Penjual Ubi Jalar Merasa Kasihan Melihat Seorang Bocah yang Teraniaya, Lalu Memberinya 100 Ribu Rupiah, Tak Disangka 10 Tahun Kemudian Benih Baik yang Ditanamnya Berbuah Berkah

ETIndonesia-Bapak Wang tinggal di sebuah desa, karena istrinya telah meninggal, dia pun berperan sebagai orangtua rangkap menjadi ayah sekaligus ibu bagi putrinya yang bernama Wang Thing.

Setelah menikah, Wang Thing berencana membawa pak Wang tinggal bersama dengannya. Namun, pak Wang menolaknya mengingat beban hidup keluarga putrinya juga memprihatinkan.

Karena tidak memiliki keahlian apa pun, pak Wang terpaksa menjual ubi jalar bakar untuk sekadar makan sehari-hari.

Pada hari itu, seperti biasa pak Wang mendorong sepeda roda tiga menjajakan ubi bakarnya, namun, dagangannya sepi pada hari itu.

Saat sedang menunggu pembeli, tiba-tiba terdengar bentakan keras seseorang, karena penasaran pak Wang pun berjalan ke sana, dan ia melihat seorang pria paruh baya berpakaian necis sedang membentak sambil memukul seorang bocah tanggung.

Pak Wang mendengar pria itu marah-marah : “Dasar bocah kurang ajar kamu ya, berani-beraninya mencuri, kubunuh kau!” bentak pria itu marah sambil menendangnya.

Melihat pemandangan itu, pak Wang pun tidak tahan lagi, dia menghampiri anak itu.

Ilustrasi.

“Maaf pak, apa yang dicuri anak ini, saya yang ganti kerugiannya, gimana? Tolong jangan dipukul lagi.” kata pak Wang sopan.

“Aksinya gagal, karena ketahuan, kalau tidak sudah kubunuh dia. Hei bocah tengik, nasibmu beruntung hari ini, kebetulan suasana hatiku sedang baik, sekarang pergi kau dari sini!” bentak pria itu sambil menendangnya lalu pergi.

Pak Wang buru-buru menarik anak itu berdiri dan berkata: “Anak muda, paman lihat kamu tidak seperti pencuri, apa kamu sedang menemui kesulitan ?!”

Anak muda itu hanya berdiri di sana dan tidak berbicara.

Tak lama kemudian, pak Wang mengambil uang 100 ribu rupiah dan diberikan kepada anak muda itu, sambil berkata : “Anak muda, ambilah uang ini. Paman tidak punya uang lebih lagi hari ini, kamu ambilah uang ini, mudah-mudahan bermanfaat untukmu” kata pak Wang sambil menyodorkan uangnya.

Anak muda itu berdiri sambil menatap pak Wang cukup lama, kemudian membalikkan badannya lalu pergi begitu saja tidak mengucapkan sepatah kata terima kasih pun.

Ilustrasi.

Waktu bergulir dengan cepat, tak terasa 10 tahun kemudian, pak Wang masih seperti dulu menjajakan ubi jalar, namun tiba-tiba jatuh sakit. Untung saja, dilihat oleh pejalan kaki yang segera membawanya ke rumah sakit.

Dokter rumah sakit telah memberi tahu Wang Thing, putri bapak Wang agar segera ke rumah sakit, karena penyakit jantung ayahnya harus segera dilakukan pembedahan dengan biaya operasi lebih dari 400 juta rupiah.

Ilustrasi.

Mendengar kabar itu, Wang Thing pun segera ke rumah sakit dan menangis tersedu-sedu ketika melihat ayahnya tergeletak pingsan di ranjang pasien.

Ia berlutut di depan ayahnya sambil berkata: “Ayah, kenapa bisa tiba-tiba jatuh sakit ? Mau cari kemana uang sebanyak 400 juta itu sekarang?” kata Wang Thing sambil menangis sesenggukan.

Tak lama kemudian seorang dokter menghampirinya dan berkata, “Nona, ayahmu sudah siap untuk dioperasi sekarang, dan mengenai biayanya, direktur kami telah melunasinya.”

Wang Thing tercengang seketika mendengar perkataan dokter itu, siapa direktur rumah sakit ini ya?! gumamnya masih bingung.

Operasi berjalan lancar, dan pak Wang telah melewati masa kritisnya.

Ilustrasi.

Pada hari itu, sang direktur rumah sakit membawa banyak produk nutrisi ke kamar pak Wang.

“Paman, masih kenal dengan saya? Apa paman masih ingat pernah memberikan 100 ribu rupiah kepada seorang bocah saat paman sedang menjajakan ubi jalar ketika itu?” tanya Zhang Han, sang direktur rumah sakit.

“O. ya, kamu sekarang direktur rumah sakit ini ya? Terima kasih anak muda, tapi saya tidak tahu bagaimana harus membayar semua biaya yang kamu keluarkan ini ?” kata bapak Wang tercengang sekaligus bingung memikirkan biayanya.

“Paman jangan berkata begitu, kalau paman tidak memberikan100 ribu rupiah ketika itu untuk membeli obat, mungkin ibu saya sudah tiada saat itu.

“Paman adalah penolong kami, jadi semua biaya ini bukan apa-apa, sebaiknya paman tenang saja di sini sambil menjalani perawatan,” kata Zhang Han dan membungkuk dalam-dalam sebagai bentuk hormat kepada bapak Wang.(jhn/yant)

Apakah Anda menyukai artikel ini? Jangan lupa untuk membagikannya pada teman Anda! Terimakasih.