Jepang Menyumbang 1,24 Juta Dosis Vaksin AstraZeneca kepada Taiwan

oleh Chen Han

Dengan dukungan dari partai-partai yang berkuasa dan oposisi, pemerintah Jepang pada 4 Juni telah memasok 1,24 juta dosis vaksin AstraZeneca (AZ) untuk membantu Taiwan memerangi epidemi.

Japan Airlines dengan nomor penerbangan JL 809 mendarat di Bandara Internasional Taoyuan, Taiwan pada 4 Juni pukul 14:00 waktu setempat dengan membawa 1,24 juta dosis vaksin AZ yang disumbangkan oleh Jepang kepada Taiwan. Seperti hujan yang turun di musim kemarau panjang, uluran tangan Jepang mendapatkan sambutan hangat dari rakyat Taiwan.

Epidemi pneumonia Wuhan telah mengamuk di dunia selama lebih dari setahun, dan Taiwan telah mencapai keberhasilan dalam pencegahan epidemi. Namun, sejak pertengahan Mei lalu, epidemi tersebut meluas, karena situasi epidemi di berbagai negara yang masih membara, pengiriman vaksin asing yang dipesan oleh pemerintah Taiwan tahun lalu belum sesuai harapan.

Dalam konferensi pers Menteri Luar Negeri Jepang Toshimitsu Motegi mengatakan bahwa Jepang memutuskan untuk memasok secara gratis vaksin kepada Taiwan yang di saat ini sangat membutuhkan vaksin untuk mencegah peningkatan jumlah infeksi di negara tersebut, di samping itu mengingat di masa lalu, selama gempa hebat di Timur Jepang pada 11 Maret, Taiwan memberikan banyak dukungan kepada Jepang. Ini menunjukkan hubungan persahabatan yang erat antara Jepang dengan Taiwan.

Untuk mencegah adanya gangguan dari komunis Tiongkok, Taiwan dan Jepang cukup berhati-hati dalam mempersiapkan dan mengoperasikan pengiriman.

Pada 24 Mei, Taiwan dan duta besar AS untuk Jepang dan para pemimpin politik Jepang membahas pengiriman vaksin AZ ke Taiwan. Mantan Perdana Menteri Shinzo Abe dan anggota pemerintah lainnya dari partai yang berkuasa juga membantu dalam proses tersebut.

Profesor Lee Yeau-Tarn, dosen National Development Research Institute, National Chengchi University, Taiwan mengatakan : “Pengiriman vaksin Jepang ke Taiwan kali ini merupakan wujud dari kerjasama yang erat antara Taiwan, Jepang, dan Amerika Serikat. Dengan dukungan timbal balik dan kerjasama yang erat, ternyata pengiriman vaksin dapat ditangani seperti ini. Dan itu juga sebagai peringatan buat komunis Tiongkok. Jika mereka berani menggunakan kekuatan senjata untuk menekan Taiwan, maka Taiwan, Jepang dan Amerika Serikat dapat bergandengan tangan untuk memberikan respon yang lebih cepat”.

Presiden Republik Tiongkok Tsai Ing-wen mengatakan bahwa kami berterima kasih atas bantuan tepat waktu dari mitra kami yang juga menjunjung tinggi nilai-nilai kebebasan dan demokrasi, membuat Taiwan yang demokratis lebih percaya diri dalam mempertahankan sistem demokrasi.

Kantor dari Asosiasi Pertukaran Jepang – Taiwan di Taipei dalam sebuah pesan yang diposting di Facebook menyatakan bahwa Taiwan telah mendukung Jepang selama gempa bumi dan tsunami yang terjadi 10 tahun silam, juga saat awal pecahnya epidemi setahun yang lalu. “Jepang berharap dapat membantu Taiwan, seperti yang dilakukan Taiwan kepada kami saat itu”.

Tang Jingyuan, komentator politik yang tinggal di AS mengatakan : “Nilai-nilai yang diungkapkan oleh pemerintah Jepang adalah nilai universal yang normal dari masyarakat manusia, yaitu, rasa terima kasih dan saling membantu. Tetapi kita tahu bahwa organisasi seperti komunis Tiongkok itu tidak pernah memiliki nilai seperti itu”.

Pemerintah komunis Tiongkok tidak mengizinkan Taiwan untuk berpartisipasi dalam Organisasi Kesehatan Dunia. Ketika epidemi di Taiwan mulai serius, mereka berusaha  mencegah pemerintah Taiwan membeli vaksin. Baru-baru ini bahkan mengeluarkan ancam terhadap pemerintah Jepang.

Profesor Lee Yeau-Tarn mengatakan : “Taiwan menyumbangkan dana selama gempa dan tsunami 11 Maret di Jepang, dan Jepang tahu berterima kasih. Tetapi komunis Tiongkok yang menerima banyak sumbang dari Taiwan selama gempa Sichuan terjadi, selain tidak tahu berterima kasih, juga sewaktu-waktu menyerang rakyat Taiwan, dan bermanis-manis di mulut tetapi menusuk dari belakang dalam menanggapi semua pidato dan kebijakan yang diambil pemerintah Taiwan. Kenyataan ini, tentu saja membuat rakyat Taiwan menjadi lebih sadar siapa teman dan siapa lawan”.。

Media sosial di Taiwan saat ini dipenuhi oleh ucapan terima kasih dari warga Taiwan kepada pemerintah dan rakyat Jepang atas sumbangan vaksin mereka. Bahkan ada pesan yang diposting netizen berbunyi : Kita tidak akan melupakan peristiwa pembantaian yang dilakukan komunis Tiongkok di Lapangan Tiananmen pada 4 Juni 1989. Lebih-lebih kita tidak dapat melupakan kebaikan Jepang yang mengirim vaksin ke Taiwan pada 4 Juni 2021.

Lee Yeau-Tarn mengatakan bahwa jika pemerintah komunis tiongkok tidak membantai rakyatnya saat itu, mungkin tidak akan muncul pandemi abad ini.

“Jika komunis Tiongkok tidak melakukan penindasan pada 4 Juni, rakyat Tiongkok memiliki kebebasan berbicara, dan tidak akan dilanda bencana wabah. Pemerintah komunis Tiongkok  menindas Li Wenliang dan para pelapor (Whistleblower) lainnya. Jika rakyat Tiongkok dan media menikmati kebebasan berbicara, dan lebih jauh lagi ada partai oposisi yang mengawasi pemerintah, jadi epidemi hari ini, apakah itu berasal dari alam atau bocornya virus laboratorium milik komunis Tiongkok, akan segera bisa diatasi dan tidak akan menyebabkan lebih dari 100 juta orang di seluruh dunia terinfeksi, dan total lebih dari tiga juta orang akan meninggal dunia”, kata Lee Yeau-Tarn.

Komentar berpendapat bahwa dipilihnya 4 Juni untuk pengiriman vaksin ke Taiwan melepaskan sebuah pesan yang kuat.

Tang Jingyuan mengatakan : “Kini pemerintah Jepang tidak lagi peduli dengan apa yang disebut hari sensitif bagi komunis Tiongkok. Hal ini memiliki makna diplomatik yang sangat penting, yang sama dengan mengingatkan Beijing bahwa saya tidak peduli lagi dengan garis merah Anda”.

Netizen yang jeli menemukan bahwa selama penerbangan Japan Airlines JL 809, ada pesawat baling-baling kecil bertanda TORI209 di dekatnya. Itu adalah pesawat angkut MC-12W Korps Marinir yang berangkat dari pangkalan militer AS di Okinawa, Jepang, dan merupakan pesawat pengintaian intelijen. Ketika Japan Airlines yang membawa vaksin terbang melewati Laut Tiongkok Timur, pesawat pengintai ini menyalakan sinyal versi sipil, dan sepertinya Washington sengaja mengirim sinyal “Amerika Serikat sedang memantau” kepada Beijing serta kalangan luar lain yang berkepentingan. (sin)