Senator AS Pertanyakan Rezim Tiongkok Dapat Untung dengan Menjual Vaksin ke Program COVAX, Tidak Menyumbang Uang dan Vaksin

Nicole Hao

Sidang anggaran senat Amerika Serikat mengungkapkan bahwa rezim Tiongkok menolak untuk berkontribusi, tetapi menerima uang dari program vaksinasi COVID-19 global, dikenal sebagai COVAX, yang didukung secara finansial oleh Amerika Serikat.

“Tiongkok memulai [pandemi] ini, menolak untuk berpartisipasi dalam COVAX, tidak  menyumbangkan uang, tidak menyumbangkan vaksin-vaksin, tetapi kemudian COVAX berpaling ke Tiongkok dan membayar Tiongkok untuk vaksin-vaksin Tiongkok. Ini adalah ganjil, paling tidak, adalah aneh,” kata Senator Jim Risch (R-Idaho), anggota peringkat Komite Hubungan Luar Negeri, di Sidang Permohonan Anggaran U.S. Agency for International Development (USAID) Tahun 2022 pada Rabu (14/7/2021).

“Vaksin Tiongkok, tampaknya kualitasnya rendah dibandingkan dengan  produksi kita,” tambah Jim Risch.

Senator Jim Risch bertanya kepada Samantha Power dari USAID, mengapa COVAX membeli vaksin-vaksin COVID-19 buatan Tiongkok.

Samantha Power hanya menjawab bahwa, pabrik-pabrik farmasi Amerika Serikat tidak dapat memproduksi vaksin yang cukup untuk memasok pasar. Selain itu, COVAX tidak memiliki pilihan selain membeli vaksin-vaksin buatan Tiongkok.

COVAX adalah singkatan dari COVID-19 Vaccines Global Access, sebuah inisiatif global yang bertujuan untuk akses yang adil ke vaksin COVID-19. Amerika Serikat’ berkontribusi untuk COVAX melalui USAID, mencakup pembelian dan pengiriman vaksin COVID-19 yang aman dan efektif untuk populasi paling rentan dan berisiko di dunia.

Sidang Dengar Pendapat

Sidang dengar pendapat pada 14 Juli itu difokuskan pada anggaran USAID tahun 2022, yang sebagian akan digunakan untuk membeli vaksin dan mengirimkannya ke negara-negara miskin.

Senator Bob Menendez (D-NJ), ketua Komite Hubungan Luar Negeri, mempertanyakan pasokan vaksin terlebih dahulu. Ia mengungkapkan keprihatinannya mengenai rezim Tiongkok menggunakan vaksin-vaksin untuk merusak demokrasi dan hak-hak asasi manusia di seluruh dunia.

“(Vaksin-vaksin COVID-19 buatan Tiongkok) ada di seluruh belahan bumi barat,” kata Bob Menendez.

Senator Bob Menendez (D-N.J.) berbicara selama dengar pendapat dengan Menteri Luar Negeri Mike Pompeo di mana ia bersaksi selama sidang Komite Hubungan Luar Negeri Senat di Washington pada 25 Juli 2018. (Samira Bouaou/The Epoch Times)

Namun, vaksin Tiongkok belum pernah membantu negara-negara ini untuk mendapatkan kekebalan dari virus Komunis Tiongkok, umumnya dikenal sebagai Coronavirus jenis baru.

Bob Menendez kemudian menggunakan Venezuela sebagai contoh, di mana 150.000 orang melarikan diri dari Venezuela setelah presiden diktator yang didukung Tiongkok Nicolás Maduro memerintahkan tentara, menggunakan senjata-senjata buatan Tiongkok, untuk menekan para pemrotes yang menuntut demokrasi dan kebebasan.

Faktanya, banyak pemerintah di belahan bumi barat sangat ingin menggunakan vaksin buatan Amerika Serikat. 

“[Presiden Republik Dominika] menghadapi  keputusan hidup dan mati antara memilih vaksin Tiongkok atau biarkan [sang Presiden] setidaknya beli vaksin-vaksin Amerika Serikat,” tambah Bob Menendez. 

Bob Menendez mengatakan bahwa Republik Dominika tidak dapat menemukan saluran untuk membeli vaksin-vaksin buatan Amerika Serikat.

Samantha Power menjelaskan, alasan negara-negara ini tidak dapat memperoleh vaksin buatan Amerika Serikat karena produksinya terbatas.

“India menarik kembali dosis-dosis yang diharapkan COVAX akan memberikan suntikan kedua dan menjangkau para petugas kesehatan,” kata Samantha Power. 

Ia kemudian mengklaim itu hanya vaksin Tiongkok yang tersedia dan COVAX memesannya.

Samantha Power, calon Administrator U.S. Agency for International Development, bersaksi pada dengar pendapat konfirmasinya di hadapan Komite Hubungan Luar Negeri Senat di Capitol Hill di Washington, DC pada 23 Maret 2021. (Greg Nash-Pool/Getty Images)

Samantha Power setuju bahwa membeli vaksin-vaksin Tiongkok adalah aneh, “Adalah mengerikan bahwa Beijing memilih untuk menghasilkan keuntungan dari vaksin-vaksin itu daripada berkontribusi finansial untuk COVAX atau untuk menyumbangkan dosis-dosis milik negara untuk COVAX mencapai orang-orang di saat mereka sangat membutuhkan.” Tetapi ia bersikeras untuk membeli dua jenis vaksin buatan Tiongkok. 

Suara Rakyat

Warga Amerika Serikat mungkin tidak setuju dengan penjelasan Samantha Power. Berdasarkan jajak pendapat yang terbaru, menunjukkan bahwa dua pertiga orang Amerika Serikat percaya Tiongkok harus membayar ganti rugi  pandemi.

Enam puluh tiga persen orang Amerika  percaya bahwa pihak-pihak berwenang Beijing, harus membayar ganti rugi atas kerusakan yang disebabkan oleh pandemi COVID-19, meskipun rilis itu adalah tidak disengaja, menurut Jajak Pendapat TIPP yang dilakukan oleh the Center for Security Policy yang diumumkan pada 13 Juli.

Jumlahnya meningkat menjadi 78 persen, jika penyelidikan yang sedang berlangsung mengungkapkan bahwa rezim Tiongkok merilis virus tersebut dengan sengaja.

Jajak pendapat menunjukkan bahwa 49 persen dari 1.424 orang Amerika Serikat yang berpartisipasi percaya bahwa virus  Komunis Tiongkok “dikembangkan di sebuah laboratorium”, dan seperempatnya yang disurvei tersebut yakin, bahwa pihak-pihak berwenang Beijing menciptakan virus tersebut dan melepaskannya dengan sengaja.

Jajak pendapat Politico-Harvard, yang diumumkan pada 9 Juli, menunjukkan sebuah hasil yang serupa dengan polling TIPP. Jajak pendapat Politico-Harvard menemukan bahwa 52 persen dari 1.009 orang Amerika Serikat yang disurvei percaya bahwa virus Komunis Tiongkok berasal dari sebuah “kebocoran laboratorium di Tiongkok.” (Vv)