Kasus Baru dan Kematian Akibat COVID-19 di Turki Mengalami Lonjakan, Langkah Mendongkrak Ekonomi Terhambat

NTDTV.com

Central News Agency melaporkan, menurut Kementerian Kesehatan Turki, 87 orang meninggal dunia karena penyakit virus Komunis Tiongkok (COVID-19) dan mencapai rekor dengan kematian 341 kasus pada (19/4/2021)  

Jumlah kasus di Turki pada 21 Februari adalah 6.546, yang masuk ke “titik terendah” gelombang kedua. Pemerintah dengan berani memutuskan untuk mencabut banyak larangan pencegahan epidemi pada 2 Maret dan memasuki “normalitas di bawah kendali.” Beberapa waktu kemudian, jumlah diagnosis yang dikonfirmasi, jumlah kematian, dan jumlah pasien yang sakit parah segera mencapai titik tertinggi terbaru.

Karena situasi epidemi tetap tinggi, pihak berwenang melanjutkan pembatasan tertentu pada 29 Maret 2021. Namun, jumlah kasus yang dikonfirmasi dari 7 April telah melonjak menjadi lebih dari 50.000 kasus terkonfirmasi dalam beberapa hari berturut-turut. Pemerintah menyatakan “segera” mengumumkan lockdown parsial selama dua minggu pada hari Ramadhan pertama pada 13 April. 

Saat ini, pengetatan pencegahan epidemi tampaknya tidak berhasil. Sedangkan jumlah kasus yang dikonfirmasi terus melonjak pada minggu ini. Sejak 14 April, lebih dari 60.000 kasus baru telah ditambahkan selama 4 hari berturut-turut. Jumlah kematian dalam sehari tembus tiga digit sejak 21 Maret, dan terus meningkat.

Turki melaporkan 55.149 kasus pneumonia Wuhan pada 19 April, dengan total 4.323.596 kasus. Jika tren tetap tidak berubah, dalam waktu dekat mungkin akan melampaui Inggris. Turki menjadi negara dengan jumlah kumulatif kasus keenam tertinggi di dunia tanpa Tiongkok.

Keterangan Foto : Pada 13 April 2021, pada hari pertama bulan suci Ramadhan di Istanbul, ada pedagang kaki lima di Alun-alun Sultanahmet dengan latar belakang Masjid Hagia Sophia. (OZAN KOSE / AFP melalui Getty Images)

Awalnya, pihak berwenang berharap pencegahan epidemi akan berhasil menarik wisatawan asing. Bahkan, memungkinkan pendapatan pariwisata untuk mendukung ekonomi Turki, tetapi kapan epidemi itu akan berakhir?

Kontradiksi kebijakan yang berulang dan ketidakpatuhan masyarakat terhadap peraturan anti-epidemi, ditenggarai menyebabkan diperlukan terobosan dalam pencegahan epidemi.  Masalah ekonomi jangka pendek dan panjang seperti depresiasi mata uang lira, tingginya angka pengangguran, harga-harga melonjak, dan seringnya perubahan dalam kabinet keuangan, memperburuk situasi pencegahan epidemi.

Bersamaan dengan menghadapi “epidemi virus” dan “epidemi ekonomi”, otoritas yang berkuasa terjebak dalam dilema ‘Lockdown akan memperburuk ekonomi dan tidak melakukan pembatasan akan menghancurkan tubuh”.

Sejak kasus pertama pneumonia Wuhan didiagnosis pada 11 Maret tahun lalu, Turki telah dikritik karena menutupi epidemi. Meskipun pakar kesehatan masyarakat telah berulang kali menyerukan lockdown total nasional untuk jangka waktu tertentu, karena situasi ekonomi di ambang krisis, pihak berwenang tidak memiliki keberanian untuk sepenuhnya menstabilkan epidemi dan membangun kembali setelah kehancuran. 

Hanya pada Idul Fitri  tahun lalu dan Malam Tahun Baru tahun ini, dilaksanakan jam malam membendung wabah selama 4 hari atau 3 hari. Namun demikian, akibatnya perekonomian tidak membaik.

2

Keterangan Foto : Pada 13 April 2021, saat berbuka puasa di hari pertama bulan suci Ramadhan di Istanbul, makan buka puasa di Sultanahmet Square.(OZAN KOSE / AFP melalui Getty Images)

Menteri Kesehatan Turki, Fahrettin Koca mengumumkan pada 19 April, negara yang berpenduduk total 84 juta orang, lebih dari 12,2 juta orang telah menerima dosis pertama vaksin, dan hampir 7,8 juta orang telah menyelesaikan kedua dosis tersebut.

Dalam pekerjaan vaksinasi yang diluncurkan pada 14 Januari, 20 juta orang telah divaksinasi dalam lebih dari tiga bulan. Jika dihitung dengan kecepatan konstan, dibutuhkan waktu lebih dari setengah tahun untuk menyelesaikan vaksinasi minimal 60 juta orang yang direncanakan oleh pihak berwenang.

Vaksinasi massal untuk mencapai Herd Immunity masih menjadi strategi pencegahan epidemi utama Turki saat ini. Akan tetapi, dibandingkan dengan periode ketika vaksin baru dimulai, tingkat vaksinasi jelas melambat. 

Kini, bagaimana mempercepat kemajuan pengiriman vaksin untuk mempromosikan pencegahan epidemi telah menjadi isu penting Kementerian Kesehatan Turki.

Sedangkan masyarakat yang telah menyelesaikan vaksinasi ternyata masih “terinfeksi”. Turki yang telah memesan 100 juta dosis vaksin, kini selain mempercepat pengembangan vaksin lokal dan terus bernegosiasi untuk pembelian vaksin. ‘ (hui)

Video Rekomendasi :