Virus ‘Super Mutan’ India Merebak, Beroperasi 20 Jam Sehari! Krematorium Kelebihan Beban Hingga Rusak

NTD

Jumlah infeksi baru dari virus Komunis Tiongkok (COVID-19) di India mengalami peningkatan tajam. Sedangkan jumlah kematian tetap tinggi. Ada kekurangan tempat tidur rumah sakit di banyak tempat. Krematorium di beberapa kota kewalahan. Beberapa ahli khawatir, mungkin terkait dengan virus varian B.1.617 yang dikenal sebagai “varian super” yang ditemukan di India.

India adalah salah satu negara yang paling parah di dunia, dengan lebih dari 15,6 juta orang terinfeksi akibat COVID-19. 

Baru-baru ini, jumlah infeksi baru di India meningkat tajam setiap hari, dan jumlah kematian juga tetap tinggi. Pada selasa 20 April, India memiliki hampir 260.000 kasus infeksi baru dan 1.671 kasus kematian.

Banyak kota di India mengalami kekurangan tempat tidur rumah sakit, suplai oksigen serta kebutuhan obat-obatan dasar yang tak mencukupi. Ada banyak permintaan pertolongan untuk meminta bantuan di platform media sosial. 

Ada laporan di seluruh negeri, beberapa orang telah meninggal dunia karena mereka tidak menerima perawatan tepat waktu. Hampir tidak ada tempat tidur di kota-kota yang berdampak parah seperti Delhi, Mumbai dan Ahmedabad.

Beberapa pemerintah negara bagian menyatakan, mereka sedang membangun fasilitas baru. Kota-kota lain menggunakan hotel dan stadion untuk menambah jumlah tempat tidur. Akan tetapi, para ahli khawatir akan sulit untuk mengimbangi peningkatan jumlah yang terinfeksi.

Terjadi peningkatan jenazah yang memenuhi krematorium di beberapa daerah hingga kewalahan.

Gara-gara terjadi lonjakan tajam kasus kematian di April, peralatan incinerator di beberapa kota di Gujarat harus beroperasi sepanjang waktu. Hingga mengakibatkan kewalahan dan rusak. 

Diantaranya, incinerator listrik di krematorium di ibu kota Ahmedabad, harus beroperasi selama 20 jam sehari selama dua minggu terakhir. Akibatnya, cerobong asap meledak. 

Di Surat, ada Krematorium tidak sempat mendinginkan Incinerator, menyebabkan penyangga besi di tungku meleleh. 

Seorang anggota staf menyatakan, mereka mengkremasi 20 jenazah setiap hari di bulan Maret. Akan tetapi, harus memproses lebih dari 80 jenazah setiap hari di bulan April.

Pakar India menunjukkan, lonjakan epidemi di negara itu mungkin terkait dengan varian virus yang ditemukan secara lokal. Virus itu muncul pada tahun lalu. 

Baru-baru ini, para ilmuwan menamakannya B.1.617. Virus itu juga disebut  sebagai “virus super”. Protein lonjakan virus varian tersebut mengalami mutasi ganda. Hingga membuatnya lebih menular. Di negara bagian India yang terkena dampak parah, lebih dari 60% pasien terinfeksi virus varian ini.

Seorang pakar Jerman menunjukkan, dua kasus mutasi B.1.617 akan mengurangi kemampuan menetralkan antibodi atau sel T. Akan tetapi, tingkat penurunannya masih belum jelas. Ini berarti, orang yang telah divaksinasi atau  terinfeksi dan pulih, juga dapat re-infeksi oleh varian virus itu.

Saat ini, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah mengklasifikasikan varian virus yang ditemukan di Afrika Selatan, Brasil, dan Inggris sebagai varian yang mengkhawatirkan. Sedangkan v B.1.617 masih ditetapkan sebagai varian yang sedang diamati oleh WHO.  (hui)