Otoritas Lakukan 250 Ledakkan di Awan Demi Modifikasi Cuaca Saat Menggelar Olimpiade Beijing

NTDTV.com

Jelang Olimpiade Musim Dingin Beijing 2022, tuan rumah untuk memastikan kondisi cuaca  sesuai dengan kebutuhan penyelenggara, pihak berwenang Tiongkok akan melakukan intervensi berskala besar terhadap cuaca lokal. Masyarakat khawatir bahwa intervensi berskala besar dalam cuaca dapat merusak siklus iklim alam dan membawa dampak buruk yang sulit diprediksi terhadap lingkungan dan ekologi.

Menurut laporan ‘Washington Post’, untuk memastikan bahwa semua faktor selama Olimpiade Musim Dingin dapat memuaskan keinginan politik pemerintah komunis Tiongkok, mereka menerapkan intervensi manual berskala besar terhadap cuaca di sekitar daerah pertandingan, termasuk curah hujan buatan, penyebaran badai, menciptakan langit biru secara artifisial, dan Kantor Modifikasi Cuaca Beijing, sebuah lembaga yang merupakan unit bagian dari Pusat Perubahan Cuaca Dinas Meteorologi Tiongkok adalah pihak yang ditunjuk untuk merencanakan dan mengimplementasikan intervensi manual ini

Menurut laporan itu : Dalam tiga bulan terakhir, otoritas tersebut pernah melaksanakan percobaan sedikitnya 250 kali peledakan dalam awan di dekat Kota Zhangjiakou, dan menempatkan 12 buah pesawat katalitik di bandara setempat yang disiagakan untuk melakukan intervensi awan jika dibutuhkan. 

“Para ahli memperkirakan bahwa otoritas bermaksud untuk melakukan operasi perubahan cuaca buatan manusia yang berskala lebih besar daripada ukuran Olimpiade Beijing 2008”.

Laporan ‘Washington Post’ menyebutkan bahwa sejak lama Tiongkok telah membuat curah hujan buatan dengan menembakkan meriam dan roket yang berisi perak iodida (Agl) ke dalam awan. 

Bahkan, sejak 14 bulan terakhir, pihak berwenang justru meningkatkan kegiatan tersebut. Laporan menunjukkan, bahwa upaya semacam itu kemungkinan akan berpengaruh terhadap kehidupan 1,4 miliar rakyat Tiongkok, juga negara-negara tetangga, seperti Myanmar, India dan Nepal. Selain itu, meningkatkan ketegangan antara negara-negara itu. Dalam laporan juga dipertanyakan apakah pemerintah suatu negara diperbolehkan untuk mengubah cuaca sesuka hatinya ?

Ini bukan pertama kalinya pemerintah Tiongkok melakukan hal ini. Ketika Beijing menjadi tuan rumah Olimpiade Musim Panas tahun 2008, perkiraan Dinas Meteorologi awal adalah pada hari pembukaan (8 Agustus) akan ada hujan atau badai petir di sore harinya. 

Untuk memastikan bahwa tidak hujan saat upacara pembukaan diadakan, Kantor Modifikasi Cuaca Beijing melakukan operasi intervensi cuaca buatan selama 9 jam berturut-turut. Total telah meluncurkan 1.104 buah roket intervensi hujan pada saat itu.

Menurut laporan Voice of America, seorang peneliti Universitas Tsinghua mengungkapkan bahwa ketika Partai Komunis Tiongkok mengadakan perayaan ulang tahun ke-100 pada 1 Juli 2021, untuk memastikan munculnya fenomena “langit cerah” pada hari perayaan, pihak berwenang Tiongkok meluncurkan sebuah roket intervensi awan pada malam sebelumnya, yang memicu hujan untuk membersihkan polusi dan kabut asap yang menyelimuti udara Beijing.

Intervensi cuaca berskala besar yang sering dilakukan pemerintah Tiongkok, karena kebutuhan untuk propaganda politik telah menimbulkan kekhawatiran dan kritik dari para ilmuwan.

Dalam sebuah artikel berjudul “Blue skying”, Chien Shiuh-shen, seorang ahli lingkungan Asia dan profesor dari Departemen Geografi dan Sumber Daya Lingkungan di Universitas Nasional Taiwan menulis : Pandangan tradisional percaya bahwa sifat-sifat dari sinar matahari dan atmosfer adalah fakta alam yang tidak dapat diubah. Namun, pemerintah Tiongkok menggunakan “tongkat komando”nya telah meluncurkan kampanye yang bertujuan untuk mengendalikan kondisi meteorologi lokal untuk memobilisasi langit biru, sebuah fenomena yang dikenal di sini sebagai ‘birunya langit perayaan’.

Chien Shiuh-shen menulis dalam artikelnya bahwa ‘birunya langit perayaan’ adalah pedang bermata dua. Meskipun dapat memamerkan kemampuan Tiongkok mengelola iklim untuk memenuhi kebutuhan propaganda pihaknya, cuaca dan kualitas udara tiba-tiba membaik ketika para VIP internasional tiba. Ini adalah semacam ironi di mata masyarakat setempat, yang malahan merusak legitimasi pemerintah partai komunis Tiongkok di negara tersebut.

Dalam sebuah wawancara dengan ‘Washington Post’, Gavin Schmidt, penasihat iklim senior NASA, dengan blak-blakan menyatakan bahwa praktik seperti katalisis awan dan curah hujan buatan adalah kerjaan orang bodoh yang duitnya banyak.

Guo Tieliu, mantan tokoh media senior secara terus terang mengatakan : “Ketika pembuat kebijakan Tiongkok mengambil keputusan (iklim), mereka tidak akan mempertimbangkan dampak perubahan iklim terhadap dunia, dan bahkan dampak lingkungan terhadap sekitarnya selain area Beijing”.

Dhanasree Jayaram, seorang profesor geopolitik dan hubungan internasional di Institut Pendidikan Tinggi Manipal, India mengatakan kepada ‘Washington Post’, bahwa orang-orang akan melihat bahwa pemerintah Tiongkok lebih sering dan proaktif, menggunakan teknologi untuk memodifikasi iklim. 

“Kami tidak memiliki cara untuk mengetahui efek apa yang akan terjadi pada ekosistem yang berbeda. Yang dapat kami ketahui adalah bahwa atmosfer tidak dibatasi secara politis,” katanya. (sin)