Shinzo Abe Terbunuh, 3 Arah Investigatif Detektif Henry Lee

Li Muyang

Shinzo Abe, terkenal sebagai pelopor anti-komunis, dan merupakan “Trump” paling awal sebelum munculnya Trump. Betulkah Beijing sedang merencanakan menyerang Taiwan? Pesawat tempur mereka telah melewati garis tengah Selat Taiwan.

Detektif Henry Lee Usul Investigasi Dilakukan Tiga Arah Sekaligus

Sabtu 9 Juli, Dr. Henry Lee Chang-Yu (berjuluk “Sherlock Holmes modern”) selaku pakar kriminologi di AS, membuat sejumlah analisa terhadap asal senjata api yang digunakan pelaku saat membunuh Abe.

Henry Lee menilai, yang pertama harus diselidiki adalah pengakuan pelaku. Jika dia yang diminta melakukan investigasi, maka ia akan meminta seorang psikolog untuk turun tangan. Dari analisa psikologis terhadap pelaku, dapat ditentukan benar atau tidaknya pengakuan yang diberikan. Pada saat yang sama, melalui lingkungan teman, tetangga, dan orang-orang yang berinteraksi dengan pelaku harus dicari tahu untuk membongkar motif kejahatan dan tuntutan politik si pelaku, guna menghindari terulangnya kembali kejadian serupa.

Kedua, harus menyita komputer dan ponsel milik pelakunya, Tetsuya Yamagami. Ini adalah arah investigasi penting bagi polisi, juga untuk mengklarifikasi berbagai teori berbeda yang ada sekarang.

Karena biasanya dapat dilihat kondisi akses internet pelaku di komputernya, apakah membeli bahan untuk senjata secara daring, apakah belajar merakit senjata api lewat internet, apakah berhubungan dengan orang lain, apakah ada keterlibatan orang lain dalam kasus ini, dan lain sebagainya.

Juga harus diselidiki siapa yang terakhir dihubunginya melalui telepon? Apakah meninggalkan surat wasiat atau informasi apa pun? Dalam banyak kasus serupa di Amerika Serikat, pelaku biasanya mempunyai tuntutan politiknya, akan ada surat terbuka atau rekaman suaranya. 

Ketiga adalah penyelidikan dari barang bukti. Pihak kepolisian Jepang berhasil memperoleh beberapa pucuk senjata api rakitan di kediaman pelaku. Senapan rakitan tersebut memiliki laras ganda, yang dapat menembakkan dua peluru sekaligus, pelaku merekatkannya dengan isolasi.

Henry Lee menyatakan, harus dicari tahu dari mana asalnya bahan senapan rakitan dan asal dari peluru yang digunakan pelaku, dari mana amunisinya berasal? Apakah di baliknya ada orang yang memasok amunisi? Atau adakah orang yang memerintahkannya untuk membunuh? Semua ini adalah sangat penting, dan harus diselidiki hingga tuntas.

Detektif Henry menyatakan, jika tiga pertanyaan di atas telah diusut tuntas, maka fakta dari kejadian ini mungkin akan menjadi jelas. Lewat uji laboratorium, dapat  dilakukan  penyelidikan yang menyeluruh terhadap struktur pembuatan senjata dan sumber asalnya, ditambah dengan intelijen polisi dan gudang big data, dengan demikian akan dapat ditemukan jawabannya.

Dari Mana Asal Senjata Pelaku? Empat Elemen Penting Merakit Senjata Api

Sumber amunisi yang digunakan pada senjata adalah hal yang paling diutamakan oleh Detektif Henry Lee. Karena sejak pengawasan dan pengendalian penggunaan senjata api di Jepang sangat ketat, telah dibentuk undang-undang pengendalian senjata yang keras, dan Jepang adalah negara pertama di dunia yang menerapkan hukum pengendalian senjata api.

Walaupun kemudian telah dilonggarkan, namun kalangan sipil di Jepang hanya diperbolehkan memiliki tiga jenis senjata: Senapan laras panjang, senapan angin, dan senapan gentel atau senapan sebar (shotgun, red.). Warga sipil tidak diperbolehkan memiliki senjata api jenis pistol.

Jika ingin mempunyai sepucuk senapan, maka mereka harus mengikuti pelajaran sehari penuh, harus lulus tes tertulis, dan dalam uji coba menembak di lapangan tembak harus mencapai akurasi tembakan 95%. Kedua, harus lolos uji kesehatan dan psikologi di rumah sakit, serta harus lolos pemeriksaan latar belakang pribadi. Serangkaian uji kelayakan tersebut akan menghabiskan biaya USD 538 (8.058.000 rupiah), dan ini belum termasuk uang untuk pembelian senapan serta biaya safety box untuk menyimpan unit senapan beserta amunisinya secara terpisah.

Semua informasi termasuk keluarga pemohon, pekerjaannya, latar belakang pendidikan, apakah mengalami depresi, kecanduan alkohol, dan lain sebagainya, semua informasi itu harus diserahkan pada pihak polisi. Kemudian polisi akan menginterogasi tetangga, teman, dan keluarganya, menyelidiki apakah ada sengketa keluarga, atau kecenderungan kekerasan, dan lain-lain.

Setelah semua persyaratan itu terpenuhi, baru boleh memiliki sepucuk shotgun. Setelah 10 tahun memiliki senapan jenis tersebut, baru boleh mengajukan permohonan memiliki senapan laras panjang, tapi itu tidak ada jaminan akan memperoleh izinnya. Selain itu setiap tiga tahun sekali harus mengulang kembali kelas pembelajaran, dan mengikuti ujian kelayakan. Jika beberapa tahun tidak menggunakan senjatanya, maka senjatanya akan diambil alih oleh polisi.

Dengan pengendalian senjata yang begitu ketat, membuat masyarakat curiga, dari mana asal suku cadang senjata rakitan berikut amunisi yang digunakan pelaku untuk membunuh Abe. Dr. Henry Lee mengatakan, tidak mudah untuk merakit senapan di kalangan warga sipil, setidaknya dibutuhkan empat persyaratan.

Pertama, orang yang hendak merakit senjata harus memahami tentang senjata. Apakah yang dimaksud dengan memahami tentang senjata? Singkat kata, setidaknya harus mengetahui seberapa besar kaliber dari laras senjata, berapa milimeter peluru yang harus digunakan, berapa kecepatan tembaknya, berapa jauh jarak tembak efektif, dan lain sebagainya. Jika semua ini tidak diketahui dengan pasti, maka tidak bisa dikatakan telah memahami seluk beluk senjata api.

Walaupun Tetsuya Yamagami pernah mengabdi selama 3 tahun di Angkatan Laut Beladiri Jepang, dan mungkin pernah menggunakan senjata, tapi tidak berarti dia memahami tentang senjata. Penulis juga pernah beberapa kali berlatih menembak di lapangan tembak, dan pernah menggunakan pistol tipe 54 dan senapan semi otomatis, tapi pada dasarnya penulis sama sekali tidak memahami tentang senjata.

Yang kedua, harus mempunyai diagram. Hanya memahami tentang senjata saja tidak cukup, juga harus mempunyai diagram teknis untuk perakitan senjata, dan melakukan perakitan berdasarkan diagram tersebut. Walaupun dibuat dengan cara printing 3D, tetap harus mempunyai diagram teknis 3D.

Lalu harus dapat menemukan bahan-bahan yang dibutuhkan untuk membuat senjata. Walaupun memahami tentang senjata, dan mempunyai diagram teknisnya, maka juga harus memperoleh bahan yang dibutuhkan untuk membuat senjata. Jika tidak maka sehebat apa pun seseorang akan tidak berdaya bila tidak memiliki material yang mutlak dibutuhkan.

Yang terakhir adalah setelah perakitan selesai harus melakukan uji tembak. Bukan berarti setelah selesai dirakit, maka pasti akan dapat menembakkan peluru dengan normal, harus dilakukan beberapa kali uji tembak. Dalam uji tembak akan mengalami masalah, lalu dilakukan perbaikan lagi, agar senapan itu dapat digunakan dengan normal.

Menurut surat kabar Mainichi Shimbun, tetangga Tetsuya menyatakan, beberapa malam terakhir sebelum kejadian, sepanjang malam sering terdengar suara pukulan di tembok dari arah kamar Tetsuya, begitu keras suara itu sehingga mereka mengira sedang ada proyek perbaikan. Tetangganya menyatakan, jika diingat-ingat kembali, “Suara itu mungkin adalah suara Tetsuya sedang membuat senjata api”.

Setelah keempat elemen ini didapatkan, dibutuhkan serangkaian rencana dan penerapan, oleh sebab itu dikatakan “merupakan kejahatan terencana”. Menurut Henry Lee, polisi Jepang harus melakukan investigasi yang seksama terhadap asal usul bahan baku merakit senapan, dan sumber amunisinya.

Henry Lee berkata, “Yang penting sekarang adalah harus menemukan kedua buah selongsong, dan kedua butir peluru yang ditembakkan, pasti ada dua buah selongsong, saya harus bisa menemukan kedua selongsong dan kedua peluru tersebut di lokasi kejadian. Ketika selongsong jatuh ke tanah, jika tidak tersepak oleh warga, maka dari tempat jatuhnya selongsong akan dapat diperhitungkan posisi pelaku, dan lintasan balistiknya.

Surat kabar Mainichi Shimbun memberitakan, Tetsuya Yamagami bekerja di sebuah pabrik di Kyoto, dan ia bertanggung jawab mengemudikan forklift memindahkan barang, tapi telah berhenti bekerja sejak Mei lalu. Akan tetapi ada juga kabar beredar di internet menyebutkan seorang lektor kepala di Fakultas Kedokteran dari Gunma University juga bernama Tetsuya Yamagami, yang mungkin merupakan anggota dari organisasi teroris Jepang yakni Tentara Merah Jepang (Japanese Red Army, red.). 

Kabar tersebut juga menyebabkan, pemimpin Tentara Merah, Fusako Shigenobu telah ditangkap pada Maret 2002 silam, dan dijatuhi vonis 20 tahun penjara. Pada 28 Mei lalu, Fusako Shigenobu dibebaskan karena telah usai masa tahanannya.

Terhadap berita semacam ini, kita tidak bisa memverifikasinya. Jadi hanya bisa berharap pihak kepolisian Jepang secepatnya menemukan fakta. Tidak hanya menangkap pelaku pembunuhan, seharusnya juga menciduk orang yang telah memasok suku cadang pistol berikut amunisinya. Menyelidiki apakah ada orang yang telah memerintahkannya melakukan pembunuhan.

Pelopor Melawan Komunis dan Anti- Komunis, Abe Adalah “Trump” Paling Awal

Pada Sabtu 9 Juli lalu, Xi Jinping telah mengirimkan ucapan bela sungkawa kepada PM Jepang Fumio Kishida, menyampaikan duka citanya atas kepergian Shinzo Abe, serta menyampaikan bela sungkawa kepada keluarga Abe. 

Dalam ucapan belasungkawanya Xi Jinping mengatakan, selama Abe menjabat sebagai perdana menteri, telah dilakukan upaya untuk memperbaiki hubungan antara Tiongkok dengan Jepang, memberikan banyak kontribusi, dan menyebutkan Abe “telah mencapai kesepahaman yang penting dalam membangun hubungan Tiongkok-Jepang dengan menyesuaikan tuntutan zaman”.

Ucapan belasungkawa dari Xi Jinping tidak hanya terlambat, juga terkesan agak hampa, pada dasarnya hanya pernyataan kosong. Dikatakan telah mencapai “kesepahaman yang sangat penting” dengan Abe, tapi tidak disebutkan dengan jelas “kesepahaman penting” apa yang telah dicapainya, membuat orang merasa ucapan ini lebih menyerupai sekedar diplomasi, untuk memudahkan berkata lain terhadap permasalahan sengketa pulau Uotsuri Jima (Diaoyu Dao).

Faktanya, sikap Abe terhadap PKT juga relatif keras, pemahamannya juga sangat jelas. Sebelum seluruh dunia memahami wajah asli Beijing, Abe telah memiliki pemahaman dan tindakan antisipasi yang sangat jelas terhadap PKT, oleh sebab itu dia dijuluki sebagai “Trump sebelum munculnya Trump”.

Sehari sebelumnya pada 8 Juli kolumnis surat kabar Washington Post, Josh Rogin telah menulis, semua negara di dunia berduka atas berpulangnya Abe, karena selama dua kali periode jabatannya, Abe telah meraih rasa hormat dunia. Khususnya “sejak awal dia telah memperingatkan tantangan yang akan muncul akibat bangkitnya Tiongkok, Abe telah memberikan kontribusi besar bagi dunia dalam menghadapi masalah pelik ini”.

Rogin mengatakan, Abe adalah yang paling awal melihat ambisi Beijing ini, yang berupaya mengikis perdamaian, kemakmuran, dan keamanan regional, seiring dengan semakin meningkatnya kekuatan negara dan pengaruhnya. Ketika pemimpin negara lain mempertahankan kebijakan tetap berurusan dengan Tiongkok, Abe menyesuaikan kebijakan diplomatiknya, dan mendorong “Abenomics” (kebijakan ekonomi Abe, red.) yang memfokuskan untuk bersaing dengan Tiongkok secara jangka panjang.

Artikel mengutip perkataan Tomohiko Taniguchi yang menjabat sebagai penasihat kebijakan diplomatik sekaligus juga penulis kepresidenan. Abe sangat memahami, jika ingin menahan kebangkitan Tiongkok untuk kurun waktu lama, maka Jepang harus memperkuat ekonominya. Sembari meningkatkan aliansi dengan Amerika, dan menempatkan AS di kawasan Indo-Pasifik, serta melebarkan hubungan dengan India dan Australia. Dialog Quadrilateral (QSD) antara AS, Jepang, India, dan Australia adalah praktik ikonik Abe.

Jika negara Barat dapat mengenali Beijing, dan melakukan antisipasi terhadap Tiongkok yang mempropagandakan ideologi merahnya, serta mengikis nilai-nilai universal negara Barat, maka semua itu adalah berkat jasa Abe.

Walaupun telah lengser dari jabatannya sebagai perdana menteri, Abe tak lupa menyebarkan pengaruhnya. Salah satu tindakan diplomatiknya sebelum meninggal dunia adalah setelah Rusia menginvasi Ukraina, ia kembali melontarkan peringatan akan adanya ancaman Tiongkok yang akan menyerang Taiwan. Secara terbuka ia menghimbau AS agar meninggalkan kebijakan “strategi ambigu”, dan secara lugas menyatakan “kalau sampai Taiwan ada masalah, berarti Jepang juga akan bermasalah”.

Beijing Sedang Rencanakan Invasi Taiwan? Pesawat Tempur Tiongkok Lewati Garis Tengah

Jadi penulis tidak tahu yang dimaksud oleh Xi Jinping dengan mengatakan “telah tercapai kesepahaman yang penting” dengan Abe terkait hubungan Tiongkok-Jepang, apa yang dimaksud “kesepahaman penting” ini. Karena penulis telah melihat hubungan Tiongkok-Jepang kian hari kian renggang, apa yang dimaksud dengan “kesepahaman” dalam hal ini?

Khususnya ketika Abe mengatakan “kalau sampai Taiwan ada masalah, Jepang juga bermasalah”, ini adalah pernyataan yang paling lugas dari Jepang dalam hal mendukung Taiwan. Ini berarti secara langsung telah memberitahu PKT, begitu Tiongkok menyerang Taiwan, maka Jepang pasti akan angkat senjata membantu Taiwan.

Dengan kata lain, sikap PKT terhadap Taiwan, adalah juga sikap PKT terhadap Jepang. Bagi Beijing hal ini telah benar-benar menjelaskan hubungan antara Tiongkok dengan Jepang, sekaligus juga memosisikan kembali hubungan penting antara Jepang dengan Taiwan.

Direktur Graduate Institute of Japan Political & Economic Studies dari Tamkang University di Taiwan, Profesor Tsai Hsi-Hsun mengatakan, baru-baru ini kapal perang dan pesawat tempur Tiongkok melakukan aksinya di sekitar Jepang, dan membuat Jepang merasa terancam. Yang dikatakan Abe “yang menciptakan Jepang yang kuat, era baru bagi Jepang, bukan orang lain, melainkan kita sendiri”, telah dimanifestasikan dalam “konvensi pemilu” Partai Demokrat Liberal (LDP) dalam pemilu senat 10 Juli, karena dalam konvensi tersebut telah dijelaskan “lindungi Jepang”.

Kepada VoA, Tsai Hsi-Hsun mengatakan, untuk memperkuat keamanan dan pertahanan negara, strategi besar Abe adalah strategi besar Jepang, dalam 5 tahun memperkuat kemampuan pertahanan Jepang secara maksimal. 

Jika negara lain tidak meningkatkan anggaran pertahanan negaranya, maka Jepang akan menjadi negara dengan kekuatan militer ketiga terkuat di dunia, hanya berada di bawah Amerika dan Tiongkok. Menurut Tsai Hsi-Hsun, walaupun Abe telah tiada, tapi Fumio Kishida yang sekarang seharusnya tidak akan mengubah “konvensi pemilu” ini, dan “seharusnya akan terus menjalankannya”.

Dengan kata lain, menurut Tsai Hsi-Hsun, walaupun Abe telah tiada, tapi Jepang akan terus meningkatkan kekuatan militernya, untuk menjaga perdamaian dengan militer. Singkat kata akan berhadapan dengan Tiongkok dengan kekuatan militer yang kuat, dan meneruskan persaingan antara Abe dengan Tiongkok.

Tapi Tsai Hsi-Hsun juga menyatakan, setelah Abe tiada, telah kehilangan seorang tokoh yang berpengaruh, hubungan Tiongkok- Jepang-Taiwan mungkin akan mengalami perubahan. Jadi Taiwan harus melakukan persiapan matang menghadapi invasi Tiongkok, karena ini mungkin merupakan hal terakhir yang direncanakan oleh Xi Jinping.

Beberapa hari lalu 7 Juli dalam acara berita 1 jam PBS Newshour, mantan Menlu AS, Kissinger yang diwawancarai menyatakan, “Melakukan serangan menyeluruh terhadap Taiwan, adalah hal terakhir dalam perencanaan PKT.”

Penulis tidak bisa memastikan mengapa Kissinger mengatakan demikian, tidak jelas atas dasar apakah dikatakan demikian. Tapi menurut penulis pernyataan Kissinger itu seharusnya dapat menarik perhatian banyak orang.

Seperti diketahui, Kissinger adalah pejabat yang awalnya menghubungkan AS dengan Beijing, dan dia sangat memahami PKT. Selama masa jabatan Xi Jinping, dia telah beberapa kali berkomunikasi dengan Xi Jinping, juga berkomunikasi dengan pejabat tinggi PKT lainnya seperti Wang Qishan, dan lain-lain. Dia sendiri juga kerap kali mem- berikan usulan bagi PKT. Bisa dikatakan dia sangat dipercaya oleh Beijing, dan dipandang sebagai “kawan lama” oleh Beijing.

Jadi walaupun bukan pernyataan yang secara langsung diutarakan oleh pemimpin PKT, mungkin hanya berdasarkan penilaiannya menurut pemahamannya terhadap PKT, penulis merasa perkataannya itu perlu untuk diperhatikan.

Faktanya, pada hari kedua pembunuhan Abe pada 8 Juli, PKT telah melakukan provokasi putaran pertama. Beberapa unit pesawat tempur Tiongkok telah melewati garis tengah Selat Taiwan yang sangat sensitif, lalu “berputar”, dan melakukan gerakan taktis. Kemenhan Taiwan mengatakan, ini adalah “aksi provokasi PKT secara sengaja, yang secara serius telah merusak stabilitas perdamaian regional”.

PKT memprovokasi secara sengaja, jika berdasarkan penuturan Kissinger, ini mungkin adalah hal terakhir yang dilakukan oleh PKT dalam menjalankan perencanaannya, untuk menciptakan friksi, sebagai persiapan menyerang Taiwan secara menyeluruh. Jadi pada tahap sekarang ini, sikap AS akan menjadi sangat krusial.

Menurut Kissinger, AS harus mempertahankan sikap “mendeterensi” PKT, AS tidak bisa membiarkan Beijing melakukan tindakan militer. Ia mengatakan sekarang AS sudah “sangat jelas menyatakan sikapnya untuk melindungi Taiwan, mengumpulkan kekuatan militer adalah sikap yang menjelaskan hal ini”. (sud)