93 Pesawat Komunis Tiongkok Ganggu Taiwan Selama Tiga Hari, AS Tegaskan Komitmennya terhadap Taiwan

Fenghua dan Huang Wei – NTD

Rezim Komunis Tiongkok mengerahkan pesawat militer untuk mengganggu Taiwan selama tiga hari berturut-turut mulai dari hari pendiriannya pada 1 Oktober 2021.  Tercatat, pada 1 Oktober mengirim sebanyak 38 pesawat militer. Kemudian pada 2 Oktober mengirim sebanyak 39 pesawat. 

Pengerahan ini membuat rekor  serangan mendadak terbanyak dalam satu hari selama dua hari berturut-turut. Kemudian pada 3 Oktober terus mengirim sebanyak 16 pesawat militer yang terbang ke Zona Identifikasi Pertahanan Udara Taiwan Barat Daya.

Departemen Luar Negeri AS  pada 3 Oktober  menyatakan bahwa kegiatan militer provokatif Komunis Tiongkok di dekat Taiwan “berisiko salah menilai.” AS mendesak Beijing untuk menghentikan tekanan dan paksaannya terhadap Taiwan.

Pernyataan AS menegaskan : “Komitmen AS untuk Taiwan sangat kuat dan akan berkontribusi pada pemeliharaan perdamaian dan stabilitas di Selat Taiwan dan kawasan. Kami akan terus berdiri dengan teman dan sekutu untuk mempromosikan kemakmuran, keamanan, dan kesejahteraan kita bersama dengan nilai-nilai, dan memperdalam hubungan kita dengan Taiwan yang demokratis.”

Wakil Menteri Pertahanan AS,  Kathleen Hicks menyatakan pada kegiatan think tank pada 1 Oktober  2021, bahwa Komando Indo-Pasifik Hawaii AS mengamati situasi di Selat Taiwan setiap hari. Ia mengatakan, Amerika Serikat memiliki kemampuan yang kuat di kawasan itu untuk menahan segala potensi ancaman.

Menanggapi provokasi Komunis Tiongkok, Angkatan Udara Taiwan merilis video di Facebook, mengungkapkan lepas landas darurat pesawat tempur, dinamika petugas darat dan tentara yang memantau daerah tersebut, dan persiapan rudal anti-pesawat. Komando Angkatan Udara Taiwan menyatakan bahwa Angkatan Udara Republik of China tak akan pernah berkompromi.

Eksekutif Taiwan Yuan Su Zhenchang mengatakan kepada media pada 2 Oktober, bahwa Komunis Tiongkok selalu agresif dan merusak perdamaian regional. Sedangkan tindakannya kini semakin ditolak oleh dunia dan komunitas internasional.” (hui)