Apakah Mongolia Sebagai Kemunduran Berikutnya dalam Upaya Tiongkok Menempatkan Aturan Ekstra-teritorial?

oleh Peter Dahlin

Dewan migrasi Swedia memutuskan untuk menangguhkan deportasi seorang pembela hak asasi manusia Mongolia Dalam ke Tiongkok. Dewan migrasi Swedia juga memerintahkan sebuah sidang baru untuk melihat secara mendalam mengenai perkembangan terakhir di Mongolia Dalam dan gelombang penahanan massal dan meningkatnya represi di wilayah “otonom” tersebut sejak tahun lalu.

Hanya beberapa tahun  lalu dewan migrasi Swedia memutuskan untuk menawarkan perpanjangan perlindungan terhadap orang-orang Uyghur, setelah sebuah penyelidikan menyimpulkan bahwa menjadi seorang  Uyghur sudah cukup untuk menempatkan seseorang pada risiko tinggi mengalami pelanggaran hak asasi manusia jika dikembalikan ke Tiongkok. 

Beberapa negara lain mengikuti, memperluas tempat-tempat perlindungan yang tersedia bagi orang-orang Uyghur yang, melawan segala rintangan, berhasil melarikan diri dari Tiongkok. Situasi tersebut telah lama dialami oleh orang-orang Tibet.

Dengan masing-masing perkembangan ini, kemampuan Tiongkok untuk memberikan pengaruh atas kelompok-kelompok penting di luar negeri ini berkurang, bertentangan langsung dengan upaya bersama pemerintah pusat untuk secara signifikan memperluas kekuasaannya atas warganegara Tiongkok, para pembangkang Tiongkok, dan kelompok-kelompok etnis minoritas Tiongkok di luar negeri.

Selama beberapa tahun terakhir, di bawah bayang-bayang Hukum Keamanan Nasional Hong Kong yang diberlakukan Beijing, yang mencakup hak-hak ekstrateritorial, yaitu: hak untuk mengawasi dan menghukum siapa pun, di mana pun, Tiongkok telah membuat perubahan-perubahan pada hukumnya sendiri untuk menyediakan perangkat-perangkat hukum yang serupa untuk Tiongkok. 

Perubahan-perubahan tersebut, dengan lebih banyak lagi yang akan muncul, cukup cerminkan kenyataan di lapangan: polisi Tiongkok berpikir pihaknya memiliki hak untuk menyelidiki dan menjatuhkan hukuman untuk tindakan atau kata-kata yang diucapkan, bahkan ketika hal semacam itu terjadi di luar Tiongkok. 

Lihat saja kasus pembangkang remaja Wang Jinyu,  sementara bepergian dari rumahnya di Turki ke Amerika Serikat, ditahan di bandara Dubai dan hampir dideportasi kembali ke Tiongkok hanya karena menulis beberapa kritik mengenai Tentara Pembebasan Rakyat atau  militer Tiongkok) saat tinggal di Eropa. 

Wang Jinyu lolos dari deportasi dan penjara tentunya hanya karena perhatian media internasional dan  intervensi diplomatik Amerika Serikat.

Pada saat yang sama, Tiongkok telah sangat memperluas operasinya untuk memiliki “penjahat-penjahat” kembali ke Tiongkok Daratan melalui berbagai cara.

Ekstradisi adalah apa yang terlintas dalam pikiran, tetapi ekstradisi adalah sangat jarang dan sulit untuk dicapai bagi Tiongkok, karena sistem hukum Tiongkok yang dikendalikan secara politik dan penggunaan penyiksaan yang dilembagakan. 

Sebaliknya, sebagian besar orang-orang yang dikembalikan adalah melalui apa yang disebut pengembalian sukarela: target-target didekati oleh mata-mata Tiongkok di tanah air baru mereka dan diintimidasi untuk kembali ke Tiongkok, atau polisi setempat di Tiongkok melecehkan, menahan, atau mengintimidasi anggota keluarga atau orang yang dicintai kembali ke Tiongkok untuk tujuan yang sama.

Moratorium deportasi orang-orang Uyghur, dan sebelum itu orang-orang Tibet, oleh Swedia dan negara-negara lain, mewakili kemunduran signifikan bagi   kebijakan Tiongkok untuk meningkatkan kendali atas kelompok-kelompok tersebut.  

Pada akhirnya, mewakili kemunduran-kemunduran kemampuan Tiongkok untuk memaksa orang-orang tersebut untuk kembali ke Tiongkok. Kini sidang di Mongolia Dalam dan kasus yang sukses dari seorang pria sendirian di pertengahan 30-an tahunan, dapat menyebabkan kemunduran lainnya semacam itu.

Baolige Wurina datang ke Swedia lebih dari 10 tahun yang lalu. Ia bertemu dengan seorang wanita Mongolia, menetap, menikah, dan memiliki dua anak. 

Dengan kemunduran situasi di Mongolia Dalam, aktivisme Baolige Wurina yang sudah berlangsung lama menjadi lebih vokal dan memasyarakat, termasuk memimpin demonstrasi di luar Kedutaan Besar Tiongkok di Stockholm, mengadakan pidato-pidato di demonstrasi protes, dan sering muncul dalam solidaritas pada protes untuk orang-orang Tibet atau Uyghur. 

Meskipun kebijakan imigrasi terbuka Swedia yang terkenal, Baolige Wurina ditolak suaka dan banding Baolige Wurina berikutnya ditolak.  Saat LSM yang saya jalankan dan bekerja secara ekstensif untuk masalah-masalah ini, terakhir dilaporkan pada kasus ini, deportasi Baolige Wurina sudah dekat.

Sejak penolakan awal Baolige Wurina, semakin banyak bukti yang muncul mengenai tindakan keras di Mongolia Dalam dan ribuan orang dihukum. Banyak dari mereka bukanlah aktivis, tetapi orang-orang biasa yang hanya ingin anak-anaknya belajar bahasa Mongolia di sekolah. 

Protes-protes yang diikuti menyebabkan kerusakan lebih lanjut. Dalam beberapa kasus, tidak hanya orang-orang yang menolak menyekolahkan anak-anaknya sebagai sebuah bentuk protes ditahan, para pengacara yang disewa untuk mewakili mereka juga ditahan.

Situasinya tampaknya belum seburuk perlakuan terhadap orang-orang Uyghur atau Tibet yang menderita, tetapi perkembangan-perkembangan memiliki banyak kesamaan, dan melanjutkan perlawanan terhadap upaya untuk melenyapkan   kebudayaan dan bahasa Mongolia di wilayah Mongolia Dalam, yang mana seharusnya otonom dapat menyebabkan represi lebih lanjut.

Dengan latar belakang ini dan peran publik Baolige Wurina yang semakin meningkat sebagai seorang pemimpin dalam diaspora Mongolia Dalam di Swedia yang kecil, bahwa dewan migrasi Swedia akan memulai sebuah tinjauan baru atas kasus Baolige Wurina. 


Seperti yang dikatakan keputusan, pelaporan ekstensif, secara internasional, serta di media Swedia utama, dan penolakan Baolige Wurina untuk kembali ke Tiongkok melalui “pengembalian sukarela”, karena polisi Tiongkok telah berupaya  mengembalikan Baolige Wurina dengan mengancam keluargan Baolige Wurina, supaya Baolige Wurina kembali ke Tiongkok, menempatkan Baolige Wurina dalam bahaya yang berpotensi secara signifikan. Kasus Baolige Wurina bahkan telah diangkat di parlemen Swedia.

Pada sidang terbaru dan tinjauan yang mendalam mengenai perkembangan di  Mongolia Dalam, kelompok lain mungkin selangkah lebih dekat untuk mendapatkan tempat berlindung yang aman, sehingga kembali menampar Partai Komunis Tiongkok yang mana berupaya untuk mengawasi dan memantau. Bahkan, secara paksa mengembalikan kelompok lain yang dianggap berbahaya oleh  Partai Komunis Tiongkok untuk kembali ke daratan Tiongkok. (Vv)

Peter Dahlin adalah pendiri LSM Safeguard Defenders dan salah satu pendiri LSM China China Action (2007–2016) yang berbasis di Beijing. Dia adalah penulis “Trial By Media,” dan kontributor untuk “The People’s Republic of the Disappeared.” Dia tinggal di Beijing dari 2007, hingga ditahan dan ditempatkan di penjara rahasia pada 2016, kemudian dideportasi dan dilarang. Sebelum tinggal di Tiongkok, ia bekerja untuk pemerintah Swedia dengan isu kesetaraan gender, dan sekarang tinggal di Madrid, Spanyol