Tiongkok Lockdown Pasar Elektronik Terbesar Dunia di Bawah Kebijakan ‘Zero-COVID’

Alex Wu

Partai komunis Tiongkok (PKT) yang berkuasa kembali me-lockdown pasar elektronik terbesar di dunia dan distrik perkotaan di kota besar Shenzhen, yang merupakan pusat ekonomi Tiongkok. Sementara itu,  think tank Tiongkok memperingatkan resiko besar terhadap ekonomi dan meminta pihak berwenang  mengubah kebijakan “nol-COVID” demi membantu perekonomian.

Setelah 11 kasus COVID-19 lokal varian Omicron secara resmi dilaporkan oleh pihak berwenang di Shenzhen pada 29 Agustus, tiga dari sepuluh distrik kota yakni Futian, Longgang, dan Luohu langsung di-lockdown.

Futian menduduki peringkat kedua dalam kontribusinya terhadap PDB Shenzhen pada tahun 2021, Longgang peringkat ketiga, dan Luohu peringkat keenam. Ketiga distrik tersebut menghasilkan lebih dari 40 persen PDB Shenzhen.

Menurut sensus Tiongkok 2020, penduduk Futian berjumlah 1,55 juta jiwa, distrik Longgang 4 juta jiwa dan distrik Luohuo 1,14 juta jiwa.

Tak satupun dari 11 pasien yang terinfeksi bermukim atau  mengunjungi distrik Longgang. Namun demikian, distrik-distrik itu masih ditutup.

Kegiatan produksi dan bisnis telah dihentikan, dan semua penduduk di distrik  diminta untuk melakukan tes PCR setiap hari selama empat hari ke depan. Enam jalur kereta bawah tanah dan 24 stasiun kereta bawah tanah juga  ditutup di kota berpenduduk 18 juta orang itu.

Penutupan Pasar Elektronik Terbesar Dunia

Pasar elektronik terbesar di dunia—kawasan bisnis Huaqiangbei, yang terletak di Distrik Futian—juga  ditutup, menghentikan perdagangan suku cadang elektronik.

Pemerintah setempat mengumumkan pasar akan ditutup hingga 2 September. Pasar tersebut memiliki ribuan stan yang menjual microchip, suku cadang telepon, dan komponen lainnya kepada produsen.

Langkah-langkah pengendalian COVID-19 yang ekstrem dari PKT— kini telah menempatkan 6,70 juta jiwa di tiga distrik Shenzhen di bawah penguncian atas 11 kasus yang dilaporkan—kini menimbulkan keluhan secara luas.

Seorang warga Shenzhen bermarga Yang mengatakan kepada NTD pada 30 Agustus bahwa dirinya tidak bisa keluar, ia tidak bisa membeli sayuran. Pengendalian sudah meningkat. Pertama, mereka mengatakan penguncian selama tiga hari. Kemudian diperpanjang, dan akan diperpanjang lagi dan lagi.”

Penduduk Shenzhen lainnya, yang tidak menyebutkan namanya karena alasan keamanan, mengatakan kepada NTD, bahwa dalam beberapa tahun terakhir, semua orang di Shenzhen tidak dapat menghasilkan uang. Entah gaji mereka dikurangi atau mereka diberhentikan. Banyak perusahaan tutup, dan banyak anak-anak tidak bersekolah [karena lockdown]. Ia sekarang bahkan tidak mengetahui  apa yang ada di Shenzhen  yang layak untuk tinggal.”

Langkah-langkah pengendalian COVID-19  terbaru diperketat, mengikuti kunjungan dan pidato Perdana Menteri  Li Keqiang baru-baru ini di Shenzhen. Li menyatakan bahwa rezim akan melanjutkan kebijakan keterbukaan mantan pemimpin PKT Deng Xiaoping yang berfokus pada pengembangan ekonomi. Di bawah kebijakan Deng dan dengan bantuan asing, Shenzhen dengan cepat menjadi pusat ekonomi hanya dalam beberapa dekade.

Mengenai pesan kontradiktif yang dikirim oleh PKT, komentator  yang berbasis di Kanada Wen Zhao menunjukkan dalam acara bincang-bincangnya di YouTube, hal demikian mencerminkan pertikaian yang intensif antara faksi-faksi politik PKT sebelum kongres partai  pada Oktober mendatang.

Langkah-langkah yang diperketat di Shenzhen menunjukkan bahwa langkah “nol-COVID” dan kebijakan isolasi Xi Jinping, lebih unggul daripada pembukaan dan pengembangan garis partai ekonomi yang diwakili oleh Perdana Menteri Li.

Risiko Menghentikan Ekonomi

Sementara itu,  Anbound Research Center, sebuah wadah pemikir Tiongkok yang berbasis di Beijing, menerbitkan sebuah laporan yang menunjukkan bahwa “ekonomi Tiongkok berisiko terhenti” karena “dampak kebijakan pencegahan dan pengendalian epidemi.”

Lembaga itu meminta rezim Tiongkok untuk mengubah kebijakan “nol-COVID” yang menyebabkan penutupan kota-kota dan gangguan perdagangan, demi mencegah “kemacetan ekonomi” pada paruh kedua tahun ini.

Laporan itu diterbitkan di akun resmi Anbound di media sosial WeChat dan Sina Weibo pada 28 Agustus tetapi dihapus dari kedua platform sehari setelahnya. (asr)