Fokus Koridor Pangan Laut Hitam dengan Mediasi Turki, Permintaan Rusia dan Ukraina yang Sulit Didamaikan

Li Lan – NTD

  • Selain konflik militer frontal, perang Rusia-Ukraina juga terjadi bersamaan dengan perang ekonomi. Barat menuduh Rusia menggunakan makanan sebagai senjata, sementara Rusia menyangkal bahwa masalah pangan Ukraina telah menyebabkan krisis pangan global.
  • Pada Rabu 8 Juni, komunitas internasional memusatkan perhatian pada cara mengangkut gandum Ukraina dari pelabuhan Laut Hitam

Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov bertemu dengan Menteri Luar Negeri Turki Mevlut Cavusoglu di Ankara Pada Rabu (8/6/2022). Mereka berdua bertemu untuk bertukar pandangan tentang cara mengangkut makanan dari pelabuhan Ukraina yang dikuasai Rusia. Atas undangan Perserikatan Bangsa-Bangsa, Turki maju untuk berkoordinasi dengan Rusia untuk membangun jalur yang aman bagi ekspor gandum Ukraina.

Menteri Luar Negeri AS Anthony Blinken pada 7 Juni mengatakan bahwa  sekarang Angkatan Laut Rusia telah memblokir pelabuhan Laut Hitam serta memblokir ekspor makanan Ukraina.

Uni Eropa juga mengutuk, setelah Ukraina dan Amerika Serikat menuduh Rusia menghancurkan lahan pertanian dan pertanian Ukraina saat mengirimkan gandum Ukraina ke Rusia.

Presiden Dewan Eropa Charles Michel mengatakan Kremlin mempersenjatai persediaan makanan dan mempromosikan tindakan mereka dengan kebohongan ala Soviet.

Setelah perang Rusia-Ukraina berlangsung selama lebih dari 100 hari, tentara Rusia telah merebut sebagian besar garis pantai Ukraina dan menguasai jalur pelayaran penting di Laut Hitam. Saat ini, lebih dari 20 juta ton gandum terdampar di lumbung Ukraina.

Menurut Kementerian Pertanian Ukraina, sebelum invasi Rusia, Ukraina mengekspor 6 juta ton biji-bijian per bulan.  Jika Rusia terus memblokir garis pantai Laut Hitam, maka hanya akan mengekspor hingga 2 juta ton produk pertanian per bulan di masa depan. 

Data menunjukkan bahwa Rusia dan Ukraina memasok sekitar 33% gandum dunia dan 25% jelai. Ukraina juga merupakan pengekspor utama minyak jagung dan bunga matahari. Ekspor biji-bijian Rusia dan Ukraina terutama mempengaruhi Afrika dan Timur Tengah.

Program Pangan Dunia memperkirakan bahwa dampak perang akan menyebabkan peningkatan 47 juta orang yang kelaparan pada tahun 2022.

Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov mengulangi pernyataan Putin sebelumnya pada 8 Juni, mengatakan bahwa masalah pangan Ukraina tidak ada hubungannya dengan krisis pangan global saat ini.

Pihak Rusia setuju untuk membuka koridor biji-bijian maritim, tetapi menuntut agar Ukraina membersihkan ranjau yang diletakkan di saluran pelabuhan. Turki mendukung tuntutan Rusia. Namun demikian, Ukraina khawatir tentara Rusia akan memanfaatkan kesempatan menjinakkan ranjau di perairan pelabuhan Odessa untuk merebut pelabuhan penting tersebut.

Saat krisis energi akibat perang Rusia-Ukraina yang membuat banyak negara berjuang untuk mengatasinya, kini krisis pangan global menghadapi masalah bagi para pemimpin Eropa dan Amerika. Mereka berusaha mengatasi bagaimana mengangkut makanan dari Ukraina, sekaligus mencegah Rusia menggunakan makanan sebagai senjata untuk mencapai tujuan sendiri.

Adapun pembukaan jalur laut untuk mengangkut pangan, itu hanya mungkin dicapai jika Rusia, Ukraina, Turki, dan pihak lainnya berhasil mencapai kesepakatan bersama. (hui)