Santa Cecilia dan Perayaan Musikal Tuhan

Eric Bess

Ada sesuatu tentang ekspresi berirama yang kita sebut musik yang memengaruhi kita secara emosional dan spiritual. Kita menyukai musik. Kita mendengarnya di mana-mana: di mobil saat dalam perjalanan untuk bekerja, di tempat kerja, di mobil ketika akan pergi ke mall, dan ya, bahkan di supermarket. Hampir ke mana pun kita pergi, musik selalu dimainkan.

Ketika saya berbelanja dengan istri saya, saya sering bercanda bahwa — karena musik yang saya dengar — department store ini pasti ingin pelanggan mereka pergi secepat mungkin. Namun sepertinya tidak ada yang memperhatikan ataupun peduli. Mendengar begitu banyak musik, begitu sering, membuat saya bertanya-tanya apakah kita telah menjadi peka terhadap musik yang buruk. Jika demikian, lalu bagaimana kita mengenali musik yang bagus?

Saya menemukan lukisan karya John William Waterhouse berjudul “Saint Cecilia” (Santa Cecilia) yang membuat saya berpikir kritis tentang sifat musik yang bagus.

Tokoh Sejarah

Jadi siapakah Cecilia itu? Cecilia hidup antara abad kedua dan keempat dan merupakan martir perawan dari gereja Kristen awal.

Menurut legenda, dia bersumpah keperawanannya kepada Tuhan tetapi secara paksa menikah dengan seorang pagan (agama-agama selain agama Kristen), bernama Valerian. Meskipun suaminya adalah seorang pagan, dia mendengar musik di dalam hatinya ketika mereka menikah. Dia memberi tahu suaminya bahwa seorang malaikat Tuhan ingin dia tetap perawan setelah menikah, dan Valerian mengatakan dia akan menghormati keinginannya jika dia diizinkan untuk melihat malaikat itu juga. Lantas Cecilia meminta agar suaminya dibaptis, dan setelah pembaptisannya, sang suami melihat seorang malaikat menyematkan bunga mawar dan lili kepada istrinya.

“Saint Cecilia,” 1895, by John William Waterhouse. Oil on canvas. (Public Domain)

Setelah melihat malaikat itu, Valerian membantu orang-orang Kristen yang teraniaya dengan mengubur tubuh para martir setelah dieksekusi. Cecilia juga dieksekusi karena berkhotbah dan karena memberikan harta miliknya kepada orang miskin.

Selain mendengarkan musik di hatinya pada hari pernikahannya, lalu mengapa Cecilia adalah santa pelindung musik? Di awal kehidupannya, dia pernah dianggap telah menolak musik yang dimainkan di rumah suaminya. Dia mengklaim bahwa dia hanya ingin mendengarkan musik surgawi, yang membantunya menjaga kemurnian tubuh dan jiwanya.

Lukisan Cecilia Tidur Karya John William

John William Waterhouse menggambarkan Cecilia tidur di kursi marmer berornamen di sisi kanan komposisi. Di pangkuannya terletak sebuah buku nyanyian yang diterangi dan sekuntum mawar. Di belakangnya ada semak mawar yang mekar di dekat kepalanya, dan sulur mawar menjulur ke arah kakinya. Di kaki kursi, di belakang air mancur kuno, di kanan bawah, ada bunga poppy.

Di sebelah kiri, di sisi lain komposisi, terdapat dua malaikat berlutut di depan Cecilia di kedua sisi organ kecil yang menurut rumah lelang Christie, Cecilia mainkan sebelum dia tertidur. Kedua malaikat, berpakaian serba putih untuk menandakan kemurnian mereka, memainkan musik untuknya. Semak mawar putih menjulang di sekitar kaki malaikat yang paling dekat dengan kita dan juga menandakan kesucian.

Merayakan Kasih Tuhan

Jadi apa yang dikatakan lukisan John William tentang Santa Cecilia tentang musik? Mengapa dia menggambarkan Cecilia tidur dengan buku nyanyian yang bercahaya? Mengapa dia melukis bunga mawar dan poppy alih-alih mawar dan lili—dua bunga yang secara tradisional diasosiasikan dengan St. Cecilia? Dan mengapa kedua malaikat itu berlutut untuk memainkan musik di depannya?

Detail “Saint Cecilia,” 1895, oleh John William Waterhouse. Minyak di atas kanvas. (Domain publik)

Mari kita mulai dengan fakta bahwa Cecilia diperlihatkan tertidur dengan bunga poppy di kaki kursinya. Poppy—bunga yang diasosiasikan dengan pelupaan dan tidur—menunjukkan beberapa hal.

Menurut Oxford English Dictionary, pelupaan (oblivious) dapat berarti kebebasan dari kecemasan atau kekhawatiran. Dengan kata lain, karena dia menutup matanya terhadap dunia, dia tidak menyadari kecemasan dan kekhawatiran dunia. Dengan menutup matanya terhadap dunia, dia melampaui kecemasan dan kekhawatiran dunia.

Dan apakah sumber transendensinya? Cinta Tuhan adalah sumber transendensinya, dan ini diungkapkan oleh semak mawar yang melampaui bunga poppy, dan mekar di dekat kepala Cecilia. Semak mawar mewakili kasih Tuhan dalam simbolisme Kristen abad pertengahan. Fakta bahwa semak mawar mekar di dekat kepalanya menunjukkan bahwa pikirannya tertuju pada Tuhan.

Cecilia juga memegang mawar di buku lagu yang bercahaya di pangkuannya. Manuskrip bercahaya adalah teks agama tulisan tangan yang dihiasi dengan logam mulia seperti emas atau perak. Jadi, buku nyanyian Cecilia yang bercahaya akan menjadi buku himne tulisan tangan untuk Tuhan, dan itu dihiasi dengan emas dan perak. Mawar yang dipegangnya di atas buku menunjukkan bahwa himne-himne ini adalah tentang kasih Tuhan, dan dia menyanyikan himne-himne ini saat dia memainkan organ.

Benarkah memainkan organ dan menyanyikan himne tentang kasih Tuhan yang membuatnya berada dalam kondisi terlupakan—sebuah kondisi terlupakan yang merupakan simbol dari dirinya yang melampaui kecemasan dan kekhawatiran dunia? Jika demikian, maka musik yang dia mainkan untuk merayakan Tuhan juga merupakan musik yang mengangkatnya melampaui perhatian dan kekhawatiran dunia.

Detail of “Saint Cecilia,” 1895, by John William Waterhouse. Oil on canvas. (Domain publik)

Lalu, mengapa para malaikat berlutut di kakinya dan memainkan musik? Bagi saya, musik adalah jenis perhiasan. Yang saya maksud adalah, bahwa musik memperindah dan merayakan apa yang mengiringinya. Musik yang mengiringi lirik tentang uang, seks, narkoba, dan kekerasan adalah memperindah dan merayakan hal-hal tersebut. Bagaimanapun juga, musik yang menyertai kasih Ilahi, memperindah dan merayakan kasih itu.

Jadi, para malaikat yang berlutut di kaki Cecilia tidak berlutut kepada Cecilia sebagai orang atau orang suci; mereka berlutut karena Cecilia telah melampaui dunia melalui musik yang merayakan Tuhan, yang merupakan peristiwa suci. Mereka merayakan pengangkatannya menuju Tuhan.

Malaikat bermain untuk Cecilia dalam keadaan terlupakan, dan karena dia akan melampaui kecemasan dunia, musik yang dia dengar bukanlah dari dunia. Para malaikat berpadu dan memainkan instrumen mereka untuk merayakan perayaan cinta Cecilia kepada Tuhan. Mereka memberinya sumber musik surgawi yang murni—jenis musik yang diinginkannya untuk menjaga kemurniannya sendiri.

Apakah St. Cecilia mewakili kebaikan musik? Apakah dia mewakili musik yang dapat kita hasilkan untuk merayakan kasih Tuhan dan musik surgawi yang mungkin bermain di dalam hati dan pikiran kita ketika kita melampaui dunia? Bagaimana kita bisa membuat kreasi musik yang merayakan Keilahian sehingga kita juga dapat mengangkat diri kita sendiri menuju kasih Tuhan? (yud)