Militer Myanmar dengan Kejam Mengejar dan Membunuh Staf Medis di Puncak Pandemi

Chen Han, Lin Cenxin dan Liu Fang – NTD

Konfrontasi saat ini antara rakyat Myanmar dan pemerintah militer masih berlanjut. Militer Myanmar baru-baru ini mengeluarkan surat perintah penangkapan terhadap 580 personel medis. Pada saat yang sama, jumlah kasus yang dikonfirmasi dalam sehari di Myanmar melebihi 4.000 kasus, lonjakan angka tertinggi terbaru. Gugus Tugas PBB Myanmar memperingatkan  epidemi yang mungkin berdampak  menghancurkan bagi Myanmar

Kantor berita AFP melaporkan, baru-baru ini militer Junta Myanmar menggerebek  “klinik bawah tanah”  tersembunyi di sebuah biara untuk memberikan perlindungan kepada para pengunjuk rasa. Pemuda yang menjaga gerbang meninggal dunia di tempat. 

Seorang dokter Yangon yang telah melarikan diri selama beberapa bulan mengatakan bahwa, “pemerintah militer dengan sengaja menggunakan seluruh sistem medis sebagai senjata perang”, yang merupakan keputusasaan.

Menurut statistik dari situs “Insecure Perspective”, setelah kudeta militer, setidaknya 157 staf medis ditangkap, 32 terluka, dan 12 tewas.

Wu, seorang warga Tionghoa di Myanmar menuturkan : “Tim penyelamat yang diorganisir oleh orang-orang kebetulan terkena peluru. Ketika mereka pergi untuk menyelamatkan, militer merasa bahwa mereka terlibat. Untuk sementara, ketika mereka berdemonstrasi, mereka atau  para medis dan perawat juga mengikuti. Mereka hanya untuk berpartisipasi dalam tim penyelamat, dan tidak berpartisipasi dalam kekacauan. Akibatnya, tentara mulai memukuli mereka dengan kekerasan.”

Kepala eksekutif Human Rights Watch,  Kenneth Ross dalam sebuah pernyataan mengatakan bahwa junta militer tampaknya  meremehkan jumlah kematian akibat epidemi di Myanmar. Kemungkinan untuk menghindari sorotan konsekuensi dari serangannya terhadap para dokter dan rumah sakit.

Wu, menambahkan,   jumlah korban meninggal dunia di sebuah Kabupaten  dekat India, telah meningkat tajam dalam sebulan terakhir.

Wu juga mengungkapkan kondisi wabah yang cukup serius. Sebanyak 500 orang meninggal dunia. Misalnya di daerah Kale bulan lalu karena  lebih dekat ke India. Hal yang paling menakutkan ketika gelombang pertama di Myanmar utara  lebih sedikit kematiannya, jumlah kematian di gelombang kedua mengalami lonjakan. Kini  sudah menyebar luas, ketika ada orang yang dikarantina dan mereka tidak diberi obat apa pun. Mereka hanya diberi vitamin C dan obat tidur. Asalkan tidak ada demam tinggi, langsung disuruh pulang. Bahkan, baru-baru ini mengalami kekurangan masker.”

Gugus Tugas Nasional PBB untuk Myanmar memperingatkan bahwa pada (4/7/2021), tingkat positif pengujian di Myanmar mencapai 22,3%. Berbagai virus mutan seperti Delta sudah menyebar di Myanmar. Diperingatkan juga bahwa epidemi ini dapat menyebabkan konsekuensi yang menghancurkan bagi Myanmar.

Wabah di Ruili, Yunnan, Tiongkok yang berbatasan dengan Myanmar, juga mengalami ledakan pandemi awal bulan ini. Sehingga pada Kamis (8/7/2021).terpaksa menutup akses pelabuhan yang berbatasan dengan Myanmar.   (hui)