AS Memperketat Kontrol Ekspor Peralatan Manufaktur Chip ke Tiongkok

 oleh Wang Xiang

Bloomberg yang mengutip informasi dari 2 perusahaan pemasok peralatan chip utama AS melaporkan pada Jumat 29 Juli, bahwa Gedung Putih sedang berusaha memperketat pembatasan akses Beijing ke peralatan manufaktur chip.

Langkah ini menggarisbawahi bahwa Amerika Serikat sangat waspada terhadap Beijing yang berupaya “menyalip lewat tikungan” (menyalip lewat cara ilegal) dalam industri chip. Pemerintah AS telah memerintahkan larangan penjualan sebagian besar peralatan yang dapat digunakan untuk membuat chip 10 nanometer kepada Semiconductor Manufacturing International Corporation (SMIC) Tiongkok, kecuali mendapat izin ekspor dari Kementerian Perdagangan AS.

Tim Archer, kepala eksekutif Lam Research Corporation mengatakan kepada analis bahwa pembatasan ekspor yang dikeluarkan oleh Kementerian Perdagangan AS, telah diperluas untuk mencakup peralatan yang digunakan untuk manufaktur chip 14 nanometer ke bawah, dan ruang lingkup pembatasan mungkin tidak terbatas pada SMIC, tetapi juga meliputi pengecoran perusahaan chip lainnya yang beroperasi di daratan Tiongkok, termasuk perusahaan yang dimiliki oleh Taiwan Semiconductor Manufacturing Company, Limited. (TSMC).

“Baru-baru ini kami diberitahu bahwa pembatasan ekspor teknologi pada pengecoran chip Tiongkok telah diperluas hingga di bawah 14 nanometer”, kata Tim Archer dalam konferensi video pada Rabu 27 Juli.

“Saya pikir itulah perubahan yang mungkin terjadi sebagaimana diperkirakan banyak orang, dan kami sudah siap untuk sepenuhnya mematuhi (pemberitahuan itu). Kami sedang bekerja sama dengan pemerintah AS”, tambahnya.

Dalam industri pembuatan chip, semakin rendah nanometer berarti semakin canggih teknologinya. Larangan ekspor diperluas dari 10 nanometer menjadi 14 nanometer berarti lebih banyak perangkat semikonduktor yang masuk kategori pembatasan ekspor.

Kementerian Perdagangan AS dalam sebuah pernyataannya yang dikeluarkan pada Jumat menyebutkan bahwa pihaknya memperketat kebijakan ekspor untuk industri chip yang terkait dengan Tiongkok.

Pemerintahan Biden sedang berfokus untuk melemahkan upaya Tiongkok memproduksi chip mutahir, demi mengurangi risiko keamanan terhadap AS. Demikian pernyataan tersebut.

Dengan mengutip informasi yang disampaikan oleh sumber terpercaya, Bloomberg melaporkan bahwa, dalam sekitar dua minggu terakhir, semua pembuat peralatan chip AS telah menerima surat dari Kementerian Perdagangan AS yang memberitahu mereka untuk tidak memasok peralatan untuk manufaktur chip berukuran 14 nanometer atau ke bawah ke Tiongkok,

Larangan baru ini mungkin dapat memengaruhi SMIC, TSMC, dan perusahaan lain yang bersiap untuk berinvestasi dan membangun lebih banyak lini produksi chip mutakhir di daratan Tiongkok, serta pula Applied Materials Inc, ASML, Tokyo Electron, dan perusahaan pembuat peralatan lainnya yang menjual ke pasar semikonduktor terbesar di dunia.

Pembuat peralatan chip AS mengatakan bahwa pemberitahuan itu adalah bagian dari upaya pemerintahan Biden untuk bersikap keras terhadap Tiongkok. Mengingat bahwa Kementerian Perdagangan AS di waktu lalu sudah menolak pemberian lisensi ekspor peralatan chip 14-nanometer kepada manufaktur di AS, jadi larangan terbaru ini seharusnya tidak berdampak besar terhadap keuangan perusahaan.

Tim Archer mengatakan, aturan baru itu ditujukan untuk pengecoran dan tidak termasuk chip memori.

Pada Kamis, Kepala Eksekutif KLA Corp Rick Wallace juga memberikan konfirmasi bahwa mereka telah diberitahu oleh pemerintah AS tentang penyesuaian persyaratan lisensi untuk mengekspor peralatan chip ke Tiongkok.

Kedua perusahaan yang berbasis di California adalah bukti bahwa pemerintahan Biden meningkatkan upaya untuk mengekang akses Tiongkok ke peralatan produksi chip mutakhir dan kemungkinan menyalip dari tikungan.

Bloomberg sebelumnya pernah melaporkan bahwa Amerika Serikat mendesak Belanda untuk melarang perusahaan ASML, dan mendesak Jepang untuk melarang perusahaan Nikon menjual ke Tiongkok teknologi utama yang dibutuhkan untuk menghasilkan beragam chip dunia.

AS meloloskan Chips and Science Act dan bantuan keuangan langsung USD. 52 miliar

Untuk menekan kekurangan chip dan memecahkan masalah rantai pasokan, Kongres AS telah meloloskan “Chip and Science Act of 2022” berikut pemberian bantuan keuangan langsung senilai USD. 52,7 miliar kepada industri manufaktur chip. UU yang merupakan hasil negosiasi internal selama lebih dari 1 tahun antara DPR dengan Senat AS ini juga menambahkan USD. 24 miliar manfaat pajak dan ketentuan lainnya. 

Saat ini, sebagian besar chip yang digunakan di pasar AS dibuat di luar negeri. Para pendukung UU chip ini mengatakan bahwa situasi tersebut telah membuat AS menghadapkan risiko keamanan dan penundaan rantai pasokan. 

Uang yang dialokasikan untuk perusahaan teknologi akan digunakan untuk membangun, memperluas atau memodernisasi pabrik, serta melanjutkan pengembangan seperti pekerjaan perintis dan pengujian.

Chip and Science Act juga memberikan insentif kepada perusahaan AS yang bersedia investasi di lini produksi chip lewat kredit pajak investasi sebesar 25%. 

UU juga menetapkan, perusahaan yang menerima subsidi tidak boleh menggunakan dana bantuan itu untuk pembelian kembali saham atau pembayaran dividen, atau untuk distribusi modal lainnya. Selain itu, entitas militer Tiongkok dilarang berpartisipasi dalam program terkait chip yang disahkan oleh undang-undang tersebut.

Jika perusahaan yang mendirikan pabrik semikonduktor di AS juga membangun atau memperluas pabrik pembuatan chip canggih di daratan Tiongkok atau negara-negara lain yang berpotensi tidak bersahabat, maka perusahaan tersebut tidak akan diizinkan untuk menggunakan subsidi yang ditentukan undang-undang tersebut.

Tiongkok menjadi negara terbesar dalam hal mengimpor peralatan chip

Sejauh ini, Tiongkok telah membeli sebagian besar peralatan pembuat chip dunia, hal ini mendorong para pemimpin AS untuk memperluas kontrol ekspor untuk mencegah Beijing “menyalip lewat tikungan” dan membeli alat pembuat chip paling canggih dari luar negeri.

Menurut laporan dari 3 perusahaan AS yakni Applied Materials, Lam Research Corporation dan KLA Corporation bahwa pada 2021, perusahaan pembuat chip Tiongkok telah membeli dari ketiga perusahaan ini peralatan senilai USD. 14,5 miliar, menjadikan Tiongkok pasar terbesar mereka. 

Menurut data Asosiasi Industri Semikonduktor Internasional (SEMI), sebuah kelompok industri chip, bahwa dalam 4 tahun hingga 2024, Tiongkok berencana untuk membangun 31 pabrik semikonduktor berskala besar.

Rencana ini melebihi jumlah pabrik chip yang siap online/produksi di Taiwan dan Amerika Serikat selama periode yang sama. Taiwan menempati urutan kedua dalam jumlah pabrik yang siap online/produksi, dengan 19 perusahaan, sedangkan Amerika Serikat diperkirakan ada 12 perusahaan yang siap online/produksi.

Wall Street Journal melaporkan bahwa Handel Jones, CEO dari perusahaan konsultan Amerika International Business Strategies, mengatakan bahwa pada 2017, chip domestik Tiongkok hanya menyumbang sekitar 13% dari permintaan chip domestik mereka. 

Pada 2022, proporsi ini diperkirakan akan meningkat menjadi 26%. Menurut media corong pemerintah Tiongkok bahwa Beijing terus berusaha untuk menggapai swasembada chip lebih dari 2 per 3 dari kebutuhan pada 2025.

Pihak berwenang Tiongkok telah menyiapkan dua dana tingkat nasional berjumlah total USD. 50 miliar untuk keperluan pengembangan proyek-proyek chip. Begitu pula dengan pemerintah daerah, mereka juga telah menyiapkan dana serupa.

Di Tiongkok, pembuat chip proses matang memenuhi syarat untuk menikmati keringanan pajak perusahaan hingga 10 tahun. Saat ini, sebagian besar proyek chip Tiongkok terkonsentrasi di bidang pembuatan chip proses matang (proses 28nm ke atas), menghindari chip proses canggih yang penelitian dan pengembangannya sedang difokuskan oleh perusahaan chip top dunia.

Chip proses matang mencakup banyak prosesor yang paling diminati saat ini, seperti chip  mikrokontroler yang menjalankan berbagai fungsi dasar, dan chip daya yang banyak digunakan di mobil, ponsel cerdas, dan peralatan elektronik lainnya.

Tetapi beberapa proyek chip yang secara resmi diinvestasikan oleh pihak berwenang Tiongkok tidak pernah diproduksi atau mengalami masalah lainnya yang sulit diatasi, jadi cuma membuang-buang duit. Selain itu, proyek-proyek tersebut juga sulit untuk merekrut cukup banyak insinyur asing, atau menghadapi tuntutan hukum dari perusahaan asing karena terkait dengan pencurian teknologi. (sin)