Setelah Biden Kembali ke AS! Korut Tembakkan 3 Rudal, AS-Jepang-Korsel Menanggapinya

 Li Yan

Korea Utara menembakkan tiga rudal  pada Rabu (25/5), salah satunya diyakini sebagai rudal balistik antarbenua (ICBM) terbesarnya.  Amerika Serikat, Jepang dan Korea Selatan juga mengutuknya

Sehari sebelumnya, Presiden AS Joe Biden baru saja kembali dari perjalanannya ke Asia. Selama kunjungan, ia menekankan komitmen keamanan Washington ke Seoul dan Tokyo. Sebagai respon, Amerika Serikat dan Korea Selatan menggelar latihan tembak-menembak bersama.

Kepala Staf Gabungan Korea Selatan mengatakan tiga rudal diluncurkan pada Rabu 25 Mei, dari daerah Sunan di ibukota Korea Utara, Pyongyang, di mana bandara internasional telah menjadi pusat pengujian rudal.

Kim Tae-hyo, wakil penasihat keamanan nasional Korea Selatan, mengatakan bahwa rudal pertama tampaknya adalah rudal balistik antarbenua terbesar Korea Utara, Hwasong-17, yang menurut Korea Selatan gagal dalam peluncuran uji coba Pyongyang Maret lalu. Sedangkan rudal kedua yang tak ditentukan tampaknya tak berfungsi di tengah perjalanannya. Rudal ketiga, rudal balistik jarak pendek, diyakini dirancang untuk meningkatkan kemampuan penjelajahan hulu ledak nuklirnya. 

“Kami percaya  memiliki niat politik untuk menguji kesiapan keamanan pemerintahan baru kami … dan mengirim pesan strategis ke Korea Selatan dan Amerika Serikat setelah Presiden Biden pergi,” kata Kim Tae-hyo pada briefing tersebut.

Sebagai tanggapan, Amerika Serikat dan Korea Selatan menggelar latihan perang bersama. Latihan militer gabungan tersebut mencakup uji coba darat-ke-darat yang melibatkan Sistem Rudal Taktis Angkatan Darat AS (ATACMS) dan rudal balistik jarak pendek (SRBM) dan Hyunmoo-2  Korea Selatan. 

Mereka juga menampilkan pertunjukan militer lainnya, seperti “Elephant Walk” dari puluhan jet tempur, menyoroti kebijakan keras Presiden baru konservatif Yoon Suk Yeol pada uji coba senjata dipercepat Korea Utara.

Korea Utara telah menggelar 15 uji coba rudal sepanjang tahun ini, lebih dari dua tahun terakhir digabungkan.  Adapun menjelang perjalanan Biden ke Asia, para pejabat di Washington dan Seoul memperingatkan bahwa Korea Utara tampaknya bersiap untuk menggelar uji coba senjata nuklir lain yang telah dihentikan sejak 2017, mungkin berlangsung selama kunjungan Biden.

Biden menggelar perjalanan ke Korea Selatan pada 20 Mei untuk perjalanan pertamanya ke Asia sejak menjabat. Yoon Seok-yeol  menjawab pertanyaan wartawan saat itu bahwa jika Korea Utara memprovokasi, Korea Selatan akan memiliki rencana B untuk merespons.

Sebuah sumber militer Seoul mengatakan kepada Reuters bahwa rudal kedua dan ketiga diyakini KN-23 SRBM. Rudal, yang pertama kali diuji pada 2019, dirancang untuk menghindari sistem pertahanan rudal dengan terbang di orbit rendah. 

Selama pengujian Rabu 25 Mei, ICBM yang diduga terbang 360 kilometer dengan ketinggian maksimum 540 kilometer, sedangkan SRBM terbang 760 kilometer dengan ketinggian maksimum 60 kilometer.

“Tujuan dari tampilan kekuatan militer kami adalah untuk menggarisbawahi tanggapan tegas kami terhadap setiap provokasi Korea Utara, termasuk peluncuran ICBM, dan kemampuan serangan militer presisi serta kesiapan kami yang luar biasa untuk menghadapi sumber provokasi,” kata Kepala Staf Gabungan Korea Selatan dalam sebuah pernyataan. 

Korea Utara juga tampaknya menggelar beberapa percobaan detonator dalam persiapan untuk uji coba nuklir ketujuh, kata Kim Tae-hyo, wakil penasihat keamanan nasional Korea Selatan. Namun demikian, uji coba kemungkinan tidak akan terjadi dalam beberapa hari ke depan.

Dalam panggilan telepon dengan Menteri Pertahanan AS Lloyd Austin, menteri pertahanan Korea Selatan menyerukan pengerahan aset strategis AS. Menhan Korsel juga mengatakan kedua pihak sepakat untuk memperkuat perpanjangan pencegahan AS dalam menanggapi provokasi Korea Utara. 

Selama kunjungan Biden, Yoon Suk Yeol berjanji bahwa Amerika Serikat akan meningkatkan latihan militer bersama dengan Korea Selatan.  Jika perlu, mengerahkan lebih banyak “aset strategis” – biasanya pengebom berkemampuan nuklir, kapal selam atau kapal induk – ke wilayah tersebut untuk mencegah Korea Utara.

Tanggapan AS, Jepang, dan Korea Selatan

Seorang pejabat Gedung Putih mengatakan Joe Biden yang kembali dari Jepang pada Selasa malam, telah diberitahukan tentang uji coba rudal tersebut. 

Seorang juru bicara Departemen Luar Negeri AS mengeluarkan pernyataan yang mendesak Korea Utara untuk “menghindari provokasi lebih lanjut dan terus terlibat dalam dialog substantif.”

Pejabat Jepang juga mengutuk putaran baru uji coba rudal Korea Utara. Kepala Sekretaris Kabinet Hirokazu Matsuno memperingatkan bahwa Korea Utara dapat mengambil tindakan yang lebih provokatif, termasuk uji coba nuklir.

Sedangkan pemerintahan Yoon Suk Yeol dalam sebuah pernyataan terpisah mengatakan, Provokasi berkelanjutan  Korea Utara hanya akan mengarah pada pencegahan yang lebih kuat dan lebih cepat oleh Korea Selatan dan Amerika Serikat, dan membawa dirinya lebih dalam ke dalam isolasi. 

Kementerian luar negeri Korea Selatan menyatakan Menteri Luar Negeri Korea Selatan, Park Jin dan Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken sepakat dalam panggilan telepon untuk meningkatkan upaya memperkuat pencegahan yang diperluas dan mempromosikan babak baru sanksi PBB.

Sementara itu, Korea Selatan dan Amerika Serikat, menawarkan Korea Utara vaksin COVID-19 dan mendesak Pyongyang untuk kembali ke meja perundingan. Korea Utara sedang berjuang melawan wabah pertama yang dikonfirmasi. Namun demikian, Korea Utara tampaknya tidak menanggapi.

Meskipun Korea Utara tidak melakukan tindakan apa pun selama perjalanan Biden ke Asia. Tetapi pada Selasa 24 Mei, di jam-jam terakhir perjalanan Biden, pembom Tiongkok dan Rusia melakukan patroli bersama di dekat zona pertahanan udara di Jepang dan Korea Selatan.

Pembom berkemampuan nuklir memulai kehadiran bersama di atas Laut Jepang pada hari yang sama, ketika presiden AS bertemu dengan para pemimpin Jepang, Australia dan India. 

Sebelum pertemuan terpisah, Biden dengan Perdana Menteri Australia Anthony Albanese dan Perdana Menteri India Narendra Modi, menggelar pertemuan keamanan empat sisi (QUAD) dengan Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida dan para pemimpin Australia dan India. 

Menurut pernyataan bersama yang dikeluarkan oleh para pemimpin empat negara tersebut, mengingat invasi Rusia ke Ukraina dan ancaman rezim Tiongkok, keempat pihak mencapai konsensus: Menentang tindakan regional apa pun untuk mengubah status quo dengan paksa dan akan lebih memperkuat kerjasama satu sama lain.

Menteri Pertahanan Jepang, Nobuo Kishi mengatakan bahwa setelah jet tempur Tiongkok dan Rusia mendekati wilayah udara Jepang pada hari Selasa, jet tempur Jepang yang lepas landas bergegas untuk melakukan misi peringatan dan pengusiran. Nobuo Kishi mengatakan pada konferensi pers yang disiarkan online bahwa Tokyo telah menyatakan “keprihatinan serius” kepada Tiongkok dan Rusia melalui saluran diplomatik.

“Kami percaya tindakan selama KTT Kuartet ini lebih provokatif daripada sebelumnya,” katanya, seraya menambahkan bahwa itu adalah insiden keempat sejak November tahun lalu. (hui)