KTT Anti-Pengambilan Paksa Organ Secara Hidup-hidup yang Diikuti 19 Negara Menyerukan agar Dunia Medis Tidak Menjadi Kaki Tangan PKT

oleh Hu Zonghan dan Zhao Tingyu 

Lima organisasi non-pemerintah dari Eropa, Amerika dan Asia mengadakan KTT Anti-Pengambilan Paksa Organ Hidup. KTT diikuti oleh para ahli dan politisi dari 19 negara yang diadakan dalam 6 sesi pertemuan mulai 17 hingga 26 September.

Pada sesi pertama ini, 8 orang ahli medis selain mengutuk keras pemerintah komunis Tiongkok yang “menutup mata” terhadap tindakan pengambilan paksa organ hidup, mereka juga mengusulkan langkah-langkah untuk mencegah pengambilan paksa organ dari tubuh hidup.

Para ahli dari berbagai negara yang berkecimpung dalam berbagai bidang profesional, berkumpul di KTT Online Anti-Pengambilan Paksa Organ Hidup Dunia yang mendiskusikan tentang kejahatan manusia yang terjadi di daratan Tiongkok.

Dokter Shi-Wei Huang, Direktur Departemen Urologi Cabang Yunlin Rumah Sakit Universitas Nasional Taiwan mengatakan : “Kami melihat bangsal-bangsal rumah sakit transplantasi di daratan Tiongkok masih terus diperbanyak. Tetapi sebaliknya, jumlah transplantasi di Tiongkok dari tahun 2006 hingga pertengahan 2015 selain tidak meningkat malahan menurun. Jadi untuk apa rumah sakit terus memperluas bangsal mereka ? Sampai hari ini, fakta tentang transplantasi organ di daratan Tiongkok tetap gelap, tidak transparan, dilaksanakan secara rahasia”.

Dalam 20 tahun terakhir, tuduhan pengambilan paksa organ dari tubuh hidup terhadap para korban termasuk praktisi Falun Gong, warga etnis Uighur Xinjiang dan tahanan hati nurani lainnya oleh pemerintah partai komunis Tiongkok (PKT)  terus bermunculan. 

(Provided by DAFOH)

Kebanyakan pasien transplantasi organ di negara-negara Barat membutuhkan waktu berbulan-bulan atau bahkan bertahun-tahun untuk menunggu organ yang mereka butuhkan, tetapi di daratan Tiongkok, hal itu hanya perlu menunggu waktu beberapa minggu, beberapa hari, bahkan hanya beberapa jam untuk memperolehnya. Hal mana menunjukkan bahwa betapa besarnya pasokan organ untuk transplantasi ini.

Dr. Torsten Trey, Direktur Eksekutif Doctors Against Forced Organ Harvesting atau Organisasi Pengambilan Organ (DAFOH) mengatakan : “Sejak tahun 1999, PKT terus melakukan kampanye pemberantasan terhadap Falun Gong, pengadilan menyerahkan eksekusi terhadap praktisi Falun Gong yang tidak bersalah kepada rumah sakit, dan memperalat para ahli transplantasi, menjadikan para ahli transplantasi sebagai algojo dengan atas nama transplantasi. Namun, membunuh orang yang hidup untuk menyembuhkan orang lain telah mengubah perawatan medis menjadi tindakan konyol dan melanggar sumpah dokter”.

Ketika para dokter dan cendekiawan dari berbagai negara mengutuk tindakan biadab yang dilakukan oleh komunis Tiongkok, mereka meminta masyarakat internasional untuk tidak menjadi kaki tangan komunis Tiongkok dan mengusulkan langkah-langkah khusus pencegahannya.

Profesor G. Weldon Gilcrease, Direktur Onkologi di Fakultas Kedokteran Universitas Utah, AS mengatakan : “Di institusi kami sendiri, saya dan yang lainnya berusaha melakukan yang terbaik untuk mengambil tindakan dalam upaya menghentikan pengambilan paksa organ dari tubuh hidup. Sebagai contoh, di organisasi kami yang melakukan transplantasi dalam jumlah sedang setiap tahunnya, saya dan orang-orang yang berkecimpung dalam sistem transplantasi mencoba dengan cara kami sendiri untuk mencegah dokter dari daratan Tiongkok datang ke sini untuk menerima pelatihan transplantasi. Karena mereka bisa saja menjadi algojo transplantasi biadab setelah kembali ke negaranya”.

Raymond Scalettar, mantan ketua AMA Council of American Medical Association mengatakan : “Di masa mendatang, kita perlu tandatangan surat komitmen dari mereka yang datang ke Amerika Serikat untuk mengikuti pelatihan dalam transplantasi, mereka sebelumnya harus menyetujui prinsip-prinsip etika ini sebelum dapat diizinkan mengikuti pelatihan”.

KTT yang diselenggarakan bersama oleh 5 organisasi non-pemerintah dari Eropa, Amerika dan Asia akan berlangsung dalam 6 sesi pertemuan dari 17 hingga 26 September. 

Sebanyak 38 orang ahli dan politisi dari 19 negara dan bidang keahlian yang berbeda, berkumpul pada kesempatan ini untuk membahas dampak yang mendalam dari kebrutalan pengambilan paksa organ di daratan Tiongkok dari aspek kemanusiaan, kedokteran, hukum, politik, media, masyarakat sipil. Dan, rencananya juga akan mengeluarkan kebijakan, atau mengajukan proposal untuk memerangi dan mencegah berlangsungnya pengambilan organ hidup. (sin)