Peraturan Tata Laksana Pendaftaran Impor Pangan Luar Negeri yang akan Diberlakukan Tiongkok Mendapat Protes Banyak Negara

 oleh Xu Jian

Pihak berwenang Tiongkok mengumumkan pemberlakuan ‘Peraturan Tata Laksana Pendaftaran Impor Pangan Luar Negeri Perusahaan Manufaktur’ mulai 1 Januari 2022. Peraturan baru ini menghendaki semua perusahaan asing yang terkait dengan makanan impor harus mengajukan pendaftaran ke Administrasi Umum Kepabeanan Tiongkok. Namun karena waktunya yang pendek dan prosedur yang tidak jelas, banyak eksportir asing dibuat bingung untuk memenuhi ketentuan tersebut. Karena itu, diplomat dari Eropa, Amerika dan Asia bersama-sama mengajukan protes kepada pemerintah Tiongkok.

Produsen wiski Irlandia, coklat Belgia, dan merek kopi Eropa sangat ingin mematuhi peraturan makanan baru yang dikeluarkan pihak berwenang di Tiongkok. Namun, banyak orang khawatir karena batasan waktunya yang relatif pendek, sehingga menyebabkan produk mereka tidak dapat memasuki pasar Tiongkok sesuai jadwal.

Pada 12 April tahun ini, pihak berwenang Tiongkok telah mengeluarkan ‘Peraturan Tata Laksana Pendaftaran Impor Pangan Luar Negeri Perusahaan Manufaktur’ yang mewajibkan semua perusahaan produksi, pemrosesan, dan penyimpanan makanan di dunia yang menjual produknya ke daratan Tiongkok untuk mengajukan pendaftaran ke GACC (General Administration of Customs of the People’s Republic of China) atau Administrasi Umum Kepabeanan Republik Rakyat Tiongkok, agar produk mereka dapat dipasarkan di Tiongkok.

Namun demikian, pihak berwenang baru merilis dokumen yang menjelaskan tata cara pendaftaran terkait peraturan tersebut pada bulan Oktober tahun ini. Dan, web site untuk pendaftaran perusahaan luar negeri baru diluncurkan pada bulan November.

Reuters melaporkan pada 13 Desember bahwa seorang diplomat Eropa untuk Beijing mengatakan : “Kita akan menghadapi terputusnya pasokan sejumlah besar makanan impor setelah 1 Januari”. Saat ini,  Diplomat tersebut sedang membantu produsen makanan dalam negeri untuk mengajukan izin pendaftaran tersebut.

Dalam beberapa tahun terakhir, karena tingginya permintaan, dan rendahnya kualitas beberapa produk tertentu dalam negeri Tiongkok (seperti susu bubuk), sehingga permintaan akan produk pangan impor dari masyarakat Tiongkok melonjak. 

Menurut sebuah laporan yang dikeluarkan Kementerian Pertanian AS, bahwa impor pangan Tiongkok tahun 2019 yang bernilai USD. 89 miliar, menjadikan Tiongkok sebagai pengimpor makanan terbesar keenam di dunia.

Protes Diplomatik dari berbagai negara termasuk Eropa, Amerika dan Asia

Dengan mengutip ungkapan Damien Plan, seorang penasihat pertanian untuk delegasi Uni Eropa di Beijing, Reuters melaporkan bahwa UE pada tahun ini telah mengirim 4 pucuk surat ke GACC untuk meminta penjelasan tentang undang-undang pangan baru dan meminta lebih banyak waktu untuk pendaftaran. 

Pekan lalu, Damien Plan mengatakan bahwa GACC pada prinsipnya sudah menyetujui untuk memberlakukan peraturan bagi barang yang dikirim setelah 1 Januari, tetapi sampai sekarang belum mengeluarkan pemberitahuan resmi.

Salinan dokumen yang diperoleh Bloomberg pada 8 November menunjukkan bahwa diplomat dari Amerika Serikat, Inggris, Jepang, Uni Eropa, Australia, Kanada, dan Swiss mengajukan surat bersama kepada GACC pada 27 Oktober, yang isinya berharap kepada GACC untuk menunda pelaksanaan peraturan baru tersebut setidaknya 18 bulan”.

Para diplomat dari ketujuh negara ini mengungkapkan bahwa pemerintah dari masing-masing negara telah membuat sejumlah “kontak” dengan GACC, karena mereka khawatir terjadi penundaan masuknya makanan ke Tiongkok akibat pelaksanaan peraturan baru ini, di samping itu juga dapat mengganggu rantai pasokan pangan global.

Mereka juga mempertanyakan soal persyaratan peraturan baru pada beberapa makanan yang dianggap tidak sepadan dengan tingkat risiko yang sebenarnya. Misalnya, mengapa semua makanan tunduk pada aturan baru ini, bahkan makanan yang dianggap berisiko rendah seperti anggur, tepung, dan minyak zaitun harus mematuhi aturan ini. Namun, GACC tidak menjelaskan hal ini.

Diplomat dari ketujuh negara menyarankan agar pihak berwenang Tiongkok, dapat minta persetujuan WTO dan melalui metode negosiasi bilateral dengan mitra dagang sebelum menerapkan peraturan baru.

Menurut analisis Bloomberg, surat bersama ini menunjukkan bahwa pemasok asing semakin frustrasi memasuki produk industri mereka ke daratan Tiongkok. Mereka selain tidak bisa mengetahui apakah kapal yang membawa komoditas mereka, dapat berhasil membongkar barang sesuai jadwal. 

Beberapa produsen makanan dan pemerintah bahkan khawatir jika mereka tidak mematuhi aturan pendaftaran, maka mereka harus menanggung beban biaya logistik atau pergudangan yang mahal.

“Hambatan perdagangan non-tarif”

Namun, beberapa diplomat dan eksportir Barat mengatakan bahwa mereka percaya bahwa aturan ini adalah hambatan perdagangan yang diberlakukan oleh pemerintah Tiongkok terhadap produk luar negeri. 

Andy Anderson, direktur eksekutif Western United States Agricultural Trade Association (WUSATA) mengatakan : “Di luar Tiongkok, kami belum pernah menjumpai (aturan makanan) yang begitu ketat”. Dia menggambarkan aturan ini sebagai “hambatan perdagangan non-tarif”.

Menurut peraturan GACC, 14 jenis makanan, termasuk biji kopi yang tidak dioleh, minyak nabati, biji-bijian dan kacang-kacangan, baru diklasifikasikan sebagai kategori makanan berisiko tinggi. Karena itu pihak berwenang yang mengelola makanan di negara-negara pengekspor diminta untuk menyelesaikan prosedur pendaftarannya sebelum akhir Oktober. Sedangkan untuk makanan berisiko rendah, dapat didaftarkan di situs web yang diluncurkan oleh GACC pada bulan November. Meskipun pada kenyataannya situs tersebut sering “ngadat” alias tidak bekerja.

Peraturan baru ini tidak jelas dan kurang fleksibel. Robert Maron, Wakil Presiden Perdagangan Internasional di Distilled Spirits Council of the United States (DISCUS) mengatakan bahwa beberapa perusahaan anggur Amerika telah mendaftar, tetapi mereka masih tidak mengetahui persyaratan khusus yang diminta. “Tidak memiliki banyak waktu untuk memahami persyaratan khusus, tetapi di sanalah perhatian anggota kami”.

Li Xiang, manajer pengembangan bisnis di CIRS, sebuah perusahaan pelayanan untuk inspeksi dan pengawasan kimia di Eropa mengatakan bahwa situs web untuk pendaftaran dalam bahasa Mandarin sudah dapat dioperasikan, tetapi untuk yang bahasa Inggris masih dalam versi uji coba. 

Li Xiang juga mengatakan bahwa sejauh ini, tidak ada produsen wiski Irlandia yang berhasil mendaftar walaupun sudah berulang kali mencoba.

Sampai saat ini, perusahaan asing tidak jelas mengenai apa yang akan terjadi terhadap komoditasnya yang tiba di Tiongkok tetapi belum juga berhasil didaftarkan ? “Saat ini, informasi yang kami peroleh dari otoritas (GACC) adalah bahwa tidak akan ada masa tenggang”, tambah Li Xiang. (Sin)