China Beige Book : Ekonomi Tiongkok Semakin Memburuk di Juli 2022

oleh Zhang Ting

Data ekonomi terbaru Tiongkok kembali membuat sakit kepala para pemimpin tinggi pemerintah Tiongkok. China Beige Book International (CBBI) menyebutkan bahwa ekonomi Tiongkok  Juli tahun ini, lagi-lagi memburuk dan memperingatkan bahwa optimisme pasar tentang rebound ekonomi Tiongkok terbukti salah tempat.

CBBI menyediakan data ekonomi independen. Menurut laporan terbaru CBBI bahwa laju produksi pabrik dan pesanan baru Tiongkok melambat sampai tingkat paling bawah sejak pertengahan tahun 2020, dan pekerjaan ritel juga mencatatkan rekor terburuk dalam lebih 2 tahun terakhir. Menurut CBBI, baik produsen dan pengecer mengeluh karena merosotnya pendapatan.

“(Masyarakat) perlu berhati-hati terhadap klaim pemulihan (ekonomi)  Juli. Pasar berpendapat bahwa pelonggaran terhadap penguncian komunitas berarti yang terburuk telah berakhir, namun data Juli menunjukkan bahwa sebagian besar bisnis masih menolak untuk berinvestasi, menggunakan dana pinjaman, dan terutama menolak rekrutmen sekarang”, tulis kepala eksekutif CBBI Leland Miller dalam sebuah pernyataannya. “

Hal ini mungkin disebabkan oleh para pelaku bisnis belum mau percaya bahwa mimpi buruk dari kebijakan Nol Kasus pemerintah Tiongkok sudah berakhir.

Survei CBBI menunjukkan bahwa pengecer menanggung beban terberat dari dampak wabah di Tiongkok, dengan pendapatan mereka yang turun selama 4 bulan berturut-turut. Pertumbuhan pendapatan industri jasa Juli tahun ini, tidak berubah jika dibandingkan dengan kuartal kedua tahun ini.

“Sektor ritel paling terpukul. Hampir pasti ada perusahaan di sektor ini yang mati”, tulis kepala ekonom CBBI Derek Scissors dalam sebuah pernyataan.

Setelah lockdown Kota Shanghai mulai dilonggarkan pada Juni, banyak tempat lain justru mengalami kenaikan jumlah kasus positif COVID-19, hal mana kian mengancam pemulihan ekonomi Tiongkok yang memang rapuh. 

Data yang dirilis oleh Biro Statistik Nasional Tiongkok pada 31 Juli 2022 menunjukkan, Kegiatan pabrik pada bulan Juli tahun ini di luar dugaan justru mengalami kontraksi. PMI atau indeks manajer pembelian industri manufaktur resmi turun ke 49,0 dari bulan sebelumnya (Juni) yang 50,2, menurun sampai di bawah garis pemisah antara kemakmuran dan penurunan yang 50 .

Selain itu, menurut data yang dirilis oleh penyedia data real estate Tiongkok “CRIC” pada  Minggu (31 Juli), bahwa penjualan dari 100 perusahaan real estat teratas Tiongkok di  Juli tahun ini turun sebesar 39,7% YoY, menjadi sebesar RMB. 523,14 miliar. Dan jika dibandingkan dengan penjualan bulan Juni tahun ini, penurunannya mencapai 28,6%.

Industri real estat Tiongkok sedang kacau belakangan ini akibat banyak proyek terbengkalai sehingga para pembeli lewat KPR marah, berunjuk rasa dan memutuskan untuk tidak membayar angsurannya. Peristiwa tersebut jelas berdampak negatif terhadap pasar real estat dan mempengaruhi kepercayaan pembeli potensial, yang akhirnya menyebabkan penurunan penjualan rumah pada Juli.

Pejabat tinggi pemerintah Tiongkok baru-baru ini mengatakan bahwa kebijakan Nol Kasus masih tetap diprioritaskan dalam mencegah penyebaran epidemi di Tiongkok. 

Pada 28 Juli, Politbiro, badan pembuat keputusan tertinggi Tiongkok, mengeluarkan pengumuman setelah pertemuan ekonomi triwulanan, memutuskan untuk tidak lagi menyinggung soal mewujudkan pencapaian pertumbuhan ekonomi yang 5,5%, tetapi menekankan perlunya untuk menjaga agar perekonomian paro kedua tahun ini bisa berjalan dalam kisaran yang wajar. 

Pertemuan itu hanya menghasilkan permintaan yang sifatnya makro, yaitu agar provinsi-provinsi ekonomi utama berani memimpin pertumbuhan, provinsi-provinsi yang berkualitas perlu mengupayakan agar mencapai tujuan pembangunan ekonomi dan sosial yang diharapkan. 

Kesimpulan-kesimpulan tersebut oleh masyarakat luas dibaca sebagai isyarat bahwa ekonomi Tiongkok tahun ini gagal mencapai pertumbuhan 5,5%. (sin)