Ibukota Rusia Di-Lockdown di Tengah Meningkatnya Infeksi COVID-19

Lorenz Duchamps

Lockdown parsial untuk pertama kalinya sejak Juni 2020 diterapkan di Ibu Kota Rusia, ketika negara itu melaporkan ledakan gelombang infeksi dan kematian akibat -19, seperti disampaikan oleh pihak berwenang  pada Kamis (28/10/2021).

Selama Moskow menerapkan lockdown parsial, hanya toko-toko yang menjual makanan, obat-obatan, dan infrastruktur utama lainnya untuk diizinkan beroperasi.

Semua layanan tidak esensial seperti bioskop, gym, tempat hiburan, dan sebagian besar toko akan ditutup. Sekolah dan taman kanak-kanak negara bagian juga akan ditutup, sementara restoran dan kafe hanya diizinkan untuk menyediakan layanan untuk dibawa pulang atau diantar.

Presiden Rusia, Vladimir Putin juga memerintahkan periode tidak bekerja selama sembilan hari dari 30 Oktober hingga 7 November. Selama periode ini, sebagian besar organisasi negara dan bisnis swasta harus menangguhkan operasi.

Pengumuman itu muncul ketika otoritas Rusia melaporkan rekor 1.159 kematian akibat virus Komunis Tiongkok, yang menyebabkan COVID-19, dalam 24 jam terakhir. 

Data resmi juga menunjukkan bahwa lebih dari 40.000 infeksi COVID-19 baru diidentifikasi secara nasional, melampaui rekor sebelumnya.

Selama masa tidak bekerja di negara itu, pihak berwenang tidak menginstruksikan orang-orang untuk tinggal di rumah. Sehingga banyak orang Rusia memutuskan dijadikan sebagai waktu yang ideal untuk traveling ke pantai atau di tempat lain.

“Jangan karantina, liburan di pantai!” demikian perusahaan travel, Orange Sun Tour  di situs webnya.

Polina Bondarenko, agen travel  kepada kantor berita Reuters mengatakan bahwa harga telah melonjak untuk perjalanan ke semua tujuan yang tersedia. 

“Orang-orang pergi sehubungan dengan lockdown ini,” katanya kepada agensi.

Mkhissin Rami, seorang manajer di Orange Sun Tour, mengatakan kesibukan  dimulai tepat setelah lcokdown parsial diumumkan pekan lalu.

“Tidak ada yang ingin tinggal di Moskow, karena apa yang bisa Anda lakukan di sini, jadi permintaan naik sekitar lima kali lipat, pasti,” katanya.

Kremlin menyalahkan peningkatan infeksi virus Komunis TIongkok dan kematian karena keraguan terhadap vaksin. 

Pada 22 Oktober, data resmi menunjukkan bahwa sekitar 49,1 juta orang Rusia sudah divaksinasi lengkap. Total penduduk, tidak termasuk Krimea yang dicaplok, secara resmi diperkirakan sekitar 144 juta jiwa.

Banyak orang-orang Rusia enggan divaksin disebabkan  mereka ragu-ragu karena ketidakpercayaan terhadap pihak berwenang, sementara yang lain menyebutkan kekhawatiran tentang keamanan vaksin. (asr)