Enam Jalur Reinkarnasi Dimulai dari “Pikiran Sekilas dalam Hati”

Rong Naijia

“Enam Jalur Reinkarnasi” adalah istilah dari kaum Buddhis, dan Enam Jalur juga disebut “Enam Jalan” (enam kecenderungan), karena pada dasarnya seberapa tinggikah taraf yang telah berhasil dicapai? Mengapa seseorang yang telah meninggal dunia di saat dilahirkan kembali terdapat “enam jalur” yang berbeda? Dapatkah kita melewatinya? Dikatakan dalam agama Buddha bahwa enam jalur reinkarnasi diawali dari “pikiran sekilas dalam hati”. Apakah memang benar demikian?

Ajaran “Enam Jalur Reinkarnasi”

Buddhisme mengajarkan bahwa karena karma baik dan karma buruk yang dihasilkan dalam kehidupan masa lampau (maksudnya pada berbagai kehidupan sebelum kehidupan yang sekarang), hal itu mengakibatkan makhluk hidup memiliki enam taraf (alam) kehidupan yang berbeda, antara lain: Alam Dewa (Manusia Langit), Alam Manusia, Alam Asura, Alam Neraka, Alam Hantu-kelaparan, Alam Binatang. Itulah yang disebut “enam jalur (jalan)”, dan keenamnya ini merupakan jalur untuk bereinkarnasi dari semua makhluk yang masih berada di dalam Triloka [Tiga Alam (Sansekerta: diromanisasi: trailokya), istilah Buddhis, adalah: alam keinginan, alam berbentuk, dan alam tanpa bentuk]. 

Umat Buddha percaya bahwa makhluk hidup yang belum dapat berkultivasi keluar dari Triloka, atau sebelum suatu kehidupan musnah, mereka selalu beralih dari alam yang satu ke alam lain melalui reinkarnasi, inilah yang disebut ajaran “Enam Jalur Reinkarnasi”.

“Enam jalur” disebut pula “enam kecenderungan”, dan mereka semua berada di dalam Triloka, di mana mereka mondar-mandir di dalam perasaan (Bahasa Inggris: emotion, Bahasa Mandarin: Qing/dibaca ching/情), dan semua makhluk hidup mengendarai karma mereka sendiri untuk dilahirkan dalam alam yang berbeda. Artinya, semua makhluk dalam “enam jalur” tenggelam dalam “perasaan”, dan pikiran yang digerakkan oleh kepentingan, untung rugi, reputasi, suka duka, serta lahir, tua, sakit, dan mati, semuanya tidak dapat dipisahkan dari kekhawatiran emosional (Qing). 

Kekhawatiran dan obsesi Qing ini membuat orang berbuat baik atau jahat, menciptakan karma yang akan membuatnya bereinkarnasi di dalam enam jalur alam di masa depan, karena karma ini akan menentukan arah dan tempat tujuan setelah hidup saat ini berakhir. Dengan kata lain, setelah kematian, seseorang akan dilahirkan kembali di salah satu dari “enam jalur alam” yang mana, hal itu ditentukan oleh karma-(hasil perbuatan) nya sendiri. Lebih jelasnya, tak peduli apakah hal itu baik atau buruk semuanya adalah hasil perbuatannya sendiri.

Apa Karakteristik dari Masing-Masing “Enam Jalur”?

Alam Manusia Surgawi:

Manusia surgawi (Dewa) terlahir dari alam keinginan, alam bentuk, dan alam tanpa bentuk, mereka mengagumi ke-Buddha-an (kebajikan), memainkan musik langit, me- naburkan bunga-bunga langit, menyalakan dupa di langit, dapat melayang/terbang, berjalan ke mana pun, tanpa batas tanpa hambatan, santai sesuka hati. Para Dewa itu dapat bertapa ketika menanggung derita, tetapi berbuat sesuka hati ketika mereka bersuka ria. Ada ulasan dalam Sutra Kehidupan Tanpa Batas (Sutra Amitabha Buddha) tentang “orang-orang di surga dan dunia”, orang- orang dengan amal perbuatan yang penuh kebajikan agung setelah meninggal dunia akan dilahirkan kembali sebagai Dewa. Pada taraf/tingkatan ini, masih tetap eksis berkah dan kemalangan yang datang menggoda.

Alam Asura:

Asura juga disebut “bukan Dewa”, dan penampilannya jelek. Di saat Asura berpikiran lurus dan tulus, mereka akan memiliki sejumlah energi dan dapat terbang. Bagi kultivator hebat dan suka berbuat kebajikan namun tidak dapat melepaskan jiwa bertarung yang negatif akan dilahirkan pada alam ini; namun jika mereka menjadi pemarah, sombong, dan ragu, yang kemudian melanggar hukum pantangan, hanya dalam perbedaan yang setipis rambut ini maka mereka akan menjadi setan jahat.

Alam Manusia:

Ketika masih hidup, seseorang telah mengumpulkan sedikit demi sedikit amal kebajikan maka dapat terlahir kembali dalam keluarga yang kaya dan mulia, mereka yang amal kebajikan dan kekurangannya setara adalah orang biasa, dan mereka yang kekurangannya melebihi amal kebajikannya maka akan terlahir menjadi orang miskin dan hina. Namun, menuruti sifat iblis seperti perasaan malas, pikiran yang bukan-bukan, amarah, keserakahan, berzina, menyakiti orang, menindas orang, dan melakukan berbagai macam karma buruk, akan membawanya ke neraka. Manusia memiliki sifat bawaan untuk menjadi baik dan lebih baik, memiliki kesempatan untuk berkultivasi (mengubah diri sendiri menjadi pribadi yang lebih baik), dan dapat meningkatkan derajat kehidupannya, inilah bagian paling berharga dalam dilahirkan menjadi manusia.

Alam Makhluk Neraka:

Dalam kitab suci Buddha terdapat ulasan delapan belas neraka, neraka tak berujung, delapan neraka dingin, delapan neraka panas,  dan ada juga ulasan seratus tiga puluh enam neraka. Jika makhluk hidup melakukan karma jahat, mereka akan mengalami balasan karma yang berbeda, jatuh ke dalam neraka, dan akan menderita kesakitan serta siksaan tanpa henti dalam berbagai neraka untuk membayar hutang mereka, setelah hutang karma lunas baru dapat bereinkarnasi lagi.

Alam Hantu Kelaparan:

Mereka yang membuat karma buruk di kehidupan sebelumnya, penuh nafsu keserakahan, dendam dan benci, serta nafsu pemerasan yang tak terkendali, setelah kematiannya akan dilahirkan kembali menjadi hantu kelaparan, memasuki alam hantu kelaparan, menderita kelaparan dan kehausan sepanjang tahun. Jika sesekali mendapatkan makanan, sesampainya di mulut makanan itu akan berubah menjadi bara api dan tetap saja tidak bisa ditelan; ada yang hanya bisa memakan nanah, darah, dan lain sebagainya.

Alam Hewan:

Pada kehidupan sebelumnya, apabila hati seseorang mengandung niat pikiran buruk yang sangat memalukan, telah melakukan sesuatu yang membuatnya merasa sangat berdosa, dan berhutang merugikan orang lain, sehingga menanam karma buruk untuk dibayar, setelah meninggal akan jatuh ke alam hewan, dilahirkan kembali sebagai hewan untuk membayar hutang karma buruknya.

Sebab-Akibat Reinkarnasi adalah Hasil Perbuatan Diri Sendiri

Ketika masih hidup, seseorang sibuk kian kemari mencari koneksi kalangan atas yang dapat mendatangkan Cuan, sibuk dalam perasaan jalur enam alam, hidup dan mati karena Qing, dan seringkali pikiran lurus kita tidak menentu. Ketika berusaha untuk menggapai sesuatu, muncul  keserakahan, iri hati, melakukan hal-hal yang berdosa, atau ketika dalam perselisihan atau konflik, muncullah sifat keiblisan, tipu daya, zina, pembunuhan… semuanya akan menciptakan karma buruk. Dunia ini tidak kekal, kehidupan tidaklah kekal, sekali perubahan terjadi, ia akan menderita dalam enam jalur reinkarnasi.

Siklus kehidupan dalam Enam Jalur Reinkarnasi ini ditentukan oleh buah karmanya masing-masing, dan tingkatan enam alam pun berbeda, tetapi tak peduli seseorang jatuh ke alam mana atau naik ke tingkatan mana, menurut ajaran Sang Buddha dikatakan bahwa “pikiran sekilas dalam hati mendominasi segalanya. (pur)