Jumlah Pelajar Tiongkok yang Studi ke AS Turun Tajam

oleh Shi Jin dan Jin Shi 

Pada paruh pertama tahun ini, jumlah pelajar Tiongkok yang belajar ke Amerika Serikat turun lebih dari setengahnya dibandingkan dengan waktu sebelum adanya penyebaran COVID-19.  

Hari Kamis 11 Agustus Wall Street Journal dengan mengutip data dari Kementerian Luar Negeri AS melaporkan, bahwa dalam 6 bulan pertama tahun ini, AS mengeluarkan sekitar 31.000 visa F-1 untuk warga negara Tiongkok, angka ini menurun lebih dari 50% jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2019 di mana visa F-1 yang dikeluarkan mencapai 64.000.

Epidemi  tidak diragukan lagi merupakan alasan utama anjloknya jumlah visa pelajar ke Amerika Serikat. Dengan semakin meluasnya penyebaran epidemi, Amerika Serikat telah memberlakukan pembatasan perjalanan yang ketat, sehingga kedutaan besar dan konsulat AS di Tiongkok telah menangguhkan layanan visa, karena itu, sulit bagi para siswa Tiongkok untuk mendapatkan visa AS.

Selain itu, larangan yang dikeluarkan oleh mantan Presiden AS Trump juga menjadi alasan pembatasan pelajar Tiongkok studi ke Amerika Serikat.

Frank Tian Xie, ​​​​seorang profesor Aiken School of Business di University of South Carolina mengomentari : “Sebenarnya, pemerintah Tiongkok mengharapkan banyak siswa mereka menuntut ilmu di Amerika Serikat, terutama bagi mereka yang belajar berminat di bidang sains dan teknologi, seperti penerbangan, kedirgantaraan, teknologi mutakhir, padahal pemerintah Amerika Serikat telah membatasi keikutsertaan pelajar dari Tiongkok. Jadi ini juga salah satu alasan menurunnya keinginan pelajar datang ke AS”.

Pada tahun 2020, pemerintahan Trump melarang pelajar dan peneliti Tiongkok yang memiliki hubungan dengan entitas militer memasuki Amerika Serikat, yang mengakibatkan penolakan visa bagi banyak pelajar Tiongkok. Larangan itu masih berlaku hingga saat ini.

Penurunan tajam jumlah calon mahasiswa asal Tiongkok jelas mempengaruhi pendapatan beberapa universitas Amerika Serikat. Menurut data “Open Doors Report” dari American Institute of International Education, mahasiswa Tiongkok menyumbangkan nilai ekonomi sebanyak USD. 15,9 miliar ke universitas-universitas Amerika pada tahun akademik 2019 – 2020.

Namun, Profesor Frank Tian Xie percaya bahwa dibandingkan dengan kerugian ekonomi ini, pecundang terbesar tetap bukanlah Amerika Serikat, tetapi PKT.

“Pecundang terbesar adalah PKT, karena PKT telah kehilangan saluran bagi warganya untuk memperoleh pengetahuan dan keterampilan Barat yang lebih maju daripada mereka, kehilangan saluran untuk mencuri teknologi dan intelijen dari Amerika Serikat”, katanya.

Tetapi pada kenyataannya, untuk bagi banyak universitas di Amerika Serikat, ini bukan masalah serius. Tidak berarti bahwa operasional universitas Amerika Serikat bergantung dari biaya kuliah  mahasiswa asal Tiongkok. Tidak seperti itu. (sin)