PM. Li Keqiang Mendorong Lagi 19 Kebijakan “Penstabil Ekonomi”, Pakar : Masalah Sulit Diatasi

 oleh Zhao Fenghua dan Luo Ya

Dalam pertemuan ekonomi di Dewan Negara Tiongkok pada  Rabu (24 Agustus), Perdana Menteri Li Keqiang menambahkan 19 kebijakan baru untuk “menstabilkan ekonomi”. Tetapi para ahli menunjukkan bahwa ekonomi Tiongkok menghadapi kesulitan serius yang belum pernah terjadi sebelumnya.

Dalam pertemuan itu Li Keqiang mengatakan penerapan 19 kebijakan tambahan ini adalah untuk “menstabilkan ekonomi”. Ia juga secara khusus menekankan bahwa stabilitas real estat, perusahaan swasta, dan ekonomi platform tetap harus dipertahankan. Sejak paruh pertama tahun ini, otoritas Tiongkok telah menerapkan 33 kebijakan baru yang kesemuanya adalah dalam upaya untuk menstabilkan perekonomian yang memburuk.

Davy Jun Huang, seorang ekonom yang berbasis di Amerika Serikat mengatakan kepada NTDTV pada 25 Agustus, bahwa kebijakan ekonomi yang cukup banyak dilakukan PM. Li Keqiang itu mencerminkan bahwa situasi ekonomi Tiongkok sangat pesimistis.

David Jun Huang menunjukkan bahwa dalam sepuluh tahun terakhir, pemerintah komunis Tiongkok selalu mendorong “BUMN menggantikan BUMS”, sehingga ruang gerak bagi badan usaha milik swasta kian lama kian menyempit, bahkan menjurus ke sulit untuk bertahan.

“Jadi sekarang telah terbukti bahwa penerapan strategi “BUMN menggantikan BUMS” yang berlangsung selama 10 tahun terakhir ini sekarang menemui masalah besar”, katanya.

David Jun Huang mengatakan bahwa ekonomi Internet dan real estat juga menghadapi masalah penindasan yang berlebihan dari otoritas Tiongkok.

Apalagi, dalam 1 hingga 2 tahun terakhir ini keduanya terus ditekan dan perusahaan aplikasi Internet, seperti Alibaba, Tencent, JD.com, Taobao, dan perusahaan platform lainnya terus diawasi serta dikendalikan.

Terbukti bahwa penindasan di masa lalu, entah karena arah penindasannya yang mungkin membias, atau penindasan yang terlalu berlebihan, sehingga dipandang perlu untuk menghidupkan kembali pasar real estat. Sebaliknya, kita juga dapat menebak-nebak bahwa itu mungkin disebabkan oleh situasi ekonomi Tiongkok yang sangat tidak optimis, sangat buruk saat ini.

Gong Shengli, seorang ekonom independen di Tiongkok mengatakan kepada NTDTV pada 25 Agustus, bahwa menurut data yang dikumpulkan Kementerian Keuangan Tiongkok, pada paruh pertama tahun ini, tidak ada satu pun provinsi atau kota di Tiongkok yang operasionalnya menghasilkan laba, semuanya merugi.

“Jadi, bagaimana perekonomian Tiongkok akan bergulir di masa mendatang ? Masalah yang dihadapi ini sangat serius dan belum pernah terjadi sebelumnya”, kata Gong Shengli. (sin)