Media Partai Gembar-Gembor Soal ‘Reformasi dan Keterbukaan’, Tapi Nama Xi Jinping Tidak Muncul dalam Artikel

oleh Zheng Gusheng 

Terdapat 10 ‘Kegigihan’ yang ditekankan dalam Komunike Sidang Pleno Ke-6 Komite Sentral Partai Komunis Tiongkok ke-19 yang baru usai penyelenggaraannya pada November tahun ini.

Tetapi ‘kegigihan dalam melaksanakan reformasi dan merealisasikan keterbukaan’ sama sekali tidak disinggung dalam komunike. Baru-baru ini, media partai ‘Renmin Rebao’ menerbitkan sebuah artikel panjang yang isinya menggembar-gemborkan soal reformasi dan keterbukaan di Tiongkok, Tetapi yang disebut-sebut adalah pemimpin lama seperti Deng Xiaoping, Jiang Zemin, dan Hu Jintao yang secara tegas dinyatakan sebagai pemimpin PKT yang berkontribusi terhadap keberhasilan reformasi dan keterbukaan, sama sekali tidak menyebut nama Xi Jinping.

Pada 9 Desember, media partai ‘Renmin Rebao’ atau ‘People Daily’ menerbitkan sebuah artikel komentar berjudul ‘Reformasi dan Keterbukaan Merupakan Upaya Besar Kebangkitan Partai’ yang ditulis oleh Qu Qingshan, seorang anggota Komite Sentral Partai Komunis Tiongkok ke-19 dan dekan Institut Penelitian Dokumentasi dan Sejarah Komite Sentral PKT.

Nama demikian, Deng Xiaoping sampai 9 kali disebutkan dalam artikel tersebut, dan nama Jiang Zemin dan Hu Jintao masing-masing 1 kali. Mereka seakan diakui telah memberikan kontribusi dalam pelaksanaan reformasi dan keterbukaan bagi perkembangan Tiongkok, tetapi nama Xi Jinping sekali pun tidak dicantumkan.

Dalam beberapa tahun terakhir, media partai sangat menekankan Xi Jinping sebagai inti kepemimpinan PKT, tetapi artikel yang terdiri dari 4.000 lebih karakter ini tidak menemukan nama Xi Jinping. Padahal ‘reformasi dan keterbukaan’ ini merupakan topik bahasan yang penting dan sensitif, rasanya janggal kalau Xi yang sebagai inti kepemimpinan PKT bisa ketinggalan ?

Radio Free Asia mengutip analisa yang dibuat Lin Heli, seorang komentator asal Hongkong memberitakan bahwa memang janggal kalau nama Xi Jinping tidak disinggung-singgung dalam artikel itu. Ada dua kemungkinan nama Xi tidak disebut. Pertama, artikel itu hanya berfokus pada topik yang menyangkut sejarah reformasi dan keterbukaan, dan yang lainnya adalah menjadi isyarat bahwa Xi Jinping selain tidak berkontribusi terhadap reformasi dan keterbukaan, bahkan tindakannya bertolak belakang dengan “garis Deng Xiaoping”, sehingga memicu ketidakpuasan anggota partai lainnya.

Lin Heli juga menyebutkan bahwa “Resolusi Historis Ketiga” PKT (berisikan pujian atas pencapaian politik Xi Jinping) hanya disinggung di bagian awal artikel. Berdasarkan pengamatannya, para pimpinan tinggi PKT sudah tidak lagi seantusias seperti di masa lalu dalam mendukung “Resolusi Historis Ketiga”. Ini bertentangan dengan tradisi internal partai.

Dalam beberapa tahun terakhir, Xi Jinping telah berulang kali mengutip pernyataan Mao Zedong dan terus memperkuat kendalinya secara keseluruhan atas masyarakat. Dalam Komunike Sidang Pleno Ke-6 Komite Sentral Partai Komunis Tiongkok ke-19 pada bulan November tahun ini, sepuluh “kegigihan” dikemukakan, tetapi tidak termasuk “kegigihan untuk mereformasi dan membuka diri”. 

Meskipun dalam “Resolusi Historis Ketiga” yang disahkan dalam Sidang Pleno ke-6 juga menyinggung mengenai pelaksanaan reformasi dan keterbukaan secara sepenuhnya, tetapi hanya disinggung sedikit, pada saat yang sama secara lebih panjang lebar menyebutkan : Akibat terjadinya kontradiksi dan munculnya “masalah baru” setelah “reformasi dan keterbukaan” didengungkan, termasuk perbuatan korupsi yang terus merajalela dan seterusnya, sehingga rezim dihadapkan pada ujian besar ini.

Yuan Hongbing, seorang ahli hukum yang tinggal di Australia mengatakan kepada ‘Epoch Times’, ada informasi internal bahwa Xi Jinping awalnya ingin mengkritik Jiang Zemin dengan menyebut namanya dalam “resolusi sejarah ketiga”, tetapi batal dilakukan karena mendapat tentangan dari anggota partai lainnya. Yuan Hongbing percaya bahwa dirilisnya resolusi ini akan menjadi awal babak baru konflik yang intens di dalam partai.

Wang Dan, seorang aktivis demokrasi juga memposting di Facebook tulisan : Dalam beberapa hari terakhir, muncul sejumlah tanda abnormal di Beijing.

Selain itu, Xi Jinping tidak muncul juga tidak memberikan pidato pada Hari Peringatan Nasional terjadinya Pembantaian Nanjing pada 13 Desember.

Wang Dan mengatakan bahwa dalam pembahasan tentang masalah ekonomi, wacana yang muncul pada dasarnya bertentangan dengan “ekonomi Xi Jinping”.

Dia mengatakan bahwa ini mungkin terjadi karena kecelakaan, tetapi dirinya merasa bahwa atmosfer politik di Tiongkok belakangan ini agak tidak normal. (sin)