Usai Vaksinasi Berskala Besar dengan Sinovac, Ibukota Chili Kembali Lockdown Akibat Jumlah Kasus Infeksi Memecahkan Rekor Baru

oleh Li Yun

Pemerintah komunis Tiongkok menargetkan negara-negara di Afrika dan Amerika Selatan sebagai tempat penerapan diplomasi vaksin. Namun, setelah sejumlah besar penduduk Chili, Amerika Latin menerima vaksin buatan Sinovac, jumlah kasus yang dikonfirmasi terinfeksi virus komunis Tiongkok (COVID-19) justru meningkat tajam dan kembali di Lockdown.  

Menurut data yang dikumpulkan oleh Reuters pada 12 Juni, Chili adalah negara di Amerika Selatan yang rakyatnya paling banyak sudah divaksin.

 75% dari 15 juta orang penduduknya telah menerima setidaknya dosis pertama vaksin, dan hampir 58% telah menerima dua dosis vaksin. Chili menjadi negara kelima di dunia yang tingkat vaksinasinya paling tinggi.

Namun, Kementerian Kesehatan Chili mengatakan bahwa jumlah kasus baru dalam satu hari di seluruh negeri, meningkat sebesar 17% dalam dua minggu terakhir, dan jumlah kasus baru dalam satu hari telah meningkat sebesar 5% di wilayah metropolitan, Santiago. Termasuk juga Kota San Diego.

Chili telah menerapkan vaksinasi untuk perawat medis di lini depan sejak bulan Desember tahun lalu. 

Pada bulan Februari tahun ini, otoritas Chili telah menerima hampir 4 juta dosis vaksin Sinovac buatan komunis Tiongkok. Negara itu mulai memvaksinasi para lansia dan staf kunci pemerintah dan medis. 

Pada akhir bulan Maret, sudah ada lebih dari 35% penduduk yang telah divaksinasi. Menjadikan Chili sebagai negara dengan tingkat cakupan vaksinasi tertinggi di dunia.

Rodrigo Yanez, Wakil Menteri Perdagangan Chili saat itu mengatakan bahwa negaranya, bahkan telah menandatangani kontrak perjanjian penyediaan vaksin dengan perusahaan CanSino Biologics Tiongkok untuk mendapatkan pasokan 1,8 juta dosis vaksin pada Mei 2021.

Hampir semua pasien berusia di atas 70 tahun yang menerima vaksin buatan komunis Tiongkok meninggal dunia

Namun, menurut laporan penelitian oleh situs data vaksin Our World In Data. Meskipun 90% penduduk menerima vaksin Sinovac, jumlah kasus baru yang dikonfirmasi di Chili telah mengalami peningkatan tajam dari hampir 4.000 kasus pada awal bulan Februari, menjadi  5.000 kasus pada akhir bulan Maret. Meningkat hampir 30%.

Media berita Al Jazeera pada 17 Maret memberitakan bahwa, meskipun Chili telah menyelesaikan vaksinasi terhadap sebagian besar populasinya.  Namun demikian, unit perawatan intensif justru penuh sesak, memicu krisis kesehatan masyarakat. 

Dr. Sebastian Urgarte mengatakan bahwa pasien lansia berusia di atas 70 tahun di Chili, hampir semua meninggal dunia. Padahal kebanyakan dari mereka telah divaksinasi.

Dokter di unit perawatan intensif setempat juga menyatakan bahwa, bahkan jika ruang unit perawatan intensif digandakan, tingkat pemanfaatan tempat tidur akan tetap penuh. Banyak lansia di atas 70 tahun, akhirnya menemui ajal meskipun mereka sebelumnya telah menerima vaksin Sinovac. Bahkan, mulai bermunculan pasien berusia muda yang sakitnya kritis.

Badan pengawasan kesehatan Chili mengatakan, pada pertengahan bulan Maret bahwa virus varian Brasil yang paling umum berjangkit di Chili, yang dua kali lebih menular daripada jenis virus sebelum bermutasi. 

Saat itu, unit perawatan intensif di San Diego telah mencapai 98% dari kapasitas maksimalnya. Seorang ahli penyakit menular di sebuah rumah sakit besar yang tidak bersedia, disebutkan namanya mengatakan bahwa vaksin tidak dapat sepenuhnya meringankan beban rumah sakit.

Pada 26 Maret, jumlah kasus infeksi baru di Chili mencapai angka tertinggi baru, tertinggi dalam sehari tercatat sampai 7.626 kasus, mengakibatkan persediaan tempat pembaringan di rumah sakit sangat terbatas. Pada 1 April, jumlah kasus yang dikonfirmasi di Chili mencapai 7.830, sehingga lockdown terpaksa diberlakukan di ibu kota Santiago.

Pada awal Mei, jumlah kasus yang dikonfirmasi di Chili sedikit melambat. Namun demikian, sejak akhir bulan Mei, jumlah kasus baru dalam satu hari di Chili telah meningkat tajam lagi. 

Jumlah kasus yang dikonfirmasi pada 11 Juni adalah 7.941, dan selama 7 hari terakhir tercatat rata-rata kasus infeksi adalah 7.153. 

Unit perawatan intensif hampir penuh. Pada 12 Juni, Chili mengumumkan bahwa ibu kota, Santiago kembali diblokir.

Jumlah kasus yang dikonfirmasi di negara-negara yang berfokus pada vaksin buatan komunis Tiongkok meningkat tajam

Faktanya, tidak hanya Chili, tetapi di seluruh dunia, selama negara itu berfokus pada penggunaan vaksin buatan komunis Tiongkok, jumlah kasus yang dikonfirmasi selain tidak menurun tetapi meningkat.

Misalnya, Turki sejak Januari tahun ini telah menggunakan vaksin Sinovac untuk pencegahan sekitar 8 juta (lebih dari 10% jumlah populasi) warganya. Tetapi epidemi juga menyerang balik setelah akhir bulan Februari tahun ini. Tercatat pada 30 Maret, ada 37.303 kasus baru yang terjadi. Angka itu merupakan rekor tertinggi dalam satu hari sejak wabah pada periode yang sama tahun lalu.

Pakistan mulai menggunakan vaksin buatan komunis Tiongkok pada awal bulan Februari. Meski demikian, mengalami gelombang ketiga epidemi pada bulan Maret tahun ini. Tingkat infeksi nasional naik menjadi 11%, adalah level tertinggi sejak epidemi melanda Pakistan. Saat itu, lebih dari 20 kota diblokir karena epidemi yang parah.

Keterangan Foto :  Negara-negara (dari atas ke bawah) Pakistan, Brasil, Chili, dan Turki mengalami kenaikan tajam jumlah pasien COVID-19. Garis titik-titik merupakan dimulainya vaksinasi massal. (JohnHopkins University/Epoch Times)

Pada 11 Juni, JP Morgan Chase AS mengeluarkan laporan tentang efektivitas dari vaksin COVID-19, melalui pengamatan terhadap penurunan jumlah yang dikonfirmasi di 18 negara.  Yang mana, menggunakan baik vaksin buatan Eropa atau Amerika Serikat dan vaksin buatan komunis Tiongkok. Hasilnya menemukan bahwa situasi epidemi di negara-negara yang penduduknya divaksinasi dengan vaksin buatan Eropa atau Amerika Serikat mengalami peredaan. 

Sedangkan, jumlah kasus yang dikonfirmasi di negara-negara yang menggunakan vaksin buatan komunis Tiongkok, justru “garis kurvanya menembus keluar dari grafik”, alias meningkat tajam.

Laporan tersebut menunjukkan bahwa, jumlah kasus yang baru didiagnosis di Belanda, Inggris, Swedia, Prancis, Amerika Serikat, Kanada, Italia, Jerman, dan Israel yang divaksinasi dengan vaksin Pfizer, Moderna dan AstraZeneca turun secara signifikan, bahkan Kanada sudah mendekati nol kasus.

Di negara-negara seperti Seychelles, Uruguay, Maladewa, Bahrain, Argentina, Chili, Uni Emirat Arab, Namibia dan negara-negara lain yang telah divaksinasi dengan vaksin buatan komunis Tiongkok, kecuali Hungaria yang mengalami penurunan jumlah kasus yang dikonfirmasi setiap 7 hari. 

Jadi semakin banyak penduduk di negara lain yang divaksin dengan vaksin buatan komunis Tiongkok, maka akan semakin tinggi jumlah kasus yang dikonfirmasi. Di antara mereka, kurva untuk penduduk yang terkonfirmasi COVID-19 di Bahrain, Maladewa, dan Seychelles justru “menembus keluar dari grafik”.

Dokter Jing-Chung Shih melalui akunnya di Facebook mengingatkan, kita semua bahwa grafik dari JP Morgan Chase yang ia posting kiranya dapat digunakan sebagai referensi bagi masyarakat. Cobalah untuk dipertimbangkan terlebih dahulu oleh orang-orang yang ingin pergi ke daratan Tiongkok, Eropa, atau Amerika Serikat untuk menerima vaksinasi. (sin)

Grafik JP Morgan Chase yang diposting Dr. Jin-Chung Shih di akun Facebook-nya. (Facebook)