Ketika raksasa Teknologi Tiongkok Memasuki Pasar Mobil Listrik yang Berujung Berakhirnya Bulan Madu Tesla

Kini, masa bulan madu Tesla di Tiongkok akhirnya sudah berakhir. Pembuat mobil tersebut terjebak dalam berbagai kontroversi di Tiongkok baru-baru ini. 

Melansir dari chanel Zooming In China dengan host, Simone Gao, ini terungkap dengan melihat kritik-kritik dari media milik negara Tiongkok. Sejauh ini, Tiongkok adalah pasar kedua terbesar bagi Tesla di seluruh dunia dan bertanggung jawab atas 30 persen penjualan Tesla pada tahun 2021. Misalnya, Gigafactory Tesla dibangun di Shanghai pada tahun 2019. 

Selanjutnya, Outlet-outlet berita utama menuduh kecerobohan Tesla mengenai keamanan kendaraan pada bulan April lalu, itu setelah sebuah pemrotes mengacau di sebuah pameran mobil Tesla yang memakai sebuah kaos bertuliskan ‘Rem-rem Tesla tidak berfungsi.’ 

Xinhua mencela Tesla tidak menghargai para konsumen Tiongkok dan sebuah komisi top Partai Komunis Tiongkok mencela Tesla yang arogan. Ironisnya semua keamanan kendaraan adalah masalah terakhir yang akan dialami Tesla di Tiongkok. 

Sebuah survei konsumen dari tahun 2020 menemukan 38 model mobil di Tiongkok, model 3 Tesla memiliki berkas-berkas keluhan konsumen yang paling sedikit, di mana 0,7 per 10.000 kendaraan yang terjual. Sebaliknya rata-rata jumlah keluhan untuk semua model yang populer adalah 33,5. 

Masih mengenai Tesla yang mengeluarkan sebuah permintaan maaf pada bulan lalu dan berjanji untuk bekerja lebih erat dengan para regulator Tiongkok. Tampaknya tidak cenderung para konsumen Tiongkok akan menyingkirkan Tesla. 

Tetapi ketika media negara menyerang, biasanya berarti sesuatu yang lebih sinis, anda sudah menjadi target Partai Komunis Tiongkok. Misalnya milyarder Mogul Jack Ma yang menghilang selama tiga bulan pada tahun 2020, ia telah menjadi target kritik media Tiongkok. Dikarenakan berbicara tanpa berpikir sebelumnya, itu setelah Jack Ma mengeluarkan pernyataan-pernyataan yang kritik sistem perbankan Tiongkok. 

Apa latar belakang ketidaksenangan Partai Komunis Tiongkok terhadap Tesla. Pertama, kita harus memeriksa kebijakan industri Tiongkok dan peran yang dimainkan Tesla dalam kebijakan itu. 

Pada tahun 2017, Tesla bernegosiasi dengan para pejabat Tiongkok mengenai pembukaan sebuah pabrik di Shanghai, namun pembicaraan tersebut berhenti pada masalah kepemilikan gabungan. 

Sejak tahun 1990-an, Tiongkok membuat sebuah kondisi bagi pabrik-pabrik mobil asing dan banyak perusahaan lainnya untuk membuat joint venture 50-50 di Tiongkok, bila pabrik-pabrik dan perusahaan-perusahaan tersebut ingin menjual barang dagangannya di Tiongkok. 

Setelah berpuluh-puluh tahun melakukan joint venture dengan perusahaan-perusahaan asing, pada tahun 2.000 tidak ada lagi perlengkapan telekomunikasi yang diimpor Tiongkok. 

Telekomunikasi Tiongkok Huawei tumbuh bertahun-tahun untuk mengambil alih telekomunikasi Amerika Serikat seperti Lucent dan Nortel sejak itu menghilang. 

Pada saat Presiden Donald Trump mengeluarkan sebuah kendali ekspor terhadap Huawei terkait dengan keprihatinan-keprihatinan keamanan, banyak orang Amerika Serikat terkejut saat mengetahui bahwa Amerika Serikat tidak memiliki sebuah perusahan yang mampu membuat pabrik dengan teknologi yang sama. Teknologi kekayaan Tesla di bidang perangkat lunak dan rancangan baterai swa-berkendara yang efisien diperkirakan lima hingga delapan tahun ke depan, para pesaing dan secara alami para pejabat Tiongkok menginginkannya. 

Namun, Elon Musk menolak untuk pindah tempat. Ia mengatakan bahwa ia hanya akan membuka pabrik tersebut di Shanghai bila Tesla diperbolehkan melindungi kekayaan intelektualnya. Secara mengejutkan pada bulan April 2018, para pejabat Tiongkok mengalah. 

Pada tahun 2017, Donald Trump mendeklarasikan sebuah perang dagang dengan Tiongkok. 

Para pengamat mengatakan bahwa para regulator Tiongkok, merasa khawatir bila investasi asing akan berhenti dan Tiongkok memiliki daya tawar yang lemah dibandingkan dengan sebelumnya. Oleh karena itu Tiongkok mengabulkan permintaan Tesla. Di antara semua produsen mobil asing di Tiongkok, hanya Tesla saja yang bukan merupakan sebuah proyek joint venture. 

Namun, Tesla segera akan menghadapi masalah-masalah di Tiongkok. Pada bulan Mei 2019, Tesla menuntut mantan karyawan Tiongkok, karena mencuri kode sumber untuk perangkat lunak autopilot Tesla. 

Tuduhan tersebut berbunyi bahwa karyawan tersebut telah mengunggah 300.000 berkas Tesla ke akun iCloud Tesla dan mengirimkan berkas-berkas tersebut ke sebuah perusahaan pesaing yaitu Xiaopeng, yang dikenal sebagai penyontek Tesla untuk berusaha menandingi Tesla. 

Dari perangkat lunak dengan rancangan kendaraan, bahkan hingga strategi pemasaran Tesla. Elon Musk cukup marah hingga secara pribadi menulis beberapa pesan di Twitter yang menertawakan Xiaopeng. 

Xiaopeng bukanlah satu-satunya pesaing Tesla di Tiongkok. Ada merek-merek lain seperti Nio dan Auto, dan produsen mobil terbesar di Tiongkok yaitu Geely mengatakan pada bulan Maret bahwa pihaknya juga berencana memasuki pasar kendaraan listrik. 

Kini pertanyaannya adalah, bila Tesla sudah bertahan lama dalam industri mobil Tiongkok dengan teknologi yang disediakan Tesla dan kepiawaian insinyur-insinyur setempat yang didapat adalah tidak menyeluruh. 

Reuters melaporkan sebuah pergeseran kebijakan yang utama oleh Tesla di Tiongkok dalam beberapa minggu terakhir. Sebelumnya Tesla menghindari pertemuan-pertemuan tersendiri yang diadakan para regulator Tiongkok bersama, dengan para produsen mobil untuk membahas kebijakan-kebijakan industri. 

Perusahaan seperti Toyota dan General Motors menghadiri pertemuan-pertemuan tersebut, tetapi Tesla lebih menyukai konferensi-konferensi umum, namun hal tersebut harus berubah. 

Pada bulan April, Tesla juga memposting iklan perekrutan untuk mencari manajer-manajer yang dapat membangun basis-basis data kebijakan, untuk kerja sama yang lebih baik dengan para regulator Tiongkok. 

Berapa lama lagikah Tesla mampu bertahan hidup di Tiongkok? Pada bulan Oktober lalu, seorang analis untuk Morgan Stanley secara provokatif menulis bahwa penjualan Tesla di Tiongkok per tahun 2030 akan nol.

Pada bulan November 2020, Dewan Negara Tiongkok mengeluarkan rencana perkembangan kebutuhan-kebutuhan industri kendaraan dengan energi baru tahun 2021-2035. Rencana tersebut menuntut proporsi kendaraan-kendaraan dengan energi baru di seluruh pasar otomobil Tiongkok ditingkatkan dari 5 persen pada tahun 2020 menjadi 20 persen pada tahun 2025. 

Per tahun 2035, kendaraan-kendaraan yang murni menggunakan listrik, harus menjadi mayoritas penjualan-penjualan baru. Pemerintah Tiongkok sangat mendukung pengembangan kendaraan-kendaraan dengan energi baru di Tiongkok, yang berharap dengan terjun ke bidang produksi kendaraan-kendaraan listrik, Tiongkok dapat mengungguli kebutuhan-kebutuhan industri mobil tradisional dalam waktu yang sangat singkat. 

Pada tahun 2020, penjualan kendaraan-kendaraan dengan energi baru di Tiongkok hampir mencapai 44 persen dari total penjualan di seluruh dunia. Perusahaan UBS yakin bahwa di bawah keadaan-keadaan yang optimis, Tiongkok akan memiliki beberapa perusahaan otomobil dan rantai pasokan terdepan di dunia per tahun 2030, yang mana mencakup hampir semua pasar kendaraan listrik di seluruh dunia. 

Bila para produsen mobil Tiongkok mengambil setengah pasar mobil listrik di seluruh dunia, seberapa besar sebuah pembagian pasar yang dimiliki para produsen mobil di Tiongkok? 

Kita lihat lagi, krisis hubungan masyarakat yang dialami Tesla di Shanghai Auto Show, media Tiongkok, yang mencakup media yang dimiliki pemerintah Tiongkok, mengecam keras Tesla karena tidak menghargai para konsumen Tiongkok dan tidak menunggu untuk berkompromi. 

Pada saat yang bersamaan, media Tiongkok mendorong citra Huawei, karena Huawei mulai menjual mobil-mobil listrik di toko-toko unggulan Huawei. Sistem setir listrik yang baru milik Huawei digunakan pada mobil listrik buatan Tiongkok, sainize, menurut Huawei, karena kendali-kendali ekspor oleh Amerika Serikat. 

Pasokan-pasokan chip Huawei dipangkas, sedangkan Huawei dipaksa untuk menjual bisnis telepon selulernya yang sangat menguntungkan itu. Akan tetapi, penjualan otomobil  memiliki laba bersih yang lebih besar, yang diharapkan dapat menutupi kerugian di bisnis telepon seluler. 

Apa artinya ini? Kita harus memahami bahwa pemerintah Tiongkok memiliki maksud untuk membantu Huawei dan perusahaan Tiongkok lainnya untuk bersaing dengan Tesla. 

Pada bulan Maret, militer Tiongkok melarang kendaraan-kendaraan Tesla untuk digunakan militer Tiongkok yang menunjukkan, risiko-risiko keamanan terkait dengan sejumlah besar kamera di kendaraan-kendaraan Tesla. 

Elon Musk kemudian menanggapi masalah tersebut secara pribadi pada bulan itu dan mengatakan bahwa Tesla tidak akan pernah memata-matai Tiongkok. 

Untuk saat ini, Tesla diizinkan untuk tetap berada di Tiongkok tanpa berbagi rahasia-rahasia dagang Tesla, karena Elon Musk sendiri mengatakan bahwa Xiaopeng hanya memiliki sebuah versi perangkat lunak Tesla yang sudah ketinggalan zaman. 

Seorang ahli Tiongkok bernama Zang Qichao, yang adalah seorang penasihat ahli modal ekuitas Bank of China. Ia menyimpulkan hak-hak Tiongkok dalam 40 tahun terakhir dalam satu menit. “Saya pikir ini adalah sesuatu yang harus dipikirkan Elon Musk bila ia membayangkan masa depan Tesla di Tiongkok.

“Pemerintah Tiongkok tidak dapat mencontek orang-orang asing, tetapi apa yang telah dilakukan oleh pemerintah Tiongkok? Pemerintah Tiongkok menyemangati rakyatnya agar mereka memulai bisnisnya sendiri. Dan apa yang terjadi dengan orang-orang asing? Temani orang-orang asing itu untuk melakukannya sendiri. Temani orang-orang asing itu untuk melakukannya sendiri. Temani orang-orang asing itu untuk melakukannya sendiri. Temani orang-orang asing itu untuk melakukannya sendiri. Empat puluh tahun berlalu dalam sekejap.” 

Ia juga mengatakan, kita belajar dari hal itu, dan kini kita memiliki semua operator-operator tunggal. Saat kita menoleh ke masa lalu, pabrik-pabrik itu adalah milik kita, perlengkapan itu adalah milik kita, teknologi itu adalah milik kita, hak-hak paten itu adalah milik kita, produk-produk itu adalah milik kita, pasar itu adalah milik kita, merek-merek itu adalah milik kita. Itulah sebabnya mengapa Menteri Luar Negeri kita Yang Jiechi dan Wang Yi sedemikian ngotot saat mereka berbicara dengan Amerika Serikat. 

Mereka mengatakan, “Anda tidak berhak, untuk berbicara kepada kami dengan cara ini. Coba anda lihat masa lalu, kami telah melakukan hal selama empat puluh tahun: menyontek. Kami telah menyontek semua cara sampai kami kini adalah nomor satu di dunia. Kami menyontek secara biadab, kami menjiplak secara biadab. Apa itu hak-hak kekayaan intelektual? Apa itu teknologi yang dipatenkan? Siapa peduli? Kami melakukannya pertama-tama. 

Tetapi pada saat kami secara tiba-tiba melihat ke masa lalu, kita menemukan dua hal. 

1. Amerika Serikat mengetahui hal tersebut. Amerika Serikat tidak membiarkan kita menyontek apa pun.

2. Kita juga mengetahui hal tersebut. Mengapa? Kita sudah dalam barisan pertama untuk menyontek.

Ayo maju, tidak ada makalah untuk kita contek. Kemudian kita berpikir, dari mana makalah tersebut berasal? Dari mana hak paten itu berasal? Kita harus berkembang dan meneliti sendiri. Pada saat ini pemerintah kita dengan segera mengemukakan sejak sekarang. 

Anda perlu untuk mengerti, kita tidak dapat katakan hal itu terlalu terus terang, maka kita mengeluarkan sebuah slogan yang disebut perkembangan sebagai prioritas pertama. Kini kita membongkar perkembangan dan menggantikannya dengan apa? Inovasi adalah produktivitas yang pertama. Sejak lama pemerintah kita, lima tahun yang lalu, sepuluh tahun yang lalu mengemukakan sebuah slogan semacam itu, hanya kita tidak mengetahuinya.  (Vv)