WHO : Orang yang Telah Divaksinasi atau Penyintas COVID-19 Lebih Mungkin Terinfeksi Omicron

oleh He Yating

Kepala Ilmuwan WHO Soumya Swaminathan pada Senin (20/12/2021) mengatakan kepada para wartawan media yang berada di Jenewa, bahwa bukti yang diperoleh menunjukkan bahwa virus varian Omicron menyebar lebih cepat daripada varian Delta, selain itu Omicron lebih mampu menghindari beberapa respon imun dari dalam tubuh manusia.

Swaminathan menambahkan bahwa kesimpulan sementara yang menyebutkan bahwa gejala yang ditimbulkan oleh varian Omicron lebih enteng daripada jenis varian lainnya adalah tidak bijaksana ! Seiring dengan jumlah infeksi yang terus bertambah “Semua sistem kesehatan di semua negara akan berada di bawah tekanan,” katanya.

Pada hari yang sama, Tedros Adhanom Ghebreyesus, Direktur Jenderal WHO  dalam konferensi pers reguler menekankan bahwa sekarang ada bukti yang konsisten menunjukkan varian Omicron menyebar lebih cepat daripada virus varian Delta. Orang yang pulih dari epidemi COVID-19 lebih mungkin terinfeksi kembali.

Dia menekankan bahwa pertemuan berskala besar akan menyebabkan peningkatan kasus, menyebabkan sistem kesehatan menjadi kewalahan, dan lebih banyak kematian. Untuk itu, dia mengimbau masyarakat untuk menunda atau membatalkan pertemuan dan perayaan berskala besar.

Media Jerman ‘Deutsche Welle’ melaporkan bahwa hasil penelitian yang dirilis oleh Imperial College London pekan lalu menunjukkan bahwa, kemampuan varian Omicron membuat orang yang pernah terinfeksi COVID-19 kembali terinfeksi mencapai lebih dari lima kali lipat daripada jenis varian lainnya. Penelitian mereka kebetulan sinkron dengan peringatan yang dikeluarkan oleh WHO pada hari Senin.

Selain itu, Institut Robert Koch (Robert Koch Institut. RKI) sebuah lembaga pemerintah federal Jerman dan organisasi penelitian yang bertanggung jawab untuk pengendalian dan pencegahan penyakit, baru-baru ini juga telah meningkatkan peringkat risiko terhadap virus varian Omicron.

Akun Twitter resmi RKI pada 20 Desember memberitakan bahwa, bahkan pasien yang telah divaksinasi lengkap atau yang pulih dari terinfeksi COVID-19, masih memiliki risiko pada peringkat sangat tinggi tertular oleh virus varian Omicron. Dan orang yang telah divaksinasi dengan suntikan booster, memiliki tingkat risiko tertular pada peringkat sedang.

RKI juga mengingatkan, bahwa akibat kemampuan penyebaran dan efektivitas penularan dari varian Omicron yang jauh melebihi semua varian tipe sebelumnya, maka diperkirakan  kasus infeksi COVID-19 akan melonjak drastis di masa mendatang.

Saat ini, varian Omicron sedang menyebar luas di Jerman. Tingkat risiko yang ditimbulkan oleh varian ini terhadap kesehatan masyarakat Jerman secara keseluruhan adalah sangat tinggi.

Namun, pada konferensi pers yang diadakan pada Senin, WHO masih memberikan harapan kepada masyarakat dunia.

Para ahli dari WHO mengatakan bahwa perusahaan farmasi sedang mengembangkan vaksin generasi kedua dan ketiga untuk mencegah terinfeksi dan penyebaran varian baru, sementara obat untuk perawatan antibakteri dan terapi inovatif lainnya untuk epidemi COVID-19 telah mencapai perkembangan yang menggembirakan. Jika negara-negara dapat secara efektif mengendalikan penyebaran virus hingga seminimal mungkin, ada harapan bahwa epidemi akan berakhir pada tahun 2022.

Pakar WHO Abdi Mahamud mengatakan bahwa meskipun Omicron dapat menghancurkan kemampuan pertahanan beberapa antibodi, tetapi orang masih dapat mengandalkan sel T  atau limfosit T yang dapat menyerang sel manusia yang terinfeksi untuk mencegah penyakit berubah menjadi parah.

“Meskipun kita melihat timbulnya penurunan antibodi penetralisir, tetapi hampir semua analisis awal telah menunjukkan bahwa kekebalan yang dimediasi oleh sel T masih utuh atau tidak mengalami kerusakan. Inilah yang benar-benar kita butuhkan,” ujarnya. (sin)