Karena Hanya Mengirimkan Uang dan Tak Pernah Menjenguknya, Dia Mengatai Putranya ‘Anak Durhaka’

ETIndonesia-Pak Arman memiliki seorang putra, dia membiayai kuliahnya hingga lulus, dan mulai mencari nafkah sekaligus menikah di kota, membeli rumah, mobil, boleh dibilang termasuk keluarga yang cukup berada, bisa hidup nyaman bersama sekeluarganya.

Tapi ada satu hal yang membuat Pak Arman kecewa pada Ardy, putranya, yaitu tiga tahun tak pernah pulang menjenguknya, sehingga dia selalu bilang anaknya tidak berbakti.

Tapi ada juga sisi baiknya, Ardy tak pernah lupa setiap bulan mengirim uang 1,5 juta rupiah untuk ayahnya. Boleh dibilang Pak Arman adalah orang terkaya di kampungnya, membuat iri sekaligus kagum orang-orang sekampung.

Pak Arman sudah memasuki usia senja, jadi wajar saja kerap merindukan anaknya, apalagi sudah bertahun-tahun Ardy tak pernah pulang menjenguknya.

Sementara itu, pak Arman juga hanya hidup sendiri sekarang, karena istrinya sudah lama meninggal, jadi dia merasa sangat kesepian, dan setiap hari selalu berharap agar Ardy segera pulang.

Dia pun menelepon anaknya, namun, setiap kali selalu Dina, menantunya yang menerima telepon darinya, dan baru bicara sebentar lalu telepon pun ditutup, tinggal pak Arman sendiri yang duduk termenung sendirian di kampung sana.

Pak Arman pun tidak tahan lagi, dia ingin ke kota menemui anaknya. Namun, setelah mengelilingi seputar kota sendirian, dia tidak juga menemukan alamat rumah anaknya sesuai dengan alamat yang pernah diberikan dulu.

Pak Arman pun bingung dan dia berguman “Masa sih anakku hilang ? Tapi tidak mungkinlah, kalau hilang mana mungkin bisa mengirim uang setiap bulan untukku.”

Akhirnya pak Arman pun pulang lagi ke desa, namun ternyata banyak godaan juga sesampainya di desa, Linda, seorang janda di desanya, selalu mondar-mandir di depan Pak Arman, ia selalu berusaha menggodanya agar menikahinya.

“Siapa suruh Pak Arman punya uang kiriman yang banyak setiap bulan,” gumam si janda matre Linda.

Tiba-tiba suatu hari, Dina, menantu perempuannya ingin pulang ke kampung Pak Arman, sambil membawa anaknya, yang katanya rindu pada kakeknya.

Bukan main senangnya Pak Arman mendengar kabar menantunya mau pulang sambil mengajak cucunya, karena dia pikir tidak perlu capek-capek lagi ke kota menemui putranya yang akan pulang menjenguknya.

Keesokan paginya, Pak Arman pun ke pasar membeli sayur dan makanan, sepanjang hari itu dia sibuk membuat masakan di dapur, siangnya Dina dan anakya pun tiba.

Saat itu, Pak Arman tampak bolak balik sambil sesekali melihat ke luar rumah, namun tak jua tampak bayangan Ardy, putranya, ia pun menjadi gelisah.

Kalau Pak Arman tidak melihat Ardy, putranya, maka Dina dan anaknya tidak bisa makan dulu.

Sementara cucunya Pak Arman sudah mulai merengek dan menangis sambil menahan lapar, sehingga Pak Arman harus terus menghibur cucunya.

Tak lama kemudian Dina berkata, ”Ayah, tak perlu menunggu Ardy, dia sibuk dengan pekerjaannya, tidak mendapa izin cuti dari kantor, barusan dia SMS.”

Pak Arman pun semakin cemas dan berkata, “Mana SMS-nya ? Sini mana ponselmu, Ayah mau lihat. ”

Menantunya pun diam dan tampak serba salah, melihat itu, Pak Arman seketika mengambil tas menantunya, mengambil ponsel dari tasnya, dan tanpa sengaja seisi tas itu pun jatuh berserakan di atas lantai.

Pak Arman segera merapikan barang-barang yang jatuh berserakan di lantai, tiba-tiba dia melihat foto Ardy, putranya. “Anakku memang gagah dan tampan,”gumamnya tersenyum bangga.

Namun, detik berikutnya Pak Arman mengernyitkan dahinya dan bertanya : “Tapi kok fotonya hitam-putih, kenapa ya ?” Tanyanya dengan kening berkerut.

Dina diam saja mendengar pertanyaan mertuanya.

Pak Arman membalikkan foto itu dan tampak sebaris kata : “Istriku tersayang, sampai bertemu lagi pada kehidupan selanjutnya. 9 Maret 2014”.

Pak Arman pun seketika paham dengan arti kalimat itu. “Dimana Ardy, anakku ?”Tanyanya datar.

Karena merasa cepat atau lambat akan diketahui juga, akhirnya Dina menyuruh anaknya keluar, kemudian perlahan-lahan menceritakan pada pak Arman : “Maafkan aku Ayah, Ardy sudah pergi 3 tahun yang lalu.”

Pak Arman pun seketika menangis pilu mendengar cerita menantunya.

Dina menuturkan, “Selama tiga tahun terakhir ini, akulah yang mengirimkan uang untuk ayah. Banyak tetangga maupun teman-teman menyarankan agar aku menikah lagi mumpung masih muda, tapi aku sangat mencintai Ardy, mendiang suamiku, sebelum pergi, dia titip pesan agar aku merawat ayah, dan membesarkan anak-anak.”

“Aku menepati janjiku, aku juga tidak ingin menjadi wanita jahat, karena itu, aku selalu mengirmkan uang untuk ayah setiap bulan, dan aku selalu merahasiakan tentang Ardy, karena Ardy berpesan padaku untuk tidak memberitahu ayah bahwa dia sudah tiada. Dia takut ayah sedih dan takut ayah tidak tahan dengan kepergiannya,”kata Dina menantunya.

Pak Arman hanya meratap sedih dan jatuh pingsan setelah mendengar cerita Dina, menantu perempuannya yang baik-setia. (jhn/yant)

Sumber: life.bldaily.com

Apakah Anda menyukai artikel ini? Jangan lupa untuk membagikannya pada teman Anda! Terimakasih.