OPEC+ akan Memangkas Produksi Guna Mendorong Kenaikan Harga Minyak, Gedung Putih Kecewa

oleh Xia Yu

OPEC+ memutuskan untuk memangkas produksi minyak demi menjaga harga minyak agar tidak jatuh lebih lanjut pada Rabu (5/10). Langkah itu dapat memberikan pukulan lain bagi ekonomi global yang sedang melamban selain mendorong kenaikan harga minyak yang akan menambahkan masalah sensitif politik lainnya ke pemilihan paruh waktu AS.

Para menteri energi yang bergabung dalam OPEC+ mengadakan pertemuan muka di Wina dan memutuskan pemangkasan produksi minyak sebanyak 2 juta barel per hari mulai bulan depan (November). Keputusan pengurangan ini ternyata lebih besar dari perkiraan para pengamat sebelumnya.

OPEC+ mengatakan bahwa keputusan itu didasarkan pada “ketidakpastian seputar prospek ekonomi global dan pasar minyak”, Menteri Energi Saudi Abdulaziz bin Salman menyoroti peran kartel yang dinyatakan sebagai penjaga pasar energi yang stabil.

Kepada para wartawan yang meliput ia mengatakan : “Kami di sini sebagai kekuatan moderat, berharap membawa stabilitas”.

Langkah OPEC+ merupakan pembalikan besar dalam kebijakan produksi aliansi, ketika permintaan akan minyak menurun karena pandemi COVID-19 pada tahun 2020, OPEC+ telah memangkas produksi dengan rekor 10 juta barel per hari. Setelah itu, Kartel minyak secara bertahap menaikkan kembali produksi.

OPEC+ mengacu pada Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan produsen lain seperti Rusia.

Harga minyak diperdagangkan jauh di bawah puncak musim panas di tengah kekhawatiran bahwa ekonomi global utama seperti AS atau Eropa akan jatuh ke dalam resesi karena inflasi yang tinggi, kenaikan suku bunga dan ketidakpastian atas perang di Ukraina.

Pemerintahan Joe Biden telah berulang kali menekan OPEC+ untuk meningkatkan produksi dan menurunkan harga minyak menjelang pemilihan paruh waktu AS pada bulan November mendatang. Keputusan terbaru OPEC+ yang memangkas produksi minyak mulai November jelas akan membalikkan penurunan harga minyak saat ini.

OPEC+ akan kembali mengadakan pertemuan pada 4 Desember.

Harga minyak naik ke level tertinggi dalam 3 pekan

Brent, patokan internasional yang melewati sebagian besar musim panas dengan harga di atas USD. 100 per barel, dalam beberapa hari terakhir turun ke level USD. 84.

Pada Rabu 5 Oktober, harga minyak naik ke level tertinggi dalam 3 pekan terakhir.

Minyak mentah Brent naik USD. 1,57 atau 1,7%, menjadi USD. 93,37 per barel. Minyak mentah Brent mencapai harga tertinggi intraday  USD. 93,96 per barel, tertinggi sejak 15 September tahun ini.

Minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS naik USD. 1,24 atau 1,4%, menjadi USD. 87,76 per barel. Dalam perdagangan ia sempat menyentuh harga USD. 88,42 per barel, tertinggi sejak 15 September tahun ini.

Harga minyak Baik Brent dan WTI telah meningkat tajam selama dua hari terakhir.

Harga minyak menurun menjadi USD. 90 dari USD. 120  tiga bulan lalu di tengah kekhawatiran tentang resesi global, kenaikan suku bunga The Fed dan nilai tukar dolar AS yang menguat. Pemotongan produksi 2 juta barel per hari (bph) oleh OPEC+ diyakini dapat meningkatkan harga minyak.

Fiona Cincotta, analis pasar keuangan senior di City Index mengatakan bahwa harga minyak telah naik minggu ini di tengah ekspektasi pengurangan produksi OPEC+.

“Mengingat beberapa negara anggota gagal memenuhi kuota produksi mereka, dampak nyata dari pemotongan produksi dalam jumlah besar akan lebih kecil”, tambah Fiona Cincotta.

Pada  Agustus tahun ini, karena beberapa negara sudah memproduksi jauh di bawah kuota yang ditentukan, OPEC+ gagal mencapai target produksinya sebesar 3,58 juta barel per hari.

“Kami pikir target produksi baru sebagian besar akan ditanggung oleh negara-negara inti Timur Tengah yang dipimpin oleh Arab Saudi, Uni Emirat Arab dan Kuwait”, kata Jorge Leon, analis Rystad Energy.

Menteri Energi Saudi Abdulaziz bin Salman (tengah) menyoroti peran mapan kartel sebagai penjaga pasar energi yang stabil. (Vladimir Simicek/AFP)

Gedung Putih : Presiden Biden kecewa dengan keputusan pengurangan produksi

Gedung Putih dalam sebuah pernyataannya menyebutkan : Presiden (Biden) kecewa dengan keputusan picik OPEC+ untuk memangkas kuota produksi sementara ekonomi global bergulat dengan dampak negatif lanjutan dari invasi Rusia ke Ukraina.

Pada saat sangat perlu untuk menjaga pasokan energi global, keputusan ini akan memiliki dampak negatif terbesar pada negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah yang sudah terhuyung-huyung akibat kenaikan harga energi. Demikian pernyataan Gedung Putih.

Selain itu Gedung Putih juga menyataan bahwa pemerintahan Biden akan bekerja dengan Kongres untuk mengembangkan lebih banyak sarana demi mengurangi kontrol OPEC atas harga energi global.

Biden telah mengarahkan Kementerian Energi AS untuk melepaskan 10 juta barel lagi dari Cadangan Minyak Strategis bulan depan. Kata Gedung Putih.

Para pejabat AS mengatakan bahwa Washington ingin menurunkan harga minyak dengan sebagian alasannya adalah untuk menurunkan pendapatan Moskow dari penjualan minyaknya.

Inflasi yang tinggi adalah masalah besar bagi Biden dan melemahkan peluang Demokrat untuk memenangkan pemilihan paruh waktu AS. Biden sedang mencoba untuk mendapatkan kredibilitas dengan menurunkan harga bensin dari puncaknya pada bulan Juni yang rata-rata USD. 5,02. Namun, masyarakat AS yang telah mengalami hidup dengan harga minyak yang rendah di era pemerintahan Trump, tetap tidak senang dengan harga minyak hari ini, meskipun sudah turun sedikit.

Pasokan minyak kemungkinan akan menghadapi pengurangan lebih lanjut dalam beberapa bulan mendatang, ketika sebagian besar larangan Eropa atas impor Rusia akan mulai berlaku pada  Desember tahun ini.

Uni Eropa pada Rabu menyetujui sanksi baru yang diperkirakan akan mencakup pembatasan harga minyak Rusia. Jika Rusia kemudian membalas dengan menolak mengirimkan minyak ke negara-negara dan perusahaan-perusahaan yang memberlakukan batas harga, itu bisa semakin mengurangi pasokan.

Harga minyak sempat melonjak pada musim panas ini di tengah kekhawatiran bahwa pasokan minyak Rusia hilang karena sanksi atas invasi negara itu ke Ukraina, tetapi permintaan minyak mentah telah terbebani oleh kekhawatiran atas resesi yang dihadapi oleh negara ekonomi utama dan pembatasan COVID-19 Tiongkok, sehingga harga minyak turun dari puncaknya pada musim panas tahun ini.

Bagaimana pandangan para analis ?

Situs keuangan CNBC melaporkan : Analis energi mengatakan bahwa dampak aktual dari pengurangan produksi yang dibuat OPEC+ mungkin tidak signifikan. Pengurangan produksi mungkin hanya dilakukan secara sepihak oleh negara-negara seperti Arab Saudi, Uni Emirat Arab, Irak dan Kuwait.

Selain itu, analis juga mengatakan bahwa sulit bagi OPEC+ untuk memberikan panduan, membentuk opini kepada anggotanya guna menghadapi situasi satu atau dua bulan ke depan, karena pasar energi menemui ketidakpastian atas pengenaan lebih banyak sanksi Eropa terhadap produsen non-OPEC Rusia – termasuk beban asuransi pengiriman, pembatasan harga, dan pengurangan impor minyak. 

Stephen Brennock, analis senior di PVM Oil Associates, London dalam sebuah laporan penelitian menyebutkan : Dengan meminjam istilah yang dikemukakan oleh OPEC, bahwasanya misi OPEC adalah untuk memastikan lingkungan penetapan harga yang sesuai untuk konsumen dan produsen. Namun, keputusan untuk memangkas produksi pada situasi saat ini justru bertentangan dengan tujuan itu.

Penekanan lebih lanjut terhadap pasokan minyak yang sudah ketat akan menjadi tamparan bagi konsumen. Langkah yang dimotivasi oleh egois murni ini semata-mata adalah untuk menguntungkan produsen. Tambah Stephen Brennock. “Singkatnya, justru di saat pasar minyak mengalami ketidakpastian, OPEC+ menempatkan harga di atas stabilitas”.

Rohan Reddy, kepala penelitian di Global X ETFs mengatakan kepada CNBC bahwa keputusan OPEC+ untuk menerapkan pengurangan produksi dapat membawa minyak kembali ke harga USD. 100 per barel — dengan asumsi bahwa tidak ada wabah besar COVID-19 secara global dan The Fed juga tidak bertindak semakin hawkish.

“Pasar kemungkinan akan mengalami gejolak akibat keputusan ini, dan meskipun ada kekhawatiran tentang ketahanan ekonomi global, pasar minyak tetap akan bergerak cukup ketat, yang semuanya akan menjadi pendorong kenaikan harga pada kuartal keempat”, kata Rohan Reddy.

Meskipun harga minyak bisa kembali mencapai USD. 100 tetapi “skenario yang lebih mungkin dalam waktu dekat adalah harga minyak akan bergerak di kisaran antara USD. 90 hingga USD. 100”, tambah Rohan Reddy. (sin)