Pemimpin Bisnis Inggris : Ribuan Perusahaan Inggris Mencoba Memutuskan Hubungan dengan Tiongkok

Chen Ting

Seorang pemimpin bisnis asal Inggris mengatakan bahwa setelah ketegangan politik dan keamanan antara Beijing dan negara-negara Barat, sejumlah besar perusahaan Inggris berusaha memutuskan hubungan dan memisahkan diri dengan Tiongkok . 

Menurut Financial Times,  kepala Kamar Dagang dan Industri (CBI) telah mengungkapkan bahwa ribuan perusahaan Inggris berusaha memutuskan hubungan ekonomi dengan Tiongkok.

Tony Danker, Direktur Jenderal CBI mengatakan, industri mengalami penurunan lebih lanjut dalam hubungan antara Beijing dan Barat. Oleh karena itu, perusahaan-perusahaan Inggris mempercepat upaya mereka mengalihkan bisnis dari Tiongkok ke negara lain.

Apalagi, setiap perusahaan yang mana diajak bicara saat ini, sedang memikirkan kembali rantai pasokan mereka. Dikarenakan mereka berasumsi politisi barat pasti akan mempercepat menuju dunia yang terpisah dari Tiongkok. 

Danker mengatakan bahwa jika Barat memutuskan hubungan dengan Tiongkok, Inggris perlu mencari mitra dagang baru dan terlibat kembali dengan yang lama, seperti negara-negara Uni Eropa.

“Apa yang dikatakan oleh pakar politik dan keamanan adalah benar, kita semua perlu berteman baik lagi,” katanya.

Saat ini, Menteri Luar Negeri Inggris Liz Truss dan mantan Menteri Keuangan Rishi Sunak, dua calon perdana menteri, berlomba-lomba untuk menunjukkan sikap keras mereka terhadap Tiongkok. Hal demikian terlihat sikap Inggris yang berubah secara dramatis. 

Perusahaan-perusahaan Inggris juga merestrukturisasi rantai pasokan mereka sebagai persiapan untuk sentimen politik anti-komunis yang semakin keras, kata Danker.

Dia memperingatkan bahwa menghapus Tiongkok dari rantai pasokan perusahaan dapat menyebabkan inflasi. Akan tetapi, hak demikian akan “mendefinisikan kembali strategi perdagangan Inggris.

“Bukan lagi kepada siapa kami menjual, tetapi dari mana kami membeli,” kata Danker.

Faktanya, banyak perusahaan Barat mencoba memutuskan hubungan dengan Tiongkok. Apalagi, investor global mulai ragu untuk berinvestasi di Tiongkok. Tak lain, dikarenakan meningkatnya risiko geopolitik.

Carlos Tavares, kepala eksekutif Stellantis NV, mengatakan pada  Kamis 28 Juli, bahwa kelompok itu telah menutup satu-satunya pabrik pembuatan jip di Tiongkok. Dikarenakan, pejabat pemerintah daerah semakin terlibat dalam pasar mobil Tiongkok.

Tavares mengatakan keputusan itu dibuat karena kekhawatiran atas meningkatnya ketegangan antara Tiongkok dan negara-negara di seluruh dunia, sehingga dapat menyebabkan sanksi ekonomi.

Selama beberapa tahun terakhir, Tavares telah melihat semakin banyak campur tangan politik dalam lingkungan bisnis di daratan Tiongkok. Seperti baru-baru ini perusahaan lainnya di belahan dunia lainnya. 

Menurut Pregin, sebuah perusahaan data investasi yang berbasis di London,  kurang dari $5 miliar mengalir ke ekuitas swasta dan dana modal ventura yang berfokus pada Tiongkok pada paruh pertama tahun ini, turun 94 persen dari tahun lalu.  Angka terkecil sejak  2009 lalu. Ini  menunjukkan bahwa investor global menjadi lebih berhati-hati dengan pasar Tiongkok.

Menurut Nikkei Asian Review, KPMG International Limited mengatakan dalam sebuah laporan bahwa pendanaan ventura (VC, juga dikenal sebagai Venture Funding) di Tiongkok turun menjadi US$9,1 miliar pada kuartal kedua, dibandingkan dengan kuartal lalu USD. 181 miliar. ke titik terendah sejak kuartal keempat 2014. (hui)