Wabah di Tiongkok Meluas, Rumah Sakit Hanya Menerima yang Parah, Pasien Ringan Dikarantina Terpusat

oleh Liu Minghuan

Untuk mengatasi epidemi yang terus meluas di berbagai bagian daratan Tiongkok akhir-akhir ini, pihak berwenang Tiongkok mengeluarkan kebijakan pencegahan baru, yakni mengharuskan pasien COVID-19 dengan infeksi ringan untuk menjalani isolasi secara terpusat, dan tidak perlu masuk rumah sakit agar tempatnya bisa disediakan untuk menampung pasien dengan kondisi serius

Menurut laporan sejumlah media, kebijakan pencegahan pandemi terbaru yang diumumkan otoritas Kesehatan pada 15 Maret, menyebutkan bahwa orang dengan infeksi virus ringan wajib menjalankan isolasi terpusat. Akan tetapi, tempat-tempat isolasi tersebut tidak diperuntukkan untuk mengkarantina para pendatang dari luar wilayah dan para kontak dekat. Warga yang terinfeksi parah, dan kritis harus dirawat di rumah sakit yang ditunjuk, di antaranya, pasien dengan faktor risiko parah, kritis, dan rentan terhadap penyakit parah harus secepatnya dirawat di unit perawatan intensif (ICU).

Dalam hal pengaturan untuk membebaskan pasien dari isolasi, yang persyaratan awalnya berbunyi “orang dengan 2 kali uji asam nukleat negatif berturut-turut dari spesimen pernapasan (interval waktu pengambilan sampel setidaknya 24 jam)”, sekarang diubah menjadi “Nilai Ct gen N dan gen ORF keduanya ≥ 35 dalam 2 kali uji asam nukleat berturut-turut (metode PCR kuantitatif fluoresensi, nilai batasnya adalah 40, dengan interval pengambilan sampel setidaknya 24 jam), atau 2 kali uji asam nukleat berturut-turut dengan hasil negatif (nilai batas kurang dari 35, juga dengan interval waktu pengambilan sampel setidaknya 24 jam)”. Manajemen isolasi dan pemantauan kesehatan selama 14 hari setelah bebas karantina yang diatur semula oleh rumah sakit sekarang dipersingkat menjadi 7 hari pemantauan kesehatan dari tempat tinggal yang bersangkutan.

Sejak awal Maret sampai sekarang, sudah 28 provinsi di daratan Tiongkok yang cukup parah terpapar virus. Tetapi para ahli masih mengatakan bahwa “Penihilan yang dinamis” (kebijakan nol kasus) masih merupakan program pengendalian epidemi yang akan terus dilanjutkan oleh pemerintah Tiongkok.

Mi Feng, juru bicara Komisi Kesehatan Tiongkok mengatakan dalam konferensi pers pada 15 Maret, bahwa gelombang epidemi ini terutama merupakan varian dari Omicron, yang menyebar dengan cepat dan sangat sulit terdeteksi.

Wu Zunyou, kepala ahli epidemiologi dari Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Tiongkok menuliskan pesannya di Weibo pribadinya yang berbunyi : Penihilan yang dinamis” masih merupakan kebijakan umum pihak berwenang untuk mengendalikan penyebaran epidemi.

Saat ini, virus komunis Tiongkok atau COVID-19  telah dengan cepat menyebar di 28 provinsi termasuk antara lain Jilin, Shandong, Shanghai, Guangdong, Hebei, dan lainnya.

Menurut laporan, sejak awal Maret, situasi epidemi lokal di Shanghai telah menunjukkan penyebaran luas yang nyaris tak terkontrol. Pejabat di Shanghai mengatakan bahwa ada sudah ada 955 orang yang terinfeksi dalam gelombang penyebaran kali ini. Namun, dunia luar percaya bahwa data epidemi yang sebenarnya jauh lebih tinggi daripada data resmi itu.

Saat ini, Departemen Pencegahan Epidemi Kota Shanghai telah memutuskan untuk melakukan inspeksi secara jaringan di seluruh kota, dan melakukan pemblokiran komunitas selama 48 jam demi pelaksanaan 1-2 kali tes asam nukleat untuk seluruh warganya.

Pria warga Shanghai bermarga Guan mengatakan kepada reporter Epoch Times pada 16 Maret : “Seluruh warga Shanghai wajib menjalani uji asam nukleat mulai hari ini selama dua hari”.

Mr. Song, seorang warga yang tinggal di Distrik Songjiang mengatakan : “Tes asam nukleat nasional adalah kegiatan yang paling bodoh. Sekarang adalah Abad 21 bukan lagi tahun 1930-an, yang ada dalam benak pejabat Partai Komunis hanya jadi pejabat dan penguasa”.

“Saya menemukan di Internet daftar orang yang terinfeksi, tetapi semuanya adalah pasien terinfeksi yang tanpa gejala. Tidak jelas dari mana mereka tertular. Mungkin saja para ahli yang lebih tahu ?” (sin)