Tokoh Pembentuk Kebijakan Tiongkok, Shinzo Abe Meninggalkan Sejumlah Warisan Politik Buat Jepang

oleh Zhang Ting

Shinzo Abe meninggal dunia akibat insiden pembunuhan, yang menggemparkan dunia pada Jumat 8 Juli. Pada saat yang sama, kepemimpinan dan warisan politik Abe yang luar biasa selama hampir 30 tahun karir politiknya kembali menjadi fokus tinjauan media. Shinzo Abe dianggap sebagai tokoh penting dalam membentuk kebijakan Tiongkok buat pemerintahan Jepang.

Shinzo Abe adalah perdana menteri termuda dalam sejarah Jepang dan perdana menteri terlama. Karir politiknya dikenal luas karena kebijakan hawkish dan kebijakan ekonomi “Abenomics”.

Abe mengumumkan pengunduran dirinya sebagai perdana menteri pada Agustus 2020, dikarenakan alasan kesehatan yakni kambuhnya penyakit kolitis ulseratif yang dideritanya. Meskipun ia telah meninggalkan kursi perdana menteri, tetapi pengaruhnya masih sangat besar. Itu terlihat dari sejumlah proposisi kebijakannya terus dipertahankan oleh para penggantinya.

Abe dikenal karena sikap kerasnya pada pertahanan dan kebijakan luar negeri. Ia telah mengambil sikap keras dalam menjalin hubungan Jepang dengan Tiongkok dan secara aktif mempererat hubungan dengan Amerika Serikat. Ia juga menekankan perlunya Jepang bekerja sama dengan Amerika Serikat untuk mengatasi tantangan regional.

Prestasi kepemimpinan Abe telah mendapat kepastian dari dunia internasional. Ia juga diakui sebagai tokoh penting dalam membentuk kebijakan Tiongkok buat pemerintah Jepang dalam menangani pertahanan dan ekonomi.

CNN menyebutkan, bahwa Shinzo Abe telah memberikan definisi politik bagi orang dalam satu generasi.

Abe bersikap keras mendorong peningkatan kekuatan pertahanan Jepang untuk melawan ancaman PKT

Abe percaya bahwa Jepang perlu berubah untuk menghadapi lingkungan keamanan yang semakin menantang, termasuk meningkatnya kekuatan militer Tiongkok dan ancaman rudal Korea Utara.

Shinzo Abe mengatakan bahwa Jepang harus meningkatkan anggaran pertahanannya guna menghadapi ancaman dari Tiongkok dan Korea Utara.

Meskipun semasa menjabat perdana menteri, Abe telah berusaha untuk memperbaiki hubungan dengan Beijing, dan mengadakan pembicaraan bersejarah dengan Xi Jinping pada 2018. Tetapi pada saat yang sama, ia juga mencoba untuk mengantisipasi ekspansi militer Tiongkok di kawasan dengan menggabungkan kekuatan dengan negara sekutu Pasifik.

Dia telah berulang kali secara terbuka menyatakan keprihatinannya terhadap keamanan Taiwan, dan mengadvokasi pemerintah Jepang untuk meningkatkan kemampuan pertahanan dan memperkuat koordinasi dengan sekutunya Amerika Serikat. Dalam pidatonya, Abe memperingatkan Tiongkok bahwa “petualangan militer akan mengarah pada bunuh diri ekonomi”.

Dia menegaskan bahwa Taiwan, Jepang dan Amerika Serikat perlu memperkuat kemampuan untuk bersama-sama mengatasi ancaman keamanan.

Keterangan Foto : Mantan Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe. (Franck Robichon/Pool/AFP/Getty Images)

Shinzo Abe juga telah memperdalam kemitraan strategis dengan negara-negara kawasan seperti India dan Vietnam, serta kemitraan ekonomi dengan negara Barat seperti Uni Eropa, Amerika Serikat dan Inggris, serta berupaya untuk meningkatkan kemampuan pertahanan Jepang sendiri.

Karena khawatir bahwa Tiongkok dan Korea Utara akan menimbulkan ancaman keamanan bagi Jepang, maka Abe terus berusaha untuk mengubah konstitusi perdamaian pasca perang Jepang, khususnya mengenai Pasal 9 yang melarang Jepang memiliki kekuatan militer dan segala bentuk “potensi untuk perang” lainnya.

Pada 2015, ia mengambil risiko dengan meloloskan reinterprestasi terhadap Konstitusi Damai pasca-perang, yang memberi kemungkinan kepada militer Jepang untuk ikut berpartisipasi secara kondisional dalam operasi militer di luar negeri. Ini adalah untuk pertama kalinya sejak Perang Dunia II.

Namun keinginan lamanya untuk mengubah klausul penolakan perang yang diatur dalam Konstitusi Damai belum berhasil diwujudkan.

Selain mengusulkan Quad (Quartet Security Dialogue) sebagai forum keamanan regional pada 2007, Abe juga memainkan peran penting dalam menghidupkan kembali Quad Dialogue, yang terdiri dari Jepang, Amerika Serikat, Australia, dan India.

Quad dirancang untuk mengantisipasi pengaruh Tiongkok.

Menggalang kerjasama dengan AS untuk bersama-sama menanggapi ancaman

Setelah meninggalkan jabatan perdana menteri, Abe masih tetap menjadi pemimpin faksi terbesar di Partai Demokrat Liberal yang berkuasa dan memiliki pengaruh yang cukup kuat di dalam partai. Dia terus mendorong pemerintah Jepang untuk memperbaiki kebijakan keamanan, dan pada tahun lalu menyerukan komitmen yang lebih besar dari sekutu untuk membela demokrasi Taiwan. Hal mana membuat marah pihak Beijing yang memanggil duta besar Jepang untuk menyampaikan protes sebagai tanggapan. 

Pada bulan Desember tahun lalu Abe mengatakan bahwa, Beijing harus menghindari konfrontasi dengan negara lain dan berhenti menuntut lebih banyak wilayah dari negara tetangganya.

Dia juga memperingatkan bahwa keamanan dan demokrasi Taiwan menghadapi “tantangan yang mengerikan” dan bahkan meminta Amerika Serikat untuk meninggalkan kebijakan ambiguitas terhadap Taiwan yang sudah berlangsung lama.

Akibatnya, Abe dijuluki sebagai “politisi anti-Tiongkok (anti-komunis) utama Jepang” oleh media resmi Tiongkok.

The Economist menerbitkan kembali hasil wawancara dengan Abe pada bulan Mei tahun ini. Dalam wawancara itu Abe mengatakan, rakyat Jepang harus menghadapi kenyataan bahwa jika suatu negara cukup bertekad untuk melakukan agresi, agresi bisa terjadi. “Kami semakin menyadari bahwa upaya dan kemauan kami sendiri adalah hal yang paling penting dalam melindungi negara kami”.

Keterangan Foto : Dialog Keamanan Indo-Pasifik Trilateral Taiwan – AS – Jepang diadakan di Taipei pada 14 Desember 2021. Mantan Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe menyampaikan pidato yang telah direkam sebelumnya pada upacara pembukaan. (Central News Agency)

“Kenyataannya adalah Jepang dikelilingi oleh tiga negara yang memiliki senjata nuklir, Rusia, Korea Utara, dan Tiongkok”, kata Abe.

Dia juga mengatakan, pemerintah Tiongkok terus memperluas kekuatan militernya. “Tentu saja, Jepang sendirian tidak dapat mengimbangi kekuatan militer Tiongkok, Jepang dan Amerika Serikat harus mencapai checks and balances melalui kerja sama. Itu sebabnya, selama pemerintahan saya, saya mengubah interpretasi saya tentang hak untuk membela diri bersama dan melembagakan undang-undang keamanan sehingga Jepang dan Amerika Serikat dapat bekerja sama secara erat untuk menghadapi situasi ini. Tetapi aliansi AS – Jepang juga penting bagi AS, terutama karena kemampuannya untuk mempertahankan pengaruhnya di kawasan Indo-Pasifik”, kata Abe.

Abe berpendapat bahwa warga Jepang harus mengubah cara pemikiran “dunia ideal” mereka. Jepang suka berbicara tentang dunia yang ideal, katanya, “Tetapi kita harus mengubah sikap kita untuk menyerahkan semua urusan militer kepada Amerika Serikat. Jepang harus bertanggung jawab atas perdamaian dan stabilitas, juga melakukan yang terbaik dalam bekerja sama dengan Amerika Serikat untuk mencapai tujuan itu”.

Abe : Jepang akan memberikan dukungan logistik kepada militer AS jika terjadi perang di Selat Taiwan

Abe mengatakan kepada The Economist bahwa menafsirkan ulang Konstitusi telah memungkinkan aliansi AS – Jepang, berkembang menjadi aliansi di mana kedua negara dapat saling membantu. “Karena pemberlakuan undang-undang inilah kami sekarang dapat menangani situasi di Taiwan”.

Di masa lalu, Pasukan Bela Diri Jepang hanya dapat menggunakan kekuatan militer ketika Jepang diserang langsung, tetapi perubahan undang-undang selama pemerintahan Abe berarti militer dapat dikirim ke luar Jepang untuk pertahanan diri kolektif. Hal ini memberikan kemungkinan bagi Jepang untuk mendukung Amerika Serikat dalam potensi krisis di Taiwan.

Kepada The Economist Abe mengatakan : “Jepang dan Taiwan hanya berjarak 100 kilometer. Jika Beijing melakukan serangan bersenjata ke Taiwan, militer Tiongkok mau tidak mau harus memasuki wilayah udara Jepang untuk memastikan superioritas udara. Ini tentu akan memicu “situasi kritis” dalam Undang-Undang Perdamaian dan Keamanan (Peace and Security Act), dan kami akan memberikan dukungan logistik untuk militer AS. Banyak orang Jepang melakukan bisnis di Taiwan. Saya yakin banyak orang Jepang dapat memahami hal ini”. 

Itulah sebabnya Abe pernah mengatakan bahwa jika terjadi sesuatu terhadap Taiwan, maka itu berarti terjadi sesuatu terhadap Jepang.

Keterangan Foto : Gambar menunjukkan pertemuan antara Xi Jinping (kedua dari kiri) dengan Shinzo Abe (kedua dari kanan) pada KTT G20 2016. (Etienne Oliveau/Getty Images)

Shinzo Abe seorang tokoh terkemuka di panggung dunia

Analis mengatakan Abe mungkin merupakan pemimpin Jepang sejak Perang Dunia II yang paling banyak berkontribusi dalam meningkatkan citra negara dan pengaruh internasional. 

Di bawah kepemimpinan Abe, Jepang bergabung dengan Trans-Pacific Partnership (TPP). Setelah AS menarik diri dari TPP, Abe memimpin peluncuran Perjanjian Komprehensif dan Progresif untuk Kemitraan Trans-Pasifik (CPTPP).

Shinzo Abe adalah tokoh terkemuka di panggung dunia. Dia telah memupuk hubungan yang kuat dengan Amerika Serikat dan hubungan pribadi yang hebat dengan mantan Presiden AS Donald Trump.

Saat mengenang Abe pada hari Jumat, Trump mengatakan : “Dia (Abe) adalah pemersatu unik yang tiada duanya. Yang paling penting, dia mencintai dan menghargai negaranya yang hebat — Jepang”.

Tokoh terkemuka dalam politik Jepang ini bahkan mempelopori kebijakan ekonomi yang menyandangkan namanya, yaitu “Abenomics”.

Shinzo Abe menjabat perdana menteri pada saat gejolak ekonomi, ia bisa dengan cepat memulai kembali ekonomi Jepang setelah mengalami stagnasi selama beberapa dekade. Tak lama setelah dia terpilih kembali sebagai perdana menteri pada 2012, dia meluncurkan eksperimen besarnya di bidang ekonomi yang kemudian orang menjulukinya sebagai “Abenomics”.

Gambar menunjukkan Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg (kiri) berjabat tangan dengan Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe (kanan) setelah pernyataan pers bersama di Tokyo pada 31 Oktober 2017. (Kazuhiro Nogi/AFP/Getty Images)

“Abenomics” mencakup tiga panah – stimulus moneter besar-besaran, peningkatan pengeluaran pemerintah dan reformasi struktural.

Perdana Menteri India Narendra Modi yang menjalin persahabatan dekat dengan Abe menyatakan pada Sabtu sebagai hari berkabung nasional di India.

Presiden AS Joe Biden memerintahkan pengibaran bendera setengah tiang selama 3 hari hingga 10 Juli setelah kematian Abe. Biden menulis dalam sebuah pernyataan kepresidenan bahwa mendiang perdana menteri Jepang Shinzo Abe adalah pelayan kebanggaan bagi rakyat Jepang dan seorang teman setia Amerika Serikat. (sin)