Beredar Video Berdasarkan Data Ungkap 200 Juta Warga Daratan Tiongkok Menganggur, 940 Juta Berpenghasilan Bulanan Kurang dari RMB. 2.000,-

oleh Cheng Jing

Propaganda besar-besaran pemerintah Tiongkok menyebutkan bahwa usaha pemerintah dalam mengentas kemiskinan rakyat telah mencapai keberhasilan besar. Tetapi cendekiawan berdasarkan data yang ada mengungkapkan bahwa sebanyak 940 juta warga daratan Tiongkok berpenghasilan kurang dari RMB. 2.000,- per bulan (setara IDR.4,4 juta), lebih dari 800 juta warga terbeban oleh hutang, dan lebih dari 200 juta warga sedang menganggur.

Stasiun TV milik pemerintah China Central TV  pada 28 Juni memberitakan, bahwa pada konferensi pers tentang “Perkembangan Tiongkok dalam 10 tahun terakhir” yang diselenggarakan oleh Kementerian Propaganda Tiongkok, pejabat dari Komisi Pembangunan dan Reformasi Nasional menegaskan bahwa pemerintah Tiongkok telah berhasil mencapai kemajuan besar dalam upayanya untuk mengentas kemiskinan rakyat, sehingga seluruh warga miskin pedesaan yang berjumlah 98,99 juta orang telah terbebas dari kemiskinan. Bahkan tidak ada kejadian balik miskin yang berskala besar.

Sementara itu, sebuah video menjadi viral di mana Li Kongyue, seorang dosen di Sekolah Manajemen Universitas Sun Yat-sen di Kota Guangzhou, memperingatkan bahwa 940 juta warga daratan Tiongkok berpenghasilan kurang dari RMB. 2.000,- per bulan (setara IDR.4,4 juta). Sedangkan 20%  warga termiskin di Tiongkok memiliki pendapatan per kapita yang dapat dibelanjakan hanya sebesar RMB. 7.800,- per tahun (setara IDR.17,2 juta) atau RMB.600,- per bulan (setara IDR.1,3 juta). Li Kongyue mengatakan : “Itu 20%, jumlahnya mencapai 280 juta orang!”

Li Kongyue mengatakan bahwa 20% warga berpenghasilan rendah Tiongkok itu berpenghasilan tahunan sekitar RMB. 16.000,- (setara IDR. 35,2 juta), jadi penghasilan bulanan mereka hanya sekitar RMB. 1.200,- (setara IDR.2,64 juta).

“Dan 40% dari golongan ini berpenghasilan kurang dari RMB.1.000,- per bulan. Tiongkok memiliki 600 juta warga, atau angka tepatnya 596 juta orang yang berpenghasilan di bawah RMB.1.000,- (setara IDR.2,2 juta)”, katanya.

Klaim bahwa 600 juta orang berpenghasilan kurang dari RMB.1.000,- per bulan sama dengan angka yang disebutkan oleh Perdana Menteri Tiongkok Li Keqiang pada Mei tahun lalu.

Selain itu, dosen Li juga mengatakan bahwa sejumlah 20% dari warga kelas miskin yang tergolong berpenghasilan menengah, juga cuma menghasilkan pendapatan tahunan yang rata-rata sekitar RMB.25.000,- (setara IDR. 55 juta). “Jadi, dengan kata lain, bahwa pendapatan rata-rata 60% warga , yaitu yang jumlahnya mencapai 960 juta atau angka sebenarnya adalah 940 juta itu berpendapatan rata-rata di bawah RMB.2.000,-“, kata Li Kongyue.

Wan Haiyuan, wakil dekan Institut Distribusi Pendapatan, Universitas Normal Beijing, bersama Meng Fanqiang, seorang peneliti pascadoktoral menulis sebuah artikel yang selain menunjukkan bahwa data-data di atas konsisten dengan fakta yang terjadi. Di samping itu juga menyebutkan bahwa Tiongkok masih merupakan negara berkembang yang didominasi oleh kelompok rakyat yang berpenghasilan rendah dengan proporsi yang mencengangkan dan mengejutkan.

Keberhasilan Xi Jinping dalam perang melawan kemiskinan dipertanyakan 

Tetapi, pemerintah Tiongkok terus membohongi rakyatnya dengan gembar-gembor bahwa mereka telah “menciptakan keajaiban dalam sejarah pengurangan kemiskinan rakyat”. Pada Februari tahun lalu, Xi Jinping mengumumkan bahwa “upaya pengentasan kemiskinan rakyat Tiongkok telah mencapai kemenangan yang komprehensif”, hampir 100 juta warga miskin pedesaan Tiongkok seluruhnya telah dibebaskan dari kemiskinan.

Pada 27 Juni ketika PM. Li Keqiang berkunjung ke Kementerian Urusan Sipil dan Kementerian Sumber Daya Manusia dan Jaminan Sosial untuk mengikuti suatu simposium, ia mengatakan bahwa epidemi dan bencana membuat semakin banyak jumlah warga Tiongkok yang berada dalam kesulitan untuk mempertahankan hidup.

Pada konferensi pers setelah penutupan Kongres Rakyat Nasional di akhir Mei tahun lalu, PM. Li Keqiang mengatakan : “Penghasilan tahunan per kapita penduduk Tiongkok adalah RMB.30.000,- (setara IDR.66 juta), tetapi ada 600 juta warga dengan pendapatan rendah hanya menghasilkan rata-rata sekitar RMB.1.000,- per bulan. Ucapan tersebut menyebabkan kegemparan dalam kalangan pemerintahan.

Apakah semua warga miskin di daratan Tiongkok telah dientas dari kemiskinan ?

Menurut standar bebas dari status warga miskin yang ditetapkan oleh pemerintah Tiongkok pada tahun 2020, adalah bila pendapatan bersih tahunan rumah tangga miskin telah mencapai RMB.4,000,- (setara IDR. 8,8 juta) yaitu, pendapatan bulanan setiap rumah tangga adalah RMB. 333,33 (setara IDR.735.000,-) atau pendapatan harian adalah RMB. 11,11 (setara IDR.24.500,-). Standar ini lebih rendah dari garis kemiskinan absolut global yang ditetapkan oleh Program Pembangunan PBB, yaitu USD. 1,9 (setara IDR.28.300,-) per orang per hari. Kalau dikurskan ke nilai renminbi yakni RMB.12,31.

Seorang pejabat pemerintah bermarga Li mengatakan kepada media Epoch Times bahwa pemerintah Tiongkok menggunakan 4 trik utama untuk menghilangkan angka kemiskinan : Pertama, menurunkan standar pengentasan kemiskinan. Kedua, menipu lewat data. Ketiga, melakukan inspeksi mendadak. Keempat, membungkam mulut secara kejam.

Pada 24 Mei tahun ini, Chen Jian, seorang pembawa acara di media daratan Tiongkok merilis video pendek pernikahan warga etnis minoritas Yi di Pegunungan Daliang, Sichuan yang sedang melangsungkan pernikahan. 

Rekaman gambar menunjukkan warga yang diundang duduk-duduk di pinggir jalan tanah dengan suguhan hidangan hanya berupa tahu sayur asin, kue kering, masakan daging sapi. 

Chen Jian juga minta izin untuk masuk kamar pengantin yang terlihat sangat tidak terawat akibat kemiskinan. Namun, pada 7 Juni lalu, Chen Jian dipanggil datang ke kantor polisi untuk “diajak minum teh”, dan memintanya untuk menandatangani “surat jaminan” bahwa video yang telah beredar akan segera ditarik kembali. (sin)