Industri Real Estate Berulang Kali Memperingatkan Utang Jumbo dapat Menurunkan Ekonomi Tiongkok

Li Lan

Setelah Evergrande, sebuah perusahaan real estate daratan Tiongkok yakni Fantasia Holdings Group Co terancam gagal bayar. Pada (11/10/2021) lembaga pemeringkat kredit “China Chengxin International” sekali lagi menurunkan peringkat kreditnya. Para ahli percaya kebangkrutan terus-menerus dari 100 perusahaan real estate teratas Tiongkok, dapat menyeret ekonomi Tiongkok ke titik terendah. 

Menanggapi gagal bayar utang sebesar USD 206 juta yang jatuh tempo Senin 4 Oktober, Fantasia Holdings Group, salah satu dari 100 perusahaan real estate teratas Tiongkok,  pada 11 Oktober bahwa mereka akan menjual aset untuk meningkatkan solvabilitas jangka pendek. 

Sebelum ini, perusahaan real estate terkemuka Tiongkok, Evergrande Group memimpin dalam gagal bayar dengan nilai nominal dua batch obligasi dolar AS pada September. Kewajiban Evergrande  mencapai 305 miliar dolar AS atau Rp 4.361 triliun. 

Dari Evergrande hingga Fantasia, risiko likuiditas  menjadi salah satu masalah utama yang mempengaruhi real estate Tiongkok. 

Tsai Mingfang, seorang profesor di Departemen Ekonomi Industri di Universitas Tamkang di Taiwan, percaya bahwa di balik krisis Evergrande, industri real estat Tiongkok mungkin memiliki masalah inversi utang sistemik.

Pada saat yang sama, Professor Gao Renshan dari Yuan Ze University di Taiwan, menunjukkan bahwa saat ini, dengan penurunan ekonomi riil Tiongkok, Partai Komunis Tiongkok tidak mungkin lagi melakukan intervensi pasar. Bahkan, tak mungkin menyelamatkan  pasaran perusahaan dengan menghilangkan kredit macet bank seperti sebelumnya.

Investasi, ekspor dan permintaan domestik adalah tiga mesin utama yang mendorong tingkat pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) Tiongkok. Fitch, lembaga pemeringkat kredit internasional, menyebutkan dalam sebuah laporan pada akhir September bahwa investasi residensial secara langsung menyumbang sekitar 10% dari PDB Tiongkok, yang berarti bahwa krisis real estate Tiongkok akan menurunkan tingkat pertumbuhan ekonomi Tiongkok.

Oxford Economics Institute menurunkan perkiraan tingkat pertumbuhan PDB kuartal ketiga Tiongkok dari sebelumnya 5% menjadi 3,6% pada 6 Oktober 2021. Badan tersebut juga menurunkan perkiraan pertumbuhan ekonomi Tiongkok pada tahun 2022. (hui)