Pertemuan Keuangan G20 Dimulai dengan Perang Ukraina, Fokus Inflasi

Aldgra Fredly

Pertemuan ketiga menteri keuangan G20 dan gubernur bank sentral berlangsung di Pulau Bali pada Jumat 15 Juli, dengan kejatuhan ekonomi dari perang Rusia-Ukraina menjadi fokus utama.

Dalam sambutan pembukaannya, Menteri Keuangan Republik Indonesia, Sri Mulyani Indrawati meminta G20, ekonomi top dunia, untuk mencapai konsensus guna mengatasi tantangan global, saat ia memperingatkan hasil krisis yang merupakan sebuah “bencana”.

Ia juga mengatakan menyaksikan peningkatan risiko keamanan pangan yang mengkhawatirkan sebagai dampak perang di Ukraina dan sanksi serta pembatasan ekspor yang memperburuk dampak pandemi COVID-19. 

Sri Mulyani mengatakan, perang Ukraina dan kenaikan harga komoditas mengancam stabilitas ekonomi mikro global dan pemulihan ekonomi, mendorong kebutuhan anggota G20 untuk “membangun jembatan antara satu sama lain”.

“Kita sangat menyadari bahwa konsekuensi dari kegagalan kita untuk bekerja sama lebih besar dibandingkan dengan apa yang sebenarnya kita mampu capai. Konsekuensi kemanusiaan bagi dunia, dan terutama bagi banyak negara berpenghasilan rendah, akan menjadi bencana besar,” katanya.

Pernyataannya mengikuti kunjungan Presiden Joko Widodo ke Ukraina dan Rusia bulan lalu, di mana Jokowi menawarkan untuk menjadi “jembatan komunikasi” kedua negara guna menyelesaikan gangguan rantai pasokan pangan global.

Beberapa menteri Barat mengkritik pejabat Rusia karena turut menghadiri pembicaraan. Menteri Keuangan AS, Janet Yellen mengatakan, “perang brutal dan tidak adil” dari Rusia itu bertanggung jawab atas krisis ekonomi dunia saat ini.

Pejabat dari Amerika Serikat, Inggris Kanada, dan Ukraina keluar dari sesi KTT keuangan G20 sebelumnya di Washington untuk memprotes kehadiran pejabat Rusia. Pertemuan April lalu berakhir tanpa komunike bersama.

Amerika Serikat Bahas Pembatasan Harga Minyak Rusia

Berbicara pada konferensi pers pada Kamis (14/7), Yellen mengatakan: “Kami melihat efek limpahan negatif dari perang Rusia-Ukraina di setiap sudut dunia, terutama dalam hal harga energi yang lebih tinggi dan meningkatnya kerawanan pangan.”

“Sepanjang perjalanan saya ke kawasan ini, dan di sini, di Indonesia, kami juga akan melanjutkan percakapan kami tentang apa yang dapat kami lakukan bersama untuk membantu orang lain di seluruh dunia yang terkena dampak perang Rusia, Ini  termasuk  mengatasi  kerawanan pangan, dan rancangan serta implementasi batas harga minyak Rusia.”

Menurut Yellen, batas harga minyak Rusia belum diputuskan tetapi mereka akan memilih jumlah yang jelas memberi Rusia  insentif untuk terus berproduksi, yang akan membuat produksi menguntungkan bagi Rusia.

“Pembatasan harga minyak Rusia akan membatasi pendapat an Putin yang dibutuhkan mesin perangnya dan akan memban- gun sanksi bersejarah yang telah kami terapkan yang membuatnya lebih sulit untuk mengobarkan perang nya atau menumbuhkan ekonominya,” katanya.

“Ini juga akan membantu menjaga pasokan minyak global, membantu menekan harga konsumen di Amerika dan global pada saat harga energi melonjak.” (osc)