Malaysia Memperingatkan Potensi Lonjakan COVID-19 Setelah Banjir Besar Terparah yang Menggusur Lebih dari 66.000 Warga

Aldgra Fredly

Menteri Kesehatan Malaysia Khairy Jamaluddin pada Senin (20/12/2021) memperingatkan lonjakan kasus COVID-19 di negara itu setelah banjir besar terburuk di negara itu  dengan 181 kasus baru terdeteksi di beberapa fasilitas bantuan banjir.

Banjir besar melanda 8 negara bagian Malaysia pada 18 Desember, menggusur lebih dari 66.000 orang yang dipindahkan ke pusat bantuan banjir. Dikutip dari kantor berita Bernama, sedikitnya 14 orang ditemukan tewas, 8 di antaranya dari Selangor dan enam dari Pahang. 

Menkes Malaysia Khairy Jamaluddin mengatakan Korban banjir yang terinfeksi COVID-19  tidak menunjukkan gejala atau dengan gejala ringan,  total 206 korban banjir telah diidentifikasi sebagai kontak erat dari kasus positif COVID-19. 

Sejumlah  kasus itu termasuk 117 di Selangor, 52 di Pahang, empat di Kelantan, dan enam di Kuala Lumpur. Negeri Sembilan dan Melaka masing-masing memiliki satu kasus. Khairy mengatakan pemerintah akan mendistribusikan pasokan medis ke semua pusat bantuan.

Ia mengatakan, saat banjir, prioritasnya adalah menyelamatkan korban banjir, dan terkadang tidak dapat tertolong, di mana beberapa hal yang seharusnya dilakukan, seperti upaya kesehatan masyarakat, tidak dapat dilaksanakan. 

Banjir di Malaysia biasa terjadi selama musim hujan tahunan antara Oktober dan Maret, terutama di pantai timur negara itu. Tetapi hujan yang dimulai pada 17 Desember dan berlanjut hingga 18 Desember, paling parah melanda di negara bagian barat Selangor, wilayah terkaya dan terpadat di Malaysia di sekitar ibu kota Kuala Lumpur.

Video yang diunggah di media sosial menunjukkan sungai yang meluap, tanah longsor, dan mobil-mobil terendam di jalanan yang ditinggalkan.

Perdana Menteri Malaysia, Ismail Sabri Yaakob mengatakan dalam sebuah pernyataan pada Senin 20 Desember, bahwa pemerintah akan mengalokasikan 100 juta ringgit  dalam bantuan pasca banjir untuk rumah dan perbaikan infrastruktur, dan akan memberikan 1.000 ringgit untuk setiap rumah tangga yang terkena dampak banjir.

Ismail juga memerintahkan seluruh instansi untuk gencar membantu para korban banjir dan menginstruksikan Kementerian Lingkungan Hidup dan Air Malaysia untuk mengerahkan 20 unit pompa keliling ke wilayah terdampak.

Ia mengatakan, Hingga malam senin, total 41 speed boat, 16 lori, dan aset lainnya, serta 321 anggota tim penyelamat telah dikirim ke Taman Seri Muda. 

Di media sosial,  PM Malaysia menuai kritik atas tuduhan bahwa pemerintahnya gagal untuk segera memberikan bantuan kepada para korban, dengan tagar #KerajaanPembunuhan menjadi trending di Twitter.

Netizen Malaysia menuduh menantu Ismail, Jovian Mandagie, menggunakan helikopter milik pemerintah untuk menghindari banjir, meskipun Mandagie membantahnya di Instagram. Ia hanya mengatakan bahwa dirinya menggunakan helikopter komersial.

Anggota parlemen Klang Charles Santiago mengatakan pada 18 Desember bahwa dia belum “mendengar jeritan dari Perdana Menteri Ismail Sabri Yaakob atau kabinetnya” ketika para korban banjir membutuhkan “intervensi mendesak” dari pemerintah.

“Inilah saatnya pemerintah federal, pemerintah negara bagian, anggota parlemen, dan pemangku kepentingan utama lainnya menawarkan bantuan, tanpa kami memintanya,” kata Santiago di Facebook.

Politisi oposisi juga mempertanyakan upaya pemerintah untuk membantu korban banjir di Parlemen.

“Saya tidak tahu apa yang dilakukan perdana menteri, bahkan pada hari kedua, tidak ada bantuan,” kata Mohamad Sabu dari Partai Amanah, dilansir Free Malaysia Today. (asr)

Reuters berkontribusi dalam laporan ini