Tambahan Hukuman bagi Aung San Suu Kyi dan Duta Besar Myanmar Tewas Mendadak Usai Kunjungi Wang Yi

 oleh Luo Tingting

Menteri Luar Negeri Tiongkok Wang Yi baru-baru ini mengunjungi Myanmar. Ini adalah kunjungan pertama pejabat tingkat tinggi PKT sejak kudeta pemerintah militer Myanmar. Namun tak lama setelah kedatangan Wang Yi, mantan pemimpin Myanmar yang terpilih secara demokratis Aung San Suu Kyi mendapat tambahan hukuman penjara selama 6 tahun. Selain itu, duta besar Myanmar untuk Tiongkok meninggal secara tak terduga.

Aung San Suu Kyi mendapat tambahan hukuman penjara selama 6 tahun

Wang Yi berkunjung ke Myanmar pada 4 Juli tahun ini. Sebulan kemudian, pengadilan setempat pada 15 Agustus menjatuhkan lagi vonis hukuman tambahan 6 tahun dari hukuman semula yang 11 tahun kepada Aung San Suu Kyi atas 4 dakwaan korupsi. Sehingga total hukumannya menjadi 17 tahun penjara.

Keempat tuduhan korupsi terhadap Aung San Suu Kyi termasuk penyalahgunaan kekuasaan, menyewa tanah komunal di bawah harga pasar, dan menggunakan sumbangan amal untuk membangun rumah dan lainnya.

Persidangan diadakan secara tertutup dengan media dan publik dilarang masuk untuk mengikuti jalannya persidangan. Junta militer juga melarang pengacara Aung San Suu Kyi mengungkapkan informasi tentang persidangan.

Aung San Suu Kyi telah membantah semua tuduhan dan pengacaranya diperkirakan akan mengajukan banding.

Sebelumnya, pengadilan setempat menghukum Aung San Suu Kyi 11 tahun penjara karena tuduhan korupsi, menghasut massa melawan militer, melanggar peraturan pencegahan epidemi COVID-19, dan melanggar undang-undang telekomunikasi. Para analis mengatakan bahwa pemerintah militer telah mengajukan sejumlah tuduhan terhadap Aung San Suu Kyi dan para pendukungnya dalam upaya untuk melegitimasi perebutan kekuasaan mereka dan mengeluarkan Aung San Suu Kyi dari politik menjelang pemilihan yang dijadwalkan tahun depan.

Aung San Suu Kyi yang berusia 77 tahun telah ditahan dalam sel isolasi oleh pemerintah militer Myanmar. Dia masih juga perlu menghadapi tuduhan lain, termasuk pelanggaran kerahasiaan resmi dan penipuan pemilu. Jika semua tuduhan tersebut terbukti, maka pemenang Hadiah Nobel Perdamaian ini akan menghadapi hukuman total lebih dari 100 tahun penjara.

Duta Besar Myanmar untuk Tiongkok meninggal dunia secara tiba-tiba 

Hal yang patut disebutkan di sini bahwa setelah kunjungan Wang Yi ke Myanmar, Duta Besar Myanmar untuk Tiongkok, U Myo Thant Pe meninggal mendadak di Kota Kunming, Tiongkok pada 7 Agustus.

Pada 8 Agustus, Kementerian Luar Negeri Myanmar menerbitkan berita tentang kematian Duta Besar U Myo Thant Pe di media resmi, tetapi tidak menyebutkan penyebab kematiannya.

Reuters melaporkan bahwa diplomat di Beijing dan laporan media Myanmar berbahasa Mandarin menyebutkan, Duta Besar mungkin meninggal karena serangan jantung.

Menurut laporan berita lokal, U Myo Thant Pe masih tampil pada 6 Agustus, ketika dia bertemu dengan seorang pejabat lokal di Provinsi Yunnan, yang berbatasan dengan Myanmar. Tetapi ia meninggal dalam pesawat yang membawanya kembali ke Beijing dari Kunming pada 7 Agustus. Ada dugaan bahwa ia meninggal karena gagal jantung mendadak.

U Myo Thant Pe adalah mantan direktur departemen konsuler dan hukum Kementerian Luar Negeri Myanmar, dan mantan Duta Besar Myanmar untuk Jepang. Pada tahun 2019, ia diangkat sebagai Duta Besar untuk Tiongkok, dan ia tetap tinggal setelah militer Myanmar mengambil alih kekuasaan dalam kudeta pada Februari 2021.

Wang Yi ke Myanmar untuk menarik hubungan lebih dekat 

Pada 4 Juli Wang Yi berkunjung ke Myanmar untuk menemui Menteri Luar Negeri Myanmar Wunna Maung Lwin. Ini adalah kunjungan pertama petinggi Tiongkok ke Myanmar sejak kudeta pemerintah militer.

Menurut pernyataan yang dirilis Kementerian Luar Negeri Tiongkok bahwa dalam pertemuan mereka Menlu Wang Yi mengatakan : Hubungan Tiongkok – Myanmar kokoh bagaikan batu karang yang sulit untuk dapat dibelah. Sedangkan Menlu Wunna Maung Lwin mengatakan : Pemerintah Myanmar mendukung sikap Beijing dalam menangani isu Taiwan, Hongkong, Tibet, Xinjiang dan hak asasi manusia lainnya.

Pernyataan itu tidak menyebutkan apakah kedua belah pihak membahas soal Aung San Suu Kyi yang ditahan oleh junta militer, atau apakah Wang Yi telah bertemu dengan pemimpin junta Myanmar Min Aung Hlaing.

Myanmar mengalami kudeta militer pada Februari 2021, dan  menggulingkan pemerintah terpilih. Mantan Penasihat Negara Aung San Suu Kyi dan pejabat terpilih lainnya ditangkap dan dijatuhi hukuman.

Perlu disebutkan bahwa menjelang terjadinya kudeta militer Myanmar, Menlu Wang Yi telah berkunjung ke Myanmar pada 12 Januari 2021. Ia selain menemui Presiden Myanmar dan Aung San Suu Kyi, tetapi juga bertemu dengan kepala militer Myanmar yang pro-Beijing, Min Aung Hlaing.

Demi menarik dekat hubungannya dengan Min Aung Hlaing, Wang Yi menyebutkan bahwa PKT dan Myanmar adalah “saudara”. Selain itu ia juga mengatakan bahwa kunjungannya kali ini adalah untuk bertukar pandangan tentang langkah selanjutnya dalam pengembangan hubungan kedua negara. 

Min Aung Hlaing secara langsung memberi tahu Wang Yi saat itu bahwa militer melihat ada kecenderungan terjadi kecurangan dalam pemilihan umum yang diadakan pada November 2020, untuk itu militer Myanmar bermaksud untuk melakukan suatu tindakan. Namun tidak jelas bagaimana tanggapan Wang Yi pada saat itu.

Tiongkok adalah salah satu investor terbesar di Myanmar (juga pemasok utama senjata buat militer Myanmar). Inisiatif Sabuk dan Jalan yang diikuti Myanmar termasuk pembangunan jaringan pipa minyak untuk mensuplai energi vital bagi Beijing. Sebuah dokumen pemerintah Myanmar yang bocor menunjukkan bahwa pejabat Tiongkok minta pemerintah militer Myanmar bisa menjamin keamanan pipa tersebut.

“Beijing tidak peduli pemerintah mana yang berkuasa di Myanmar, tetapi menginginkan pemerintahan Myanmar yang mampu melindungi proyek-proyek Tiongkok dan kepentingan Beijing”, kata Richard Horsey, seorang analis Kelompok Krisis Internasional di Myanmar.

Media Myanmar “The Irrawaddy” mengutip analisis Sun Yun, seorang ahli hubungan Myanmar – Tiongkok di Stimson Center, sebuah think tank Amerika Serikat memberitakan bahwa sikap Beijing terhadap pemerintah militer Myanmar adalah “siapa saja (yang berkuasa) pokoknya yang mampu melindungi kepentingan dan geografi Beijing. Siapa saja pokoknya yang mampu melindungi kepentingan dan tujuan geopolitiknya Beijing di Myanmar”. (sin)