Shanghai Lockdown Sudah Belasan Hari, Banyak Warga Kelaparan Minta Bantuan

 oleh Zhao Fenghua 

Lockdown penuh Kota Shanghai sudah berlangsung belasan hari, sejumlah warga yang tidak mendapatkan persediaan sedang menghadapi terputusnya makanan. Mereka terpaksa minta bantuan secara online.

Sebuah video yang beredar menunjukkan seorang pria warga Distrik Putuo, Shanghai yang sedang putus asa berteriak di telepon genggamnya, mengeluh bahwa dia sudah tidak bisa hidup lagi karena sedang kehabisan makanan !

Pria warga Distrik Putuo, Shanghai ini mengatakan : “Kita dipaksa mati oleh kalian, Tahukah ? Beritahu saya bagaimana saya bisa membeli makanan jika semua supermarket ditutup ? Apa yang bisa saya makan ? Apa yang bisa saya minum ? Kalian berusaha membunuh kita !”

“Orang tua saya sudah kalian blokir selama 2 bulan, bagaimana mereka hidup selama 2 bulan ini ? Nenek saya, seorang lansia yang hidup sendirian, tidak ada orang yang merawatnya”.

“Pemerintah Shanghai itu manusia atau bukan ?”

“Memaksa warga sipil untuk memberontak ! Saya tidak bisa hidup lagi ! Tetapi mereka tidak peduli, mereka tidak bisa hidup, mereka tidak bisa hidup lagi !”

“Tempat usaha saya tidak boleh beroperasi, karyawan saya harus makan ! Saya sudah tidak punya uang, saya masih harus membayar angsuran rumah, 2 hari lagi jatuh tempo, apa yang harus saya lakukan ?”

Warga di Distrik Huangpu, Shanghai melakukan protes dari lantai atas tempat tinggalnya, berteriak-teriak minta tolong.

Warga tersebut mengatakan : “Kota Shanghai tidak lagi peduli dengan kita ! Distrik Huangpu tidak peduli dengan kita !  Komite lingkungan sub-distrik tidak peduli dengan kita ! Bagaimana kalian menyuruh kita hidup ? Tolong ! Tolong !”

Warga Jiuting Homestead di Songjiang, Shanghai berteriak dari atas balkon tempat tinggalnya dan meminta pihak berwenang untuk menyediakan pasokan, tetapi drone yang langsung terbang mendekat cuma menyampaikan rekaman slogan pencegahan epidemi partai komunis Tiongkok yang bukan merupakan kebutuhan mendesak dari masyarakat yang terkena lockdown ketat.

Rekaman slogan yang terus berulang itu berbunyi : “Tolong kendalikan jiwa yang haus akan kebebasan !”

Otoritas partai komunis Tiongkok yang menerapkan lockdown ketat, telah memicu kemarahan warga masyarakat. Beberapa netizen menulis di area pesan : Komunitas Songjiang Jiuting tidak bernyanyi ! Tetapi sedang berteriak bahwa tidak ada persediaan !

Manajemen lockdown ketat kota Shanghai telah membawa banyak bencana sekunder, warga mengeluh bahwa penerapan paksa nol kasus infeksi yang dikehendaki pemerintah Tiongkok lebih bersifat politis daripada pencegahan dan pengendalian epidemi.

Seorang wanita aktivis demokrasi bermarga Qiu berpendapat bahwa, pencegahan epidemi ekstrim dari pihak berwenang memiliki hubungan yang erat dengan karakteristik Partai Komunis Tiongkok. Dia mengatakan : “Partai Komunis hanya memiliki karakteristik partai, ia tidak memiliki karakteristik manusia. Itulah kuncinya”. (sin)