Barack Obama Positif COVID-19, Tenggorokannya Sempat Gatal-gatal Selama Beberapa Hari

Jack Phillips

Mantan Presiden Amerika Serikat Barack Obama Minggu (13/3/2022) mengonfirmasi bahwa dia dinyatakan positif COVID-19, penyakit yang disebabkan oleh virus PKT (Partai Komunis Tiongkok).

“Saya mengalami tenggorokan gatal selama beberapa hari, tetapi saya merasa baik-baik saja,” kata Obama di laman Twitter-nya. Istrinya, mantan ibu negara Michelle Obama,  dites negatif COVID-19.

Obama kemudian meminta orang-orang agar segera menerima vaksin COVID-19. Ia yakin vaksin membantunya melawan lebih banyak gejala penyakit.

Dia tidak memberikan rincian lain tentang diagnosis.

Obama yang berusia 60 tahun, belum lama ini kembali ke Washington, D.C., setelah menghabiskan sebagian besar musim dingin di Hawaii.

“Michelle dan saya divaksinasi COVID-19 karena kami tahu itu cara terbaik untuk mengalahkan pandemi ini, melindungi satu sama lain, dan membuat negara ini bangkit dan berjalan kembali,” tulis Obama pada Maret 2021 di media sosial, disertai dengan rekaman video dirinya dan Michelle Obama mendapatkan vaksin. 

“Jadi saya harap Anda akan mendapatkan vaksin segera setelah tersedia untuk Anda. Itu bisa menyelamatkan hidupmu.”

Mantan Presiden Amerika Serikat Donald Trump dirawat di rumah sakit karena COVID-19 pada Oktober 2020. Dia meninggalkan rumah sakit beberapa hari kemudian. Mantan presiden AS lainnya  termasuk Jimmy Carter, George W. Bush, dan Bill Clinton, belum mengatakan apakah mereka  tertular virus sejak pandemi melanda.

Menurut data dari Centers for Disease Control and Prevention (CDC) serta the Department of Health and Human Services Amerika Serikat, total kasus COVID-19 secara nasional di AS melampaui 79,4 juta kasus. 

Kasus terkonfirmasi COVID-19, kematian, dan rawat inap  menurun secara signifikan dalam beberapa bulan terakhir di AS. 

Tetapi di luar Amerika Serikat, pejabat partai Komunis Tiongkok menanggapi lonjakan kasus COVID-19 dengan menutup pusat bisnis selatan Shenzhen, sebuah kota berpenduduk 17,5 juta orang, dan membatasi akses ke Shanghai dengan menangguhkan layanan bus. 

Sejak awal pandemi, partai Komunis Tiongkok lebih  menyukai tanggapan “nol COVID”, termasuk lockdown ketat, tes COVID-19 wajib, dan penutupan seluruh kota untuk menemukan dan mengisolasi setiap orang yang terinfeksi.

Semua orang di Shenzhen, pusat keuangan dan teknologi yang terletak di sebelah Hong Kong, akan menjalani tiga putaran tes COVID-19 seara massal. Itu setelah 60 kasus baru dilaporkan Minggu 13 Maret, kata para pejabat setempat. Semua bisnis kecuali yang memasok makanan, BBM, dan kebutuhan lainnya diperintahkan untuk tutup atau bekerja dari rumah.

Pada Minggu, para penduduk Cangzhou, selatan Beijing, disuruh tinggal di rumah setelah sembilan kasus dilaporkan di sana, menurut pemberitahuan pemerintah. Tidak jelas berapa banyak kasusnya dari 7,3 juta jiwa yang terkena dampaknya. (Vv)