Pernyataan Rusia : Li Zhanshu Berjanji Mendukung Tindakan Rusia Terhadap Ukraina

oleh Jing Zhongming

Li Zhanshu, anggota Komite Tetap Biro Politik Partai Komunis Tiongkok dan ketua Kongres Rakyat Nasional mengunjungi Rusia dari 7 hingga 10 September. Ia pertama kali singgah di Vladivostok, Rusia untuk berpartisipasi dalam Forum Ekonomi Timur tahun 2022 (Eastern Economic Forum) yang diadakan oleh Rusia, dan bertemu dengan Presiden Vladimir Putin, kemudian melanjutkan perjalanan ke Moskow untuk menemui Ketua Duma Negara Rusia Vyacheslav Volodin,  Ketua Dewan Federasi Majelis Federal Federasi Rusia Valentina Matviyenko, serta para penanggung jawab kelima partai dalam Duma Negara Rusia.

Menurut sebuah pernyataan yang dikeluarkan oleh Duma Negara Rusia, bahwa dalam Li Zhanshu dalam pertemuan mereka dengan jelas menyampaikan keyakinannya dengan mengatakan : “Tiongkok memahami dan mendukung Rusia pada isu-isu terutama situasi di Ukraina yang mengenai kepentingan vital Rusia”.

Dalam pernyataan itu disebutkan bahwa Li Zhanshu mengatakan, Amerika Serikat dan NATO sedang memperluas kehadiran mereka di dekat perbatasan Rusia yang sangat mengancam Rusia. Sehingga kami sepenuhnya memahami bahwa semua tindakan yang diambil Rusia itu perlu untuk melindungi kepentingan utamanya, dan kami tetap akan memberikan bantuan yang dibutuhkan.

Li Zhanshu menambahkan : “Mengenai isu Ukraina, kita telah melihat bagaimana mereka (Amerika Serikat dan NATO) menempatkan Rusia dalam situasi yang sangat sulit. Dalam hal ini, Rusia telah membuat pilihan penting dan membuat keputusan tanggapan yang tegas”.

Namun, dalam siaran pers yang dikeluarkan oleh Kantor Berita Xinhua Tiongkok, Li Zhanshu hanya menyatakan secara umum bahwa Tiongkok dan Rusia bersedia untuk saling mendukung terutama dalam isu-isu mengenai kepentingan inti dan isu-isu utama yang menjadi perhatian. Tetapi sama sekali tidak menyinggung soal isu Ukraina.

Selain itu, dalam pernyataan yang dikeluarkan pihak Tiongkok juga menyebutkan bahwa Li Zhanshu berterima kasih kepada pihak Rusia atas dukungan kuatnya kepada Tiongkok dalam isu Taiwan, dan baik Vyacheslav Volodin maupun Valentina Matviyenko keduanya juga mengutuk kunjungan Nancy Pelosi ke Taiwan. Namun, dalam pernyataan Duma Negara Rusia hanya disebutkan bahwa Rusia mengutuk tindakan AS terhadap Tiongkok, dan sama sekali tidak menyinggung soal isu Taiwan.

Menjelang invasi Rusia ke Ukraina, Tiongkok menegaskan kembali bahwa “kerjasama Tiongkok – Rusia tidak mengenal batas atas”. Namun setelah perang meletus, Beijing juga masih terus menyampaikan dukungannya melalui opini publik, ekonomi dan diplomasi, bahkan berpartisipasi dalam latihan militer bersama. Namun dalam retorika publik, para pejabat Partai Komunis Tiongkok bersikeras bahwa mereka “tetap netral” dalam isu perang Rusia – Ukraina.

Sebelumnya, para pejabat Rusia telah berulang kali membesar-besarkan dukungan yang dijanjikan Beijing kepada Moskow dalam perang Rusia-Ukraina, sementara pihak Beijing telah berulang kali “menyanggah rumor” tersebut. Misalnya, tulisan dalam Weibo akun resmi kedutaan Rusia untuk Tiongkok baru-baru menyanyikan tulisan pujian terhadap drone DJI buatan Tiongkok yang memiliki fungsi luar biasa untuk penggunaan militer. Tak lama kemudian pihak DJI langsung membantah dengan menyebutkan bahwa dronenya hanya dirancang untuk penggunaan warga sipil.

Kunjungan Li Zhanshu ke Rusia kali ini dipercayakan sebagai “pembuka jalan” bagi pertemuan antara Xi Jinping dengan Putin di Uzbekistan nanti. VOA melaporkan bahwa langkah tersebut menunjukkan sikap Tiongkok untuk tetap mendukung Rusia, setelah berulang kali permintaan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky untuk bertemu dengan Xi Jinping tidak ditanggapi.

Selain itu, pertemuan Li Zhanshu dengan Putin di Vladivostok juga menarik perhatian publik. Mengingat Haishenwei awalnya adalah wilayah Tiongkok yang pada tahun 1860 oleh pemerintah Dinasti Qing diserahkan kepada Kekaisaran Rusia, kemudian Rusia mengubah namanya menjadi Vladivostok, yang berarti “menaklukkan Timur”.

Li Zhanshu secara terbuka menyatakan di Vladivostok bahwa Tiongkok dan Rusia akan melakukan “kerja sama menyeluruh” dan bahwa Beijing bersedia membantu Rusia mengembangkan “ekonomi Timur Jauh” dan sebagainya.

Faktanya, di Timur Jauh Rusia, sebagian besar wilayah Dinasti Qing, termasuk Vladivostok, telah dijarah oleh Kekaisaran Rusia di era pemerintah Dinasti Qing. Kemudian, Jiang Zemin, mantan Sekjen Partai Komunis Tiongkok menandatangani perjanjian dengan Rusia yang setuju sepenuhnya melepaskan hak untuk mengambil kembali wilayah-wilayah tersebut dari pemerintah Rusia.

Pemerintah Dinasti Qing menyerahkan tanah yang luas di Timur Jauh (diwarnai garis hitam) kepada Kekaisaran Rusia. (foto Internet)