Lockdown Ketat, Penduduk Shanghai yang Kehabisan Makanan Memohon Bantuan Secara Online Selain Diblokir, Diancam Juga Dilecehkan Penguasa

oleh Xiong Bin dan Huang Yuning 

Sejak pemberlakuan lockdown ketat di Kota Shanghai, banyak penduduk yang tidak memperoleh makanan sehingga menghadapi krisis kelangsungan hidup. Bahkan beredar berita bahwa beberapa orang sudah 3 hari tidak makan, kelaparan mendesak orang bersangkutan untuk mengakhiri hidup. Beberapa orang yang mengirim berita lewat Internet untuk minta bantuan, malahan beritanya diblokir, ada yang didatangi langsung oleh anggota dari Komite Lingkungan (organisasi setempat yang dibentuk pemerintah untuk menangani ketertiban selama lockdown) untuk mengancam dan mencaci maki.

Mrs. Liu, seorang wanita di Shanghai mengeluhkan bahwa tempat tinggalnya telah diblokir selama lebih dari sebulan, dan warga pendatang diperlakukan secara berbeda oleh Komite Lingkungan, warga ini tidak dapat menikmati barang-barang yang disumbangkan oleh donatur di tempat lain. Sedangkan ketika dirinya mencoba untuk membuat panggilan telepon ke Komite Lingkungan demi mendapatkan bantuan makanan, telepon sering kali tidak diangkat atau dijawab secara formalitas. Dan, tak lama setelah ia mengirim pesan minta bantuan lewat Internet, petugas dari Komite Lingkungan langsung datang untuk menggertak dan mengancamnya. Tindakan tersebut membuat dirinya ketakutan.

“Mereka memaksa kita membeli makanan dengan harga tinggi, jangan harap bisa membeli secara online, membeli secara berkelompok. Pemerintah kota sudah memutuskan bahwa semua toko tidak boleh buka, jadi kita tidak diperbolehkan masuk toko sampai sekarang,” katanya.

“Sementara ini kita juga tidak boleh bekerja, mana ada uang ? Tempat tinggal juga sewa. Mungkin kita sudah mati kelaparan di sini ketika Shanghai kembali bebas dari lockdown,” tambahnya.

“Tampaknya pemerintah sangat rajin untuk mendorong warga melakukan tes asam nukleat, tetapi yang paling utama bagi kita sekarang adalah masalah perut, soal sandang dan pangan. Pemerintah terus mendorong orang untuk melakukan tes asam nukleat apa gunanya, atau ada udang dibalik batu ?” ungkapnya.

Mrs. Zhang, warga Shanghai yang tinggal di rumah kontrakan bersama banyak warga migrasi dari kota lain mengeluhkan bahwa dirinya belum pernah menerima pasokan apa pun sejak penutupan kota. Ia menghadapi kehabisan makanan. Di ruang sebelahnya ada seorang warga yang didiagnosis positif COVID-19, tetapi belum juga dipindahkan ke ruang karantina, sehingga membuat dirinya dan suami khawatir tertular dan tidur di jalan.

“Sebelum 1 April, saya membeli beberapa wortel, bawang, dan kentang, dan terpaksa saya makan juga walau kentangnya sudah berkecambah, beracun kata orang. Satu orang tetangga yang positif tetapi tidak dapat dibawa ke karantina. Membuat kita tidak berani pulang. Lalu saya keluar rumah dengan membawa selimut untuk tidur di jalan. Tapi nyaris semalaman tidak bisa tidur karena nyamuknya minta ampun banyaknya, dan terus menggigit”, kata Mrs. Zhang.

Baru-baru ini, seorang netizen memposting sebuah video untuk meminta bantuan makanan, mengatakan bahwa para penyewa rumah kontrakan adalah para muda-mudi kelahiran antara tahun 80 hingga 90-an yang datang ke Kota Shanghai untuk bekerja. Mereka telah menghadapi kehabisan makanan, bahkan ada yang mengalami sekarat karena kelaparan. Namun video tersebut telah diblokir oleh pihak berwenang. Ada juga video lain yang menunjukkan bahwa, seorang wanita muda di Shanghai yang sudah 3 hari tidak makan mengakhiri hidup karena kelaparan.

Selain itu, banyak sayuran sumbangan telah berulang kali diekspos, terus dibiarkan tertumpuk di lokasi sampai membusuk tetapi tidak dibagikan kepada warga. Hal mana membuat warga sangat marah.

Video on the spot terdengar seorang warga yang marah mengatakan : “Kami telah dikurung di rumah selama lebih dari sebulan, tetapi tidak mendapat bagian dari persediaan untuk makan. Dan ketika persediaan tiba, dibiarkan membusuk daripada dibagikan kepada kita. Sekarang mereka meminta kami membayar agar bisa diantar ke depan pintu. Inilah Komunitas Longshan, Distrik Xuhui, Shanghai. Kalian lihat sayur mayur itu semuanya telah menjadi busuk di sana. Tetapi tidak mau dibagikan kepada warga, negara macam apa ini ?” (sin)