Perdana Menteri Sri Lanka : Negara Tidak Mampu Membeli Minyak, Ekonomi Runtuh Akibat Lilitan Utang

NTD

Selama beberapa bulan terakhir ini Sri Lanka yang dililit hutang telah kekurangan persediaan makanan, bahan bakar dan tenaga listrik. Perdana Menteri Ranil Wickremesinghe mengatakan ekonomi negara telah “runtuh” ​​dan bahkan tidak mampu membeli minyak.

Utang yang besar, berkurangnya pendapatan dari pariwisata, guncangan dari pandemi COVID-19, ditambah lagi dengan melonjaknya harga bahan baku, telah membebani secara signifikan perekonomian Sri Lanka. Karena itu di mana-mana terlihat warga sipil Sri Lanka mengantri untuk membeli kebutuhan seperti bahan bakar, obat-obatan dan lainnya.

PM. Ranil Wickremesinghe yang juga merangkap Menteri Keuangan Sri Lanka memikul tanggung jawab yang berat untuk menstabilkan ekonomi.

Seorang petugas keamanan Sri Lanka sedang berjaga-jaga di sebuah pompa bensin di Kolombo pada 19 Juni 2022. (AFP/Getty Images)

Menurut Central News Agency yang mengutip laporan The Associated Press bahwa kepada Kongres Sri Lanka Ranil Wickremesinghe memberitakan : “Kita telah menghadapi situasi yang jauh lebih serius daripada hanya kekurangan bahan bakar, gas, listrik, makanan. Ekonomi kita telah benar-benar runtuh. Ini adalah situasi terburuk yang kita alami sekarang”.

Kepada anggota Kongres Ranil Wickremesinghe mengungkapkan : “Ceylon Petroleum Corp. (BUMN Sri Lanka) saat ini memiliki utang sebesar USD. 700 juta, jadi tidak ada negara atau organisasi di dunia yang bersedia menyediakan bahan bakar buat negara kita, atau bahkan tidak mau menukarkan bahan bakar dengan uang tunai”.

Ia mengatakan pemerintah telah gagal bertindak tepat waktu untuk membalikkan keadaan karena cadangan devisa Sri Lanka menyusut drastis.

Ranil mengatakan : “Seandainya saja ada setidaknya beberapa tindakan awal untuk memperlambat keruntuhan ekonomi, kita tidak akan menghadapi situasi sulit seperti sekarang ini. Tapi kita telah kehilangan kesempatan itu dan sekarang sudah kian terlihat tanda-tanda bakal jatuh ke dasar jurang”.

Sri Lanka terutama mengandalkan kredit berpagu USD. 4 miliar dari negara tetangga India untuk mengatasi masalah kesulitan ekonominya. Tetapi Ranil Wickremesinghe mengatakan bahwa India tidak mampu menahan Sri Lanka secara jangka panjang.

Antrean kendaraan beroda 3 di depan SPBU Ceylon Petroleum Corporation di Kolombo pada 20 Juni 2022. (Ishara S. Kodikara/AFP/Getty Images)

Sri Lanka telah mengumumkan bahwa mereka akan menangguhkan pembayaran utang luar negerinya sebesar USD. 7 miliar yang akan jatuh tempo pada tahun ini. Delegasi Dana Moneter Internasional (IMF) meluncurkan pembicaraan bailout di Sri Lanka pada 20 Juni. Namun seorang pejabat senior Sri Lanka harus dikawal oleh polisi sebelum ia bisa pergi ke lokasi negosiasi, karena masyarakat yang marah dan tidak puas dengan krisis ekonomi memblokir pintu masuk dan keluar Gedung Kementerian Keuangan.

Sri Lanka harus mengeluarkan rata-rata USD. 5 miliar per tahun untuk melunasi utangnya hingga tahun 2026. (sin)