12 Orang Pakar PBB Menuduh Pemerintah Komunis Tiongkok Melakukan Pengambilan Paksa Organ Hidup

oleh Chen Han

Sebanyak 12 orang pakar hak asasi manusia dari Perserikatan Bangsa-Bangsa pada 14 Juni 2021, mengeluarkan pernyataan yang menyatakan bahwa ada bukti yang dapat dipercaya tentang pengambilan paksa organ di Tiongkok yang ditargetkan kepada warga minoritas etnis, bahasa atau agama tertentu yang ditahan di lokasi yang berbeda, dan mereka biasanya ditangkap secara ilegal. 

Kelompok yang mengalami pengambilan secara paksa organ termasuk praktisi Falun Gong, warga etnis Uighur, Tibet, dan kaum beragama Kristen dan lainnya. Mereka dipaksa untuk menjalani tes darah dan pemeriksaan organ tanpa persetujuan mereka, dan didaftarkan dalam database sumber organ hidup untuk kepentingan transplantasi.

Organ yang diambil secara paksa dalam keadaan yang bersangkutan masih hidup adalah jantung, hati, ginjal, kornea mata, dan bagian hati yang kurang umum.

Pakar hak asasi manusia mengatakan bahwa, mereka sangat terkejut dengan praktik pemerintah komunis Tiongkok ini.

Wang Zhiyuan, juru bicara Organisasi Internasional untuk Penelusuran Penganiayaan Falun Gong (WOIPFG) mengatakan bahwa selama lebih dari 10 tahun, Penelusuran International telah mengumpulkan bukti yang kuat dan masif dan menerbitkan lebih dari 80 laporan hasil investigasi.

Juru bicara WOIPFG mengatakan : “Pada dasarnya mereka juga sudah tahu sebelumnya. Mengapa dunia jadi lebih menaruh perhatian terhadapnya sekarang ? Ini karena pemerintah komunis Tiongkok terus menyembunyikan fakta tentang virus komunis Tiongkok dan membiarkannya menyebar ke seluruh dunia. Ditambah lagi dengan penindasan mereka terhadap Hongkong, infiltrasi ke Taiwan dan ke seluruh dunia, hal mana membuat masyarakat internasional semakin sadar akan karakteristik jahat Partai Komunis Tiongkok dan dampak buruknya terhadap dunia”.

Pakar hak asasi manusia mengungkapkan bahwa, mereka telah mengajukan pertanyaan kepada Beijing pada tahun 2006 dan 2007, tetapi tanggapan yang mereka terima adalah tidak memiliki data kunci, seperti sumber organ dan waktu tunggu untuk transplantasi.

Xing Tianxing, seorang komentator politik di Amerika Serikat mengatakan bahwa, pemerintah komunis Tiongkok melakukan kontrol internal terhadap hukum keamanan publik, rumah sakit, dan media untuk menutupi fakta, dan menggunakan propaganda eksternal serta metode penyuapan untuk menghilangkan suara-suara yang mempertanyakan soal pengambilan paksa organ.

“Lembaga hak asasi manusia PBB tersebut, tidak lebih jauh menekan pemerintah komunis Tiongkok untuk memberikan data ini. Alasannya adalah karena pemerintah komunis Tiongkok telah menyusup ke komunitas internasional, termasuk PBB. Dari apa yang telah kita lihat sekarang, sama saja seperti yang mereka lakukan dalam menutupi penyebaran virus komunis Tiongkok ke dunia”, kata Xing Tianxing.

Pada Maret 2006, seorang mantan karyawan Rumah Sakit Distrik Timur Laut dengan nama samaran Anne, mempertaruhkan nyawanya untuk mengungkapkan kepada publik bahwa Rumah Sakit Sujiatun telah menahan lebih dari 6.000 orang praktisi Falun Gong, dan banyak di antaranya telah mengalami pengambilan paksa organ ginjal, kornea mata, dan organ lainnya. Setelah mereka meninggal dunia, jenazahnya dibawa ke ruang  kremasi yang diubah dari ruang ketel.

Untuk pertama kalinya, kejahatan terhadap kemanusiaan yang dilakukan komunis Tiongkok dengan pengambilan paksa organ muncul ke permukaan.

Kemudian, mantan anggota Kongres Kanada David Kilgour dan pengacara hak asasi manusia David Matas, serta reporter investigasi senior Ethan Gutmann dan lainnya, juga melakukan investigasi independen dan menerbitkan laporan yang menuduh pemerintah komunis Tiongkok dan Lembaga dan rumah sakit, yang berada di secara negeri secara paksa mengambil organ tubuh sejumlah besar praktisi Falun Gong. Kemudian menjualnya dengan harga tinggi.

Meskipun parlemen dari banyak negara Barat telah mengeluarkan sejumlah resolusi yang mengutuk kekejaman komunis Tiongkok, namun tindakan praktis di tingkat pemerintahan masih dinilai terbatas.

Pernyataan bersama ini merupakan pernyataan publik pertama dari pakar HAM PBB .

Pada akhirnya, mereka menyatakan harapan bahwa mereka akan terus mempertahankan kontak konstruktif dengan pemerintah komunis Tiongkok. Selain itu, menyerukan kepada organisasi hak asasi manusia internasional untuk mengadakan pengawasan independen.

Sedangkan pihak komunis Tiongkok, masih saja menanggapi dengan tipu muslihat seperti yang lazim mereka lakukan, mengklaim bahwa para ahli PBB menggunakan informasi palsu untuk memfitnah pemerintah Tiongkok dan dengan tegas menentang dan menyangkal tuduhan.

Xing Tianxing mengatakan : “Dilihat dari sifat Partai Komunis Tiongkok yang jahat dan praktik mereka yang konsisten, tampaknya ia tidak mungkin mau memberikan data yang relevan, juga tidak mungkin menyetujui untuk membiarkan para ahli mengawasinya. Ini tidak perlu diragukan lagi. Jadi, intensitas yang dilakukan oleh komunitas internasional untuk membuat komunis Tiongkok merasa takut, atau menciptakan tekanan yang sangat besar kepadanya, sehingga komunis Tiongkok menghentikan kejahatan ini dapat dikatakan masih jauh dari cukup”.

Xing Tianxing berpendapat, bahwa tampaknya konsensus dari negara Barat untuk mengepung dan menekan pemerintah komunis Tiongkok secara bertahap sudah terbentuk. Ia yakin bahwa komunitas internasional, dapat lebih memberikan tekanan agar komunis Tiongkok  menghentikan kekejaman pengambilan paksa organ secara hidup-hidup. (sin)