuk melanjutkan kerja sama dalam masalah perubahan iklim. 

Su Wei mengatakan : Kedua negara sepantasnya bertindak secara independen, sesuai dengan tanggung jawab dan kondisi nasional masing-masing”.

Menurut pernyataan bersama, Tiongkok dan Amerika Serikat telah mencapai konsensus tentang pengakuan target kontrol iklim global, untuk mengupayakan pengendalian kenaikan suhu rata-rata global di bawah 2 °C  dan berusaha untuk mengendalikannya pada 1,5 °C. 

Dengan mengumumkan pernyataan bersama, baik Amerika Serikat dan komunis Tiongkok, berjanji untuk mencapai tujuan nasional mereka masing-masing. Kemudian mengambil tindakan yang tepat demi memaksimalkan investasi dan pendanaan internasional. Lalu mendukung negara-negara berkembang untuk beralih dari energi berbasis bahan bakar fosil yang padat karbon menuju energi hijau dan rendah karbon, atau transisi energi terbarukan.

KTT Iklim PBB berikutnya dijadwalkan akan diadakan di Glasgow, Skotlandia, dari 1 hingga 12 November tahun ini. Amerika Serikat dan komunis Tiongkok, akan membahas rencana dan tujuan khusus terkait perubahan iklim pada pertemuan tersebut. (sin)