Tiongkok Menangguhkan Penerbangan Kargo ke India yang Diserang COVID-19

Alex Wu

Pembaruan: Pada malam 27 April, Sichuan Airlines mengatakan pihaknya sedang mengerjakan sebuah rencana untuk melanjutkan penerbangan-penerbangan kargo ke India, meskipun saat ini masih mandek.

India mengalami sebuah lonjakan COVID-19 besar-besaran di mana lebih dari 300.000 kasus yang dipastikan setiap hari dalam seminggu terakhir. Mengikuti negara-negara demokrasi, rezim komunis Tiongkok berjanji untuk membantu India, namun, media India melaporkan bahwa sebuah maskapai penerbangan besar milik pemerintah Tiongkok telah menangguhkan semua penerbangan kargo ke India yang diperlukan untuk membawa persediaan medis, dan para produsen perlengkapan medis telah menaikkan harga.

Belakangan ini, Amerika Serikat, Inggris, dan Uni Eropa telah menghubungi India untuk memberikan bantuan yang mendesak. Pemerintah Biden berjanji untuk dengan segera menyediakan bahan mentah ke India yang dibutuhkan untuk memproduksi vaksin, perbekalan kesehatan, dan pelindung peralatan.

Pemerintah Tiongkok juga berjanji untuk memberikan bantuan dan dukungan kepada India. Pada 26 April, juru bicara Kementerian Luar Negeri Tiongkok Hua Chunying men-tweet, “Kami prihatin akan situasi gawat di India. Kami siap membantu jika India memberitahu kami kebutuhan spesifiknya.”

Namun, menurut sebuah laporan Times of India pada 26 April, Sichuan Airlines milik pemerintah Tiongkok telah menangguhkan semua penerbangan kargo ke India selama 15 hari. Hal tersebut sangat mempengaruhi kemampuan penduduk setempat untuk mendapatkan konsentrator oksigen dan peralatan medis lain yang sangat dibutuhkan dari Tiongkok.

Selain itu, para pedagang juga mengeluhkan pabrikan Tiongkok meningkatkan harga perlengkapan medis sebesar 35–40 persen, dan biaya-biaya angkutan melalui pesawat terbang juga meningkat lebih dari 20 persen, menurut laporan tersebut.

Pada konferensi pers rutin Kementerian Luar Negeri Tiongkok pada 26 April, seorang reporter dari Indian Broadcasting Corporation bertanya kepada juru bicara Kementerian Luar Negeri Tiongkok Wang Wenbin mengenai penangguhan itu: “Anda mengatakan minggu lalu bahwa Tiongkok dan India sedang berkomunikasi mengenai penyediaan pasokan medis oleh Tiongkok ke India. 

Pada saat yang sama, perusahaan-perusahaan India juga membeli pasokan obat-obatan dari Tiongkok untuk memenuhi kebutuhan India dalam menanggapi epidemi. Tetapi saat ini, Sichuan Airlines milik Tiongkok menangguhkan operasi-operasi kargonya ke India, yang mencegah India untuk membeli barang-barang yang sangat dibutuhkan pada saat kritis ini.”

Wang Wenbin menjawab dengan mengulangi bahwa Tiongkok akan memberikan bantuan dan mengatakan bahwa pembelian pasokan-pasokan medis yang mendesak oleh perusahaan-perusahaan India dari Tiongkok “adalah sebuah perilaku pembelian yang normal di antara perusahaan.” Dan Wang Wenbin menyarankan reporter India tersebut untuk memeriksa dengan maskapai-maskapai terkait mengenai pengoperasian penerbangan-penerbangan tertentu.

Saat ini, lebih dari selusin negara telah menangguhkan penerbangan ke India, tetapi larangan tersebut tidak mencakup penerbangan kargo atau penerbangan pesawat yang membawa personel medis.

Sebaliknya, negara-negara seperti Inggris secara aktif mengirim pesawat-pesawat terbang yang sarat dengan pasokan medis ke India. Sebuah penerbangan dari Inggris yang membawa ventilator dan konsentrator oksigen mendarat di New Delhi pada 27 April.

Mengenai janji Tiongkok untuk membantu India, kolumnis Amerika Serikat dan ahli Tiongkok Gordon Chang menjawab di Twitter dengan meminta Tiongkok untuk mengungkapkan bagaimana COVID-19 dimulai.

Pandemi COVID-19 yang dimulai di kota Wuhan di Tiongkok pada November lalu telah merenggut 3,13 juta nyawa di seluruh dunia, tetapi sejauh ini rezim komunis Tiongkok  belum memberikan data asli mengenai virus tersebut, yang selama ini  dikritik oleh banyak orang di seluruh dunia.

Pada 22 April, sekelompok senator Amerika Serikat mengusulkan sebuah rencana undang-undang yang akan mengisyaratkan Presiden Joe Biden untuk mendeklasifikasi intelijen di laboratorium P4, Institut Virologi Wuhan, yang diduga kebocoran virus tersebut. (Vv)