Harga Minyak Melonjak, Tetapi Para Produsen Minyak AS Tidak Berminat untuk Mengebor Minyak, Mengapa?

Simone Gao

Seiring perang Ukraina berlanjut ke bulan kedua, ketakutan akan kekurangan minyak di seluruh dunia dan terus-menerus mengeluarkan biaya. Negara-negara Eropa telah sangat bergantung pada minyak Rusia, sekarang sedang mencari pilihan-pilihan lain dan mencari negara-negara seperti Arab Saudi, United Emirat Arab, Iran dan Venezuela untuk menyediakan minyak bagi mereka. 

Dalam kasus gas alam, para pemimpin Eropa sedang menjangkau Campbell Faulkner, Kepala Kantor Data di OTC Global Holdings, menyerukan “gas alam Arab Saudi”–Amerika Serikat—untuk melakukan lebih banyak bantuan sekutu-sekutu NATO yang sedang sakit. 

Walaupun Amerika Serikat berada di peringkat kelima dalam menyediakan cadangan gas alam, setelah Rusia, Iran, Qatar, dan Arab Saudi. Amerika Serikat adalah penghasil gas alam terbesar di dunia, baru diikuti Rusia. Presiden Joe Biden memperhatikan seruan para pemimpin Eropa untuk memperoleh lebih banyak gas alam dari Amerika Serikat. 

Joe Biden berkomitmen untuk mengirim 15 miliar kubik ton gas alam cair ke Eropa sampai akhir 2022. Joe Biden berjanji untuk meningkatkan total 15 miliar kubik ton gas alam cair per tahun sampai tahun 2030. Tetapi komitmen tersebut muncul di tengah-tengah meningkatnya harga gas dan minyak di Amerika Serikat dan tekanan yang terus berlangsung terhadap industri minyak serpih. 

Di samping apa yang disebut Bloomberg sebagai “ladang-ladang serpih yang luas tampak memiliki pasokan gas alam yang tiada habisnya dan kemampuan terminal-terminal raksasa untuk mencairkannya dan mengirim bolak-balik ke luar negeri.” Industri minyak serpih Amerika Serikat menghabiskan selama berpuluh-puluh tahun berada di dalam suatu siklus ‘boom and bust’ yang mengancam merusak keseluruhan industri tersebut sesegera di tahun 2020.

Pada akhir tahun 2000, teknologi baru diperkenalkan ke dalam industri minyak dan gas Amerika Serikat, seperti pengeboran horizontal dan pematahan hidrolik atau teknologi hidrolika patahan yang canggih, menyebabkan ledakan sebuah “revolusi serpih.” 

Di negara-negara bagian yang memiliki kandungan minyak serpih yang besar seperti Colorado, revolusi ini turut memberikan peningkatan produksi sebanyak enam kali lipat antara 2010 hingga 2019, menurut Chase Woodruff dari Colorado Newsline. 

Produksi tersebut memperburuk penurunan harga dan seperti yang termuat dalam laporan Chase Woodruff,” pada 2018, Amerika Serikat menjadi penghasil minyak paling top di dunia untuk pertama kalinya sejak 1973.” 

Meskipun, teknologi pengeboran yang baru ini tidaklah murah, modal yang diperlukan untuk teknologi tersebut dan biaya-biaya operasi berdatangan dalam banyak hal, dari Wall Street. Uang yang diinvestasikan mengalir secara bebas pada awal kegirangan dari ledakan teknologi hidrolika patahan.  

Tetapi para investor dengan segera menjadi kurang senang terhadap perusahaan minyak yang menggunakan modal para investor tersebut, untuk mendanai produksi dengan imbalan yang sedikit untuk pengembalian investasi. Dan, segera putaran pendanaan mengering, perusahaan perdagangan umum secara sederhana mengeluarkan cadangan baru untuk menyeimbangkan pembukuan, sebuah kebiasaan yang menyebabkan banyak investor berkemas. Dan, datang kekacauan pada tahun 2020 dan, iringi dengan sebuah penurunan yang tajam terhadap kebutuhan minyak di tengah-tengah karantina COVID. Harga minyak mentah pernah sekali turun di bawah usd 0 per barel di Amerika Serikat. 46 Perusahaan minyak dan gas Amerika Serikat menyatakan bangkrut pada tahun tersebut. 

Lebih banyak perusahaan yang terlibat dalam merger dan akuisisi yang dimulai sebelum pandemi dan berlanjut hingga 2021. Perusahaan yang bertahan mengatakan kepada reporter Irina Slav,” mengatur kembali prioritas mereka dari “tidak harus mengikuti keadaan” hingga “kembali hal yang penting.” Irina Slav mengatakan kita berada pada saat “di mana para investor sedang kebingungan apakah patut untuk bertahan di bidang perminyakan, bagaimana dengan transisi energi dan lingkungan hidup, sosial, dan komitmen perintah.”

 Untuk mempertahankan datangnya  para investor saat ini dan semangat uang yang baru, industri serpih telah menggeser model bisnisnya. Pergeseran ini dapat dilihat dengan jelas di dalam laporan hasil keuangannya pada 2021 dan dokumen pandangan investor pada 2022. 

Bahasa seperti sebuah “pengembalian kerangka kerja modal yang baru” atau “kerangka kerja pengembalian pemegang saham yang baru” atau “diperbaruinya strategi distribusi pemegang saham” merembes di dokumen ini. 

Dan, di samping harga-harga minyak yang melonjak sekarang, para eksekutif dan analisis di bidang perminyakan merasa ragu kita akan melihat suatu perubahan di dalam arah industri baru ini. 

Scott Sheffield, CEO Pioneer Natural Resources yang berada di Texas berkata,” Apakah USD 150 minyak, USD 200 minyak, atau USD 100 minyak, kami tidak akan mengubah rencana-rencana pertumbuhan kami. 

Jadi, di samping industri minyak dan gas secara keseluruhan mendapat 9.000 izin yang tidak digunakan untuk mengebor tanah-tanah federal, industri minyak dan gas tidak berminat menggunakannya untuk membantu mengurangi kekurangan gas yang disebabkan oleh konflik di Ukraina.”

“Kongres harus membuat para perusahaan untuk membayar biaya serta kontrak Federal yang belum pernah mereka gunakan selama bertahun-tahun.”

Pada November 2020, pemerintahan Joe Biden mengajukan reformasi-reformasi ke dalam program kontrak gas dan minyak negara tersebut, yang akan menaikan biaya-biaya untuk perusahaan energi untuk mengebor di tanah-tanah dan perairan umum. Laporan yang telah dinantikan, yang dipublikasikan oleh Kementerian Dalam Negeri Amerika Serikat, menganjurkan peningkatan angka royalti dan sewa untuk pengeboran. Laporan tersebut menyempurnakan sebuah tinjauan bahwa Joe Biden meminta pada Januari. 

Presiden Joe Biden mengarahkan kemandekan penjualan kontrak sewa minyak dan gas federal dan perairan umum, tetapi seorang jaksa federal Louisiana memblokir penangguhan penghentian sementara kontrak sewa minyak dan gas pemerintahan Joe Biden di Juni. 

Untuk lebih memperjelas maksudnya, dalam Rancangan Undang-Undang Bipartisan sang jaksa federal baru-baru ini, Joe Biden menyediakan investasi lebih dari USD 65 milyar di bidang energi bersih dan jaringan listrik. Investasi tersebut akan meningkatkan infrastruktur daya Amerika Serikat, memperluas energi yang diperbarui, penelitian dan pengembangan untuk transmisi yang canggih dan teknologi distribusi listrik, dan promosi teknologi jaringan yang pintar. Investasi juga membuat “teknologi generasi berikutnya seperti reaktor nuklir yang canggih, penangkapan karbon, dan hidrogen yang bersih.” 

Tidak ada investasi baru untuk industri bahan bakar fosil atau teknologi yang mendukung para industri bahan bakar fosil. Dan sekarang, dengan adanya peningkatan kebutuhan di seluruh dunia dan tidak adanya pilihan energi yang terus-menerus tersedia, Joe Biden sedang memohon perusahaan minyak Amerika Serikat untuk meningkatkan produksi. 

Produsen minyak serpih tidak membeli pasokan atau komoditas dalam jumlah besar dari satu pemasok dari luar, dan untuk alasan yang bagus, industri tersebut memerlukan dana untuk kelangsungan hidup, dan dana-dana tersebut tidak berasal dari Washington. 

Dana-dana tersebut berasal dari para pemegang saham, dan para pemegang saham tersebut “sangat jelas bahwa uang tersebut adalah milik mereka dan para pemegang saham tersebut tidak ingin produsen-produsen minyak serpih untuk menggunakan uang tersebut untuk pasokan yang meningkat.” 

Seorang anggota hadirin Zooming In menjelaskannya sesingkat mungkin secara cukup terus-terang: “Siapa yang ingin mengebor dan diserang, difitnah dan keuntungan diambil oleh sosialis?” 

Hmm, cara lain untuk meninjau hal tersebut. (Vv)