Hal yang Akan Membuat Rasa Sakit untuk Selamanya

ETIndonesia-Ketika kita melontarkan kata-kata yang kasar pada orang lain, itu ibarat menancapkan paku ke dalam hati orang itu, dan rasa sakit seperti ini takkan pernah bisa ditebus

Ada seorang pemuda di sebuah desa, sebut saja namanya Pendy. Pendy adalah pemuda yang cerdas, tetapi ia memiliki karakter yang buruk : Dia sering berbicara kasar dan semaunya pada orang lain.

Orangtua maupun teman-temannya selalu menasihatnya, tapi dia selalu menyelanya, “Alaa! biasa aja kali, gak usah terlalu lebay-lah.” Kemudian tetap saja selalu angkuh dan semaunya.

Suatu hari, seorang Bhiksu ke desanya, Pendy yang bertemu dengannya mengucapkan kata-kata yang tidak sopan kepada Si Bhiksu, sementara orang-orang yang mendengarnya mengecamnya, namun, dengan argumennya, Pendy pun menyahut : “Ah sudahlah, saya minta maaf padanya, ok ? ”

Bhiksu itu hanya tersenyum mendengarnya dan berkata pada Pendy : “Anak muda, mau dengar satu cerita dari saya!?”

Mendengar itu, Orang-orang pun berkerumun di sekitar Bhiksu, siap mendengar ceritanya. Bhiksu memandang sejenak ke sekeliling, kemudian mulai bercerita:

Ada seorang pria yang memelihara seekor beruang hitam yang dipungutnya sejak kecil dari sebuah hutan terpencil. Suatu hari, beruang peliharaannya itu merusak ladang jagung milik tetangga.

Ladang milik tetangganya yang rusak itu datang menemui pria itu. Pria yang memelihara beruang itu pun sangat marah mendengarnya, kemudian mengambil tongkat kayu dan memukul beruang peliharaannya sambil marah-marah : “Dasar binatang tetap saja binatang, percuma aku memeliharamu.”

Setelah puas memukul, dia pun mengusir beruang itu keluar dari rumahnya.

Keesokannya, dia mulai menyesal, namun, beruang yang diusirnya itu sudah kembali ke hutan.

Dia benar-benar menyesal, tetapi beruang itu tidak bisa ditemukan lagi. Suatu hari saat berburu di hutan, dia bertemu dengan seekor harimau, dan sambil memejamkan matanya, dia pun pasrah menerima nasibnya.

Tiba-tiba dia mendengar auman dan raungan keras, kemudian dia membuka matanya dan melihat beruangnya telah mengusir harimau itu.

Dengan gembira pria itu membelai kepala beruang dan berkata : “Untunglah ada kamu, apa badanmu masih sakit saat aku pukul waktu itu ? Ayo kita pulang sekarang !” kata si pria pada beruang yang diusirnya kemarin.

“Gak apa-apa, sudah tidak sakit lagi, tapi kata-katamu itu yang masih membuat saya sakit, dan itu sangat menyakitkan rasanya,” kata si beruang sambil berjalan kembali ke hutan tanpa menoleh lagi.

Setelah Bhiksu selesai bercerita, orang-orang pun menarik napas panjang dan bergumam, tak disangka kata-kata yang pernah diucapkan pria itu ternyata bisa begitu dalam menyakiti perasaannya.

Hanya Pendy yang tampaknya bergeming, entah karena memang tidak mengerti dengan makna cerita Si Bhiksu atau memang karakternya seperti itu, semaunya dan tidak peduli.

Tak lama kemudian, Bhiksu itu mengambil beberapa paku dari sakunya dan berkata kepada Pendy : “Coba kamu tancapkan paku-paku ini ke pohon itu.”

Pendy mengambil paku-paku itu dan memakunya di pohon, kemudian sang Bhiksu berkata kepadanya : “Sekarang, coba kamu cabut paku itu.”

Tanpa banyak tanya, Pendy pun mencabut pakunya, namun, dengan susah payah Pendy baru berhasil mengeluarkan satu paku setelah menggunakan berbagai alat.

Bhiksu itu kemudian menghampiri Pendy dan berkata sambil menunjuk ke bekas yang ditinggalkan paku itu .

“Hanya mencabut pakunya ini, lalu kenapa memangnya ?” kata Pendy dengan sikap angkuhnya.

“Coba kamu lihat, bukankah masih ada bekasnya yang dalam di pohon itu ?” tanya Si Bhiksu.

“Sama seperti dengan beruang yang saya ceritakan tadi, meski rasa sakit akibat pukulan tongkat kayu itu sudah tidak terasa, namun, rasa sakit karena kata-kata kasar si pria kepadanya itu tidak akan pernah bisa hilang atau dilupakan selamanya,” tambahnya.

Bhiksu menatap sekilas pemuda itu, kemudian berkata, “Kata-kata yang menyakiti perasaan orang lain itu seperti paku. Meski kamu bisa mencabutnya lagi, namun, bekas luka yang kamu goreskan itu selamanya tidak akan pernah bisa hilang, sama seperti bekas luka/lubang yang dipaku di pohon itu.”

Mendengar itu, tiba-tiba saja Pendy baru sadar, dan dia berkata, “Saya baru mengerti sekarang, kata-kata kasar yang diucapkan itu ternyata tanpa sadar akan menyakiti perasaan orang lain yang mendengarnya, terima kasih atas petunjuk guru.”

Bhiksu itu hanya mengangguk-angguk sambil tersenyum, kemudian berlalu dari pandangan Pendy.

Penyebab rasa sakit yang paling menyakitkan di dunia itu adalah ucapan.

Ketika kita melontarkan kata-kata yang kasar pada orang lain, itu ibarat menancapkan paku ke dalam hati orang itu, dan rasa sakit seperti ini takkan pernah bisa ditebus…..jadi pikirkanlah baik-baik sebelum berucap, karena kata-kata kasar itu ibarat silet tajam yang mengores perasaan, dan tak akan bisa dijilat kembali setelah diucapkan. (jhn/yant)

Apakah Anda menyukai artikel ini? Jangan lupa untuk membagikannya pada teman Anda! Terimakasih.