Presiden Timor Leste Kritik Pemimpin Pulau Solomon Soal Pakta Keamanan dengan Beijing

Henry Jom

Presiden Timor Leste Jose Ramos-Horta mengkritik keras Perdana Menteri Pulau Solomon Manasseh Sogavare atas penandatanganan pakta keamanannya dengan Beijing sambil mendesak para pemimpin pasifik yang “serius” untuk menjadi “peka” terhadap tetangga mereka.

“Jangan membawa kekuatan ekstrateritorial, regional, kepentingan yang mungkin tidak diterima oleh tetangga kita,” kata Ramos-Horta, peraih Nobel Perdamaian dan presiden Timor Leste di National Press Club pada 7 September.

Ia mengatakan, setiap pemimpin Timor yang rasional tidak akan pernah melakukan apa pun tanpa mempertimbangkan kepekaan tetangga Anda. Jadi itu akan menjadi pesan saya kepada saudara-saudara saya di pulau-pulau pasifik. 

 Ramos-Horta menyampaikan pernyataannya sehari setelah Sogavare mengecam Menteri Luar Negeri Australia Penny Wong karena menawarkan untuk mendanai pemilihan negaranya, menyebut tawaran itu “campur tangan asing” dan “serangan” terhadap demokrasi Solomon.

“Waktu pengumuman media publik oleh pemerintah Australia sebenarnya merupakan strategi untuk mempengaruhi bagaimana anggota Parlemen akan memberikan suara pada RUU ini,” tambahnya.

Menteri Luar Negeri Penny Wong membela tindakan pemerintahnya ketika ditekan di Senat, dengan mengatakan tawaran bantuan itu menghormati kedaulatan negara kepulauan itu.

“Dukungan terhadap pemilu yang diadakan saat pemerintah dan parlemen Kepulauan Solomon menentukan kapan pemilu itu akan dilaksanakan, merupakan tawaran untuk menghormati kedaulatan Kepulauan Solomon,” ujarnya.

“Sudah menjadi praktik lama pemerintah dari kedua persuasi politik untuk memberikan dukungan bagi proses demokrasi di Kepulauan Solomon.”

Namun demikian, Sogavare mengatakan dia akan menerima tawaran Australia, sementara kritiknya terhadap Australia  dipandang sebagai “amunisi” untuk mengalihkan perhatian dari masalah internal negara itu, demikian laporan The Examiner.

Sementara itu, keputusan pasukan Australia, Selandia Baru, dan Fiji untuk turun tangan dipandang oleh beberapa ahli sebagai mengurangi tekanan kepada Sogavare dan memberinya ruang bernapas untuk menenangkan Kabinetnya dan memperdalam hubungan dengan Beijing.

Sogavare dijadwalkan melakukan kunjungan resmi ke Australia pada Oktober.

Kekhawatiran Baru terhadap Pesatnya  Pengaruh Beijing

Kritik Ramos-Horta terhadap Sogavare berawal kepada perjanjian keamanan yang ditandatangani pada April antara Kepulauan Solomon dan Beijing.

Perjanjian tersebut akan memungkinkan pasukan, senjata, dan kapal angkatan laut Partai Komunis Tiongkok ditempatkan di Kepulauan Solomon—terletak di dekat Australia, Selandia Baru, dan wilayah Guam AS.

Selain itu, penolakan izin berlabuh baru-baru ini dari kapal patroli Inggris HMS Spey dan Penjaga Pantai AS Oliver Henry, telah memicu kecurigaan lebih lanjut tentang infiltrasi Beijing.  Hal demikian  dijelaskan oleh pakar Pasifik Selatan Cleo Paskal sebagai permainan kekuatan terbaru Sogavare.

Meskipun demikian, Ramos-Horta sebelumnya mengatakan bahwa negaranya akan “mempertimbangkan kemitraan dengan investor Tiongkok” jika pemerintah Australia menolak untuk memiliki pipa gas yang dibangun dari Laut Timor di ladang gas Greater Sunrise ke pantai selatan negara itu.

Sejak itu, Ramos-Horta  kembali menjajakan pernyataan ini, dengan mengatakan bahwa ia kemungkinan akan mencari pendanaan dari Indonesia dan melihat ke Korea Selatan dan Jepang.

Pada 3 Juni, Timor Leste menandatangani serangkaian perjanjian dengan Beijing di bidang ekonomi, pengembangan kapasitas, infrastruktur, pertanian, kesehatan, dan media. Namun, Ramos-Horta telah mengesampingkan pakta keamanan dengan Beijing. 

Ramos-Horta saat ini berada di Australia dalam kunjungan resmi selama lima hari, saat ia berdiskusi dengan para pemimpin tentang perkembangan ekonomi negaranya dan stabilitas regional. (asr)

Daniel Y. Teng berkontribusi pada laporan ini.