Tingkat Vaksinasi Kota Ruili, Yunnan, Tiongkok Hampir 97%, Tetapi Masih Tidak dapat Membendung Varian Delta

Luo Tingting

Situasi epidemi di Kota Ruili, Provinsi Yunnan, Tiongkok kembali memanas, tingkat vaksinasi penduduk lokal di atas 18 tahun hampir 97%, tetapi masih sulit menghadapi invasi virus varian Delta. Efektivitas vaksin Tiongkok kembali dipertanyakan

Menurut informasi dari Pusat Kerja Pencegahan dan Pengendalian Epidemi Kota Ruili, blokade lokal telah diperluas lebih lanjut. Mulai pukul 14:00 pada 8 Juli, seluruh Distrik Pengembaraan Kota Ruili akan dikarantina di rumah.

Wilayah perkotaan utama Ruili telah ditutup untuk pengendalian pada 7 Juli, semua warga diisolasi di rumah, dan komunitas Jie Gao Guomen di pelabuhan perbatasan telah disesuaikan dengan zona berisiko tinggi.

Dalam empat hari terakhir dari 4 hingga 7 Juli, jumlah orang yang terinfeksi epidemi lokal di Ruili meningkat menjadi 23 kasus. 

Pada 7 Juli pukul 24:00, saat ini ada 92 kasus yang dikonfirmasi di Provinsi Yunnan yakni 23 kasus domestik dan 69 kasus impor, dan 15 kasus infeksi tanpa gejala atau diimpor dari luar negeri. Dikarenakan Komunis Tiongkok secara konsisten menyembunyikan situasi epidemi yang sebenarnya, data resmi dapat menyusut secara drastis.

Saat ini, semua sekolah lokal dan berbagai lembaga pelatihan mulai menghentikan belajar mengajar. Kecuali supermarket untuk pasokan harian, pasar hasil pertanian, rumah sakit, dan apotek, semua tempat usaha lainnya juga ditutup. Adapun industri katering hanya bisa mengantarkan makanan.

Sebuah video yang diposting oleh netizen menunjukkan bahwa pada malam 6 Juli, ada orang-orang yang mengenakan APD dan polisi berpatroli di jalan-jalan.

Sebelum merebaknya epidemi ini, Prefektur Dehong, Provinsi Yunnan, di mana Kota Ruili berada, sudah mendorong gencarnya vaksinasi. Menurut berita dari situs CCTV pada 6 Juli, pada 4 Juli saja, tingkat vaksinasi orang yang harus disuntik di Prefektur Dehong (cocok untuk vaksinasi di atas 18 tahun) mencapai 96,92%, peringkat pertama di Provinsi Yunnan.

Namun demikian, masih sulit untuk menghadapi invasi virus varian Delta. Sedangkan epidemi terus memanas. Efektivitas vaksin Tiongkok sekali lagi dipertanyakan oleh dunia luar.

Ruili berbatasan dengan Muse di Myanmar. Kota ini merupakan pelabuhan perbatasan penting antara Tiongkok dan Myanmar. Sejak September tahun lalu, kota kecil ini telah mengalami 4 epidemi lokal. 

Beberapa netizen mengatakan bahwa terakhir kali wabah di Ruili, memaksa semua orang untuk mendapatkan vaksin buatan dalam negeri. Tingkat vaksinasi mendekati 100%, yang merupakan pencapaian politik. 

Para pejabat mengetahui bahwa vaksin Tiongkok tidak akan berfungsi. Jika terdapat serangan satu kasus di kota, maka semua orang harus dikurung di rumah.

ABC Business Channel (CNBC) mengutip data dari “Our World In Data” pada 7 Juli, merujuk pada 36 negara dengan lebih dari 1.000 diagnosis baru per juta orang setiap minggu pada 6 Juli. Di antara 36 negara ini, negara-negara di mana lebih dari 60% populasi di wilayah tersebut telah menerima setidaknya satu dosis vaksin.

Dari 6 negara, 5 di antaranya menggunakan vaksin yang diproduksi di Tiongkok, antara lain UEA, Seychelles, Mongolia, Uruguay, dan Chili.

The New York Times mengungkapkan pada akhir Juni, bahwa empat negara yang terutama menggunakan vaksin China Sinopharm  dan vaksin Kexing-Seychelles, Chili, Bahrain dan Mongolia, saat ini termasuk di antara negara-negara yang paling parah terkena dampaknya.

Ikatan Dokter Indonesia juga menyatakan bahwa di antara 26 dokter yang meninggal dunia terinfeksi pada Juni lalu, setidaknya 10 orang diantaranya telah menerima 2 dosis Vaksin Tiongkok Kexing.

Pejabat kesehatan Kosta Rika mengatakan pada 16 Juni, bahwa efisiensi vaksin Kexing terlalu rendah dan mereka mempertimbangkan untuk menolak vaksin tersebut.

Shao Yiming, seorang ahli dari Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Komunis Tiongkok, pernah mengatakan kepada wartawan pada 8 Juni bahwa vaksin Tiongkok diposisikan sebagai “pencegahan penyakit” dan bukan sebagai “pencegahan infeksi.” Kemungkinan infeksi masih ada setelah divaksinasi. (hui)